3. A Glimpse of Her

617 119 47
                                    

Jung Wooseok benar-benar kesal. Ia sudah berada di dalam ruang interogasi selama berjam-jam setelah terakhir seseorang yang ia yakini sebagai inspektur di kantor polisi itu berbicara padanya. Terlebih karena nyeri di beberapa tempat di tubuhnya akibat memar dan luka. Memang sudah diobati, tapi tetap masih terasa sakit.

Kalau ia tidak salah ingat, inspektur itu dulu juga pernah menanyainya tentang kasus lain. Kasus dimana ia sempat menjadi tersangka namun juga kasus yang telah menyelamatkannya dari perbudakan.

Di saat ia sudah begitu lelah, pintu ruangan terbuka. Dua orang pemuda tinggi masuk ke dalam ruangan. Yang satu menyeringai jenaka sedangkan satunya hanya diam, memberikan aura dingin.

"Jung Wooseok. Do you remember us?" tanya salah seorang darinya begitu keduanya sudah duduk di seberangnya.

Wooseok menggeleng. Entahlah, sepertinya ia pernah melihat tapi tidak terlalu mengingatnya. Dan akibat lelah, ia malas menjawabnya.

"Well, kalau begitu ... apa kau mengenalnya?" tanya orang yang sama. Menyodorkan ponselnya yang memperlihatkan foto wajah seorang gadis.

 Menyodorkan ponselnya yang memperlihatkan foto wajah seorang gadis

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Wooseok melihat dan memperhatikannya. Sedetik kemudian matanya membesar terkejut. Tentu ia ingat. Seorang gadis yang disiksa oleh temannya hanya karena majikannya menyukai pacarnya. Tunggu, kalau begitu dua orang pemuda di hadapannya. Okay, sekarang ia benar-benar percaya kalau dunia itu sempit. Tidak pernah sekali pun dalam benaknya kalau ia akan bertemu kembali dengan orang-orang di masa lalunya.

"Jadi sekarang kau mengingatnya."

"Ya dan aku mengingat kalian juga. Tapi aku tidak mengingat nama kalian." Wooseok menjawab pertanyaan satu-satunya pemuda yang berbicara padanya sejak awal. "Tunggu! Kalian menangkapku hanya untuk bertanya tentangnya? Aku tidak pernah lagi melihatnya sejak enam atau tujuh tahun lalu," kesalnya begitu ia menyadari maksud dan tujuan polisi-polisi itu menangkapnya.

Seperti yang sudah diketahui, ia hanya pengedar obat terlarang berskala kecil. Masih banyak pengedar besar yang bisa ditangkap. Maka ia merasa ada yang aneh dengan perlakuan para polisi itu.

"Aku bukan mau menanyakannya. Tapi bosmu."

"Siapa kau. Kalau butuh bantuanku, harusnya kau mengenalkan dirimu dulu kan?" gerutu Wooseok yang merasa ditipu.

Eunwoo — si pemuda yang hanya memasang wajah dingin tanpa bicara — hampir bangkit menghajar Wooseok jika June tidak menahannya.

"Maafkan aku. June namaku. Dan dia, Eunwoo. Gadis di foto adalah kakak kembarku. Lalice namanya."

Wooseok mendecih kesal sambil memasang wajah malasnya. Ia baru akan mengumpat ketika pemuda yang bernama Eunwoo tiba-tiba sudah berada di belakangnya. Mendekatkan wajahnya ke sisi telinganya sambil berdesis. Melirihkan kalimat ancaman dengan suaranya yang sedingin es. Membuat Wooseok bergidik ngilu.

"Jangan coba macam-macam. Jawab saja pertanyaan kami jika kau tidak ingin kami kuliti sedikit demi sedikit dalam keadaan hidup. Mulai dari kukumu, jemari, telapak tangan, dan akan terus menjalar hingga tidak tersisa kulit sedikit pun di tubuhmu. Lalu setelahnya kami akan menaburkan garam secara perlahan hingga kau bahkan tidak mampu berteriak. Setelahnya aku akan mulai memotong tubuhmu mulai dari daerah-daerah yang tidak akan membunuhmu. Sampai kau hanya memiliki pilihan meminta untuk dibunuh daripada tersiksa," desis Eunwoo.

The Angel Of Death - FinaleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang