5

545 106 9
                                    

Xiaojun melihatnya. Dimana Hendery yang semakin hari semakin dekat dengan Lucas, ia semakin menerima keberadaan Lucas, dan Hendery yang lebih terlihat santai saat bersama dengan alpha itu.

Namun tidak hari ini, dimana sang psikolog muda lebih terlihat muram, dan baunya, oh sial, sangat mengerikan. Sama seperti pertama kali ketika Hendery bertemu dengan Lucas.

"Holla, Huanggua." Xiaojun menyapa dengan nada datar. Ia menghampiri Hendery yang sedang memainkan pulpen ditangannya dengan pandangan datar. "Ada apa gerangan sehingga dokter favorit kita murung begini?"

Hendery menatap Xiaojun sekilas. "Aku kira pekerjaanku sudah selesai sejak satu jam yang lalu." Hendery menghembuskan nafas kasar. "Maumu apa, Xiaojun?"

Xiaojun menarik kursi dihadapan Hendery. Ia duduk dengan santainya. "Melihatmu yang kacau sangatlah menyenangkan." Ucapnya dengan senyum palsu. "Kau ingat tidak ucapanku? Baumu mengerikan ketika kau dalam mood buruk."

Hendery mengerucutkan bibirnya. "Kalau begitu sana, jangan dekat-dekat denganku." Kesalnya.

Xiaojun terdiam tidak menjawab, Hendery juga tampak tidak ingin melanjutkan pembicaraan. Hingga detik selanjutnya Xiaojun kembali membuka percakapan. "Kau ada masalah dengan Lucas?"

Hendery terlonjak, pulpen yang ia pegang jatuh, menggelinding di lantai jauh dari jangkauan Hendery. "Kau tahu?" Tanyanya menghilangkan kegugupan.

Xiaojun tertawa. Tentu saja ia tahu, semua orang tahu. Lucas yang mendadak cuti kerja dan Hendery yang tidak biasanya sangat lesu saat kerja. "Iya, aku tahu." Jawabnya singkat. "Atau tepatnya, kami semua tahu."

Hendery membulatkan mata. "Kalian semua?" Pekiknya kaget. "Tahu aku punya masalah dengan Lucas?"

Xiaojun mengangguk. "Hmm," Xiaojun memasang raut wajah seolah mengingat-ingat. "Sejak sepulang dari kencanmu, sikapmu sangat ketara jelas jika kau galau."

Sang raven hanya menggumam, Xiaojun menangkapnya sebagai sumpah serapah untuk Lucas, namun Hendery tidak bisa menghilangkan semburat merah yang menghiasi pipinya.

Xiaojun tersenyum. "Jadi, apa yang membuatmu murung sementara jelas-jelas belahan jiwamu ada di dekatmu?"

Hendery terdiam. Bibir bawahnya ia kulum untuk menghilangkan kegugupan. "Kau tahu sendiri. Aku—" Hendery berhenti. "—tidak bisa menjadi omega dari siapapun."

Wajah si pria bersurai eboni menampakkan keterkejutan. Alisnya terangkat, bibirnya terbuka. "Oh." Betapa ia merasa bodoh melupakan hal itu. "Lalu bagaimana?"

"Aku sudah bilang pada kedua orangtuaku jika aku sudah bertemu dengan soulmate-ku." Hendery menunduk ketika ia mengingat wajah orangtuanya malam itu. "Mereka—kecewa. Mereka tidak bilang mereka kecewa namun wajah mereka tentu saja kecewa."

"Ketika kau bilang kau tidak ingin memiliki hubungan dengan siapapun?" Xiaojun menambahkan, terdengar seperti pertanyaan. Hendery mengangguk. "Hendery, aku tidak pernah mengerti jalan pikiranmu."

"Karena kau alpha." Hendery menggumam tidak jelas. "Aku tidak bisa—dengan Lucas, soulmate, atau apapun. Aku tidak mau menjalin hubungan terutama dengan alpha."

