"Wonwoo! Hey! Kemarilah!" teriakan heboh dari seorang pria berwajah cantik di balik meja loket sana cukup mengusik pendengaran Wonwoo. "Kau berisik sekali, Jeonghan!" Pria bermata rubah itu berjalan menghampiri sang rekan kerja dengan setumpuk kertas dalam dekapannya.
"Aku sudah melihatnya! Tadi di parkiran!" seru pria cantik yang ia panggil Jeonghan itu. Wonwoo melempar tatapan sembari menaikkan sebelah alisnya. "Melihat siapa?"
"Si Kim muda. Dosen baru di program studi kita." Dilihat dari kedua mata Jeonghan yang berbinar disertai nada suaranya yang meninggi, dapat dipastikan jika sahabat yang juga merupakan rekan kerja Wonwoo selama enam bulan itu tengah berada pada level antusiasme tertinggi. Hal ini mengingatkan Wonwoo akan gadis-gadis teman kuliahnya dulu, yang selalu bicara dengan nada melengking disertai mata berbinar-binar tiap kali membicarakan kakak tingkat popular atau dosen muda tampan di kampus. Dan saat Wonwoo harus berhadapan dengan situasi macam ini, ia tahu persis jika ia harus berpura-pura menanggapinya dengan antusias.
"Benarkah? Seperti apa rupanya?" Tanya Wonwoo sekedar. Pria itu cukup sibuk menata dan memilah dokumen yang berserakan di atas meja kerjanya.
"Oh Tuhan! Kau tidak akan percaya ini! Dia benar-benar sempurna! Aku tidak akan menjelaskan detailnya agar kau penasaran tapi dia memiliki badan yang sangat tinggi dan berisi dengan kulit tan yang eksotis. Garis rahangnya cukup tegas, dan hidungnya seperti puncak gunung. Matanya cukup tajam seperti elang yang siap memangsa kapan saja. Dan bibirnya... Oh tidak! Bibir tebalnya akan membuat fokusmu hilang!" papar Jeonghan dengan sangat menggebu-gebu. Wonwoo yang saat itu tengah berdiri membelakangi hanya memutar kedua bola matanya.
"Iya, iya. Tuan Kim muda yang mempesona." sahut Wonwoo berusaha menanggapi.
Tepat setelah pria itu mengatupkan mulut, terdengar bunyi pintu kaca yang terbuka. Dapat Wonwoo dengar bunyi kursi yang ditempati Jeonghan berderak keras, tanda jika pria itu tengah terbangun dengan terburu-buru. Dari sudut matanya, Wonwoo dapat menangkap bayangan Jeonghan yang bergerak maju mendekati meja loket, menyambut seseorang yang tengah berdiri di baliknya.
"Selamat pagi!" ucap Jeonghan dengan nada riang yang dibuat-buat. Tak ada jawaban terdengar dari lawan bicaranya hingga Wonwoo membalikkan badan dan matanya bertemu dengan sepasang mata elang di seberang sana. Tubuh Wonwoo mematung sesaat, seakan tersihir dengan sepasang mata elang yang tengah menatap dalam ke arahnya.
"Eum... Wonwoo!" teguran Jeonghan menyelamatkan kesadarannya. Pria itu menatap sang rekan kerja yang berdiri kikuk di seberang sana. "Ini Tuan Kim Mingyu. Dosen baru di program studi kita."
"Selamat pagi, tuan." Wonwoo berusaha menyapa seramah mungkin kendati suaranya mendadak bergetar. Pria itu meraih map biru tua yang sejak tadi ia persiapkan dan bergegas menghampiri lelaki bermata elang yang merupakan dosen baru itu. Kedua tangannya terulur saat ia menyerahkan map berisi silabus dan kontrak perkuliahan ke arah si pria.
"Terima kasih." ucapnya dengan wajah datar dan nada yang cukup dingin. Pria itu sibuk membolak-balikkan kertas di dalam map sebelum akhirnya pergi tanpa mengeluarkan sepatah katapun. Tubuh jangkungnya berjalan angkuh menyusuri lorong sebelum hilang di belokan menuju tempat lift.
"Kau lihat itu?" seruan Jeonghan kembali terdengar memekakkan telinga. Wonwoo menatap heran ke arah rekan kerjanya yang tak lagi mampu menahan senyumannya. "Itu yang membuatmu terkesan?" Jeonghan yang merasa tidak terima dengan pertanyaan sarkas Wonwoo kini berkacak pinggang dan menatap kesal ke arah sahabatnya itu.
"Apa maksudmu? Tentu saja ia mengesankan! Kau tidak lihat betapa tampan dan sempurnanya pria itu? Dan auranya, oh tidak! Mana ada manusia normal yang tidak terkesima melihatnya?" protesan Jeonghan hanya ditanggapi dengan helaan nafas dari Wonwoo.
"Ya, dia tampan dan tinggi..." perhatian Wonwoo kini terpecah pada map-map baru berisi dokumen yang harus ia proses saat ini. "Itu saja. Tak ada hal mengesankan lainnya."
Terdengar erangan frustasi dari Jeonghan yang telah kembali ke bangkunya. "Kau benar-benar tidak waras, Wonwoo! Kau tidak normal!"
"Ayolah! Dia hanyalah pria angkuh yang beruntung memiliki wajah tampan dan tubuh idaman banyak orang. Tidak ada hal lain" ucap Wonwoo tak mau kalah. "Lihatlah wajah dingin dan angkuhnya! Kau bayangkan saja apa yang akan dirasakan para mahasiswa saat melihat dosen yang mengajar mereka memiliki raut wajah seperti itu!"
"Terpesona" jawab Jeonghan. "Pasti mereka terpesona saat dikuliahi oleh dosen setampan itu." jawaban Jeonghan mengundang raut wajah jengah dari sang pria bermata rubah.
"Kau lah yang tidak normal!" ucap Wonwoo pasrah.
"Oh! Aku harus mengajaknya makan berdua kapan-kapan" Wonwoo menoleh gusar ke arah Jeonghan yang terletak di ujung ruangan. Mendapati sang rekan kerja yang tengah tersenyum girang dengan sejuta rencana kotor dalam otaknya. "Kau gila? Kau sudah punya kekasih, tuan Yoon."
Jeonghan hanya mendecih mendengar seruan tak terima dari Wonwoo. "Aku kan hanya mengajaknya makan. Tapi kalau dia tidak keberatan untuk jadi selingan, kurasa bagus juga. Aku butuh suasana baru." Mulut Wonwoo menganga lebar begitu mendengar ucapan gila sang sahabat. "Kau benar-benar gila, Jeonghan." pria itu berbalik kembali ke arah tumpukan map di atas mejanya.
"Seungcheol sangat membosankan. Aku harus mencari selingan agar tidak berubah gila." Wonwoo mendesah frustasi mendengar pernyataan sahabatnya itu. Ia benar-benar tidak habis pikir dengan jalan pikiran Jeonghan yang menurutnya sangat tidak masuk akal.
"Tapi kau sudah gila!" ucap Wonwoo sembari menumpukkan map ketiga yang sudah ia bereskan.
"Terserahlah. Pokoknya aku akan berusaha merayunya. Dan kau!" dari sudut matanya dapat Wonwoo lihat Jeonghan yang tengah menatap tajam ke arahnya.
"Jangan coba-coba mendekati targetku!" ancam Jeonghan yang dibalas decakan malas oleh Wonwoo.
---- To Be Continued ---
KAMU SEDANG MEMBACA
[MEANIE] Lecturer's Dignity
FanfictionTentang keseharian Jeon Wonwoo saat menghadapi dosen muda nan angkuh yang selalu menempeli hidupnya