Xiaojun menyilangkan tangannya di dada. "Itu sih masalahmu." Ujarnya seolah tidak peduli. "Tapi mau sampai kapanpun kau lari, itu tidak menghilangkan fakta jika kau seorang omega—"

"Aku tahu."

"—dan Lucas adalah soulmate-mu."

"Iya. Aku tahu!" Hendery berteriak kesal. "Tapi aku tidak bisa!"

Mereka terdiam. Xiaojun hanya memperhatikan Hendery yang terengah karena emosinya yang tidak stabil. Ingin sekali ia membawa Hendery dalam dekapannya untuk menenangkan sang omega. Namun ia tahu jelas bahwa tindakannya yang seperti itu, malah akan membuat omega tidak nyaman.

"Hendery, jika kau dibebankan dengan masalah alpha dan omega," Xiaojun mencari kata-kata yang tepat. "Percuma saja. Lupakanlah statusmu sebagai omega dan Lucas sebagai alpha. Jalani saja."

"Tapi—"

"Jika kau merasa terbebani karena Lucas adalah soulmate-mu, kau tidak perlu khawatir." Hendery menatap Xiaojun yang tersenyum. "Karena kalian berdua soulmate bukan berarti kalian harus bersama."

Hendery mengangkat alisnya. "Apa?"

"Orangtuaku bukanlah soulmate. Namun mereka menikah dan memiliki aku." Xiaojun mengangkat bahu. "Kau terlalu terbebani dengan pikiran macam itu. Lakukan apa yang menurutmu benar saja."

Sejak malam di hari Sabtu kemarin, Hendery belum bertemu dengan Lucas. Wang Yibo laoshi bilang jika sang caramel mengambil cuti untuk mengunjungi orangtuanya di Thailand atau apa—Hendery tidak bisa mengingat.

Lucas tidak menghubunginya, padahal mereka sudah bertukar email ketika mereka makan siang saat ditaman bermain Sabtu lalu. Xiaojun dan Ningning memojokkannya untuk menghubungi Lucas, namun Hendery terlalu tinggi harga dirinya untuk menghubungi Lucas lebih dulu.

Jadi ia sekarang hanya menggulung tubuhnya dengan selimut, menyamankan diri di kasur tersayangnya sambil memandangi layar ponsel dengan perasaan kacau.

Lucas membuat perasaannya menjadi kacau.

Hendery membenamkan wajahnya pada bantal dan berteriak. Hanya karena seorang alpha, yang seharusnya Hendery benci sampai mati, ia malah jadi seperti ini.

Mungkin sebaiknya ia tidak pernah bertemu dengan Lucas. Andai saja pertemuannya dengan Lucas tidak pernah ditakdirkan, mungkin ia akan hidup seperti biasa, menjalani hari-hari seperti biasa—

—monoton.

Hendery menggeleng. Percuma ia seperti ini terus, ini tidak akan menyelesaikan masalah. Ia ambil ponselnya dan mencari kontak Lucas.

Ia meletakan ponselnya ditelinga, menunggu Lucas mengangkat panggilannya. Satu detik menjadi satu menit, sama sekali tidak ada jawaban. Hendery mengulanginya kembali, tetap tidak ada jawaban.

Lucas menjauhinya.

Ia menggigit bibirnya kuat, tangannya memegang ponsel, matanya menatap bimbang. Ia tidak tahu harus bagaimana—dan kenapa dirinya jadi seperti anak remaja yang putus cinta? Hendery mendengus.

Ah! Hendery membulatkan matanya ketika mengingat satu orang yang mungkin bisa membantunya. Dengan senyum penuh semangat ia mencari kontak orang itu dan memutuskan untuk menghubunginya.

Ketika saluran telfon mulai tersambung, senyuman Hendery semakin lebar. "Sicheng Ge, ini aku, Hendery." Ujarnya tidak sabar. "Aku—ingin bicara sesuatu."

To be continued...

The Exception Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang