T I G A

54 15 1
                                    

Selamat Membaca 🍀

"Austin! Bisa diem gak lo!?" teriak Seyna keras. Wajahnya menatap Austin dengan tatapan murka. Jika saja Seyna sedang tidak buru-buru menyalin pr ekonomi milik Reanna, dapat dipastikan detik ini juga Austin akan mendapatkan serangan mematikan darinya.

Austin melempar beberapa potongan penghapus yang sudah dipotong kecil oleh cowok itu. Entah kapan cowok itu sempat untuk memotongnya. Padahal yang Seyna lihat tadi, Austin juga tengah sama seperti dirinya. Bedanya Austin menyalin punya Revindra.

Austin berhenti saat Seyna menoleh dan mengomelinya. Begitu Seyna kembali fokus menulis, Austin juga kembali melempar potongan penghapus pada wajah gadis itu.

Seyna menarik nafas panjang, berusaha untuk tidak menghiraukan Austin dan mengambil resiko pr-nya tidak selesai.

Membayangkan wajah Pak Cipto dengan kumis tebal dan mata elangnya saja sudah membuat Seyna bergidik ngeri. Seyna tidak ingin mendapat masalah dengan guru yang satu itu. Sudah galak, menyusahkan pula. Sia-sia saja hidupnya nanti jika harus berurusan dengan pria macam Pak Cipto.

Austin tidak jera, cowok itu masih terus melemparinya potongan penghapus. Hingga akhirnya--

"Yes, gol!!" seru Austin saat lemparannya masuk dengan sempurna kedalam mulut Seyna.

Gadis itu melepehkan penghapus sialan tersebut.

"Austin!!!"

Austin tak menghiraukan omelan Seyna. Baginya, menjahili anak perempuan yang sedang dilanda kegelisahan dan kegundahan adalah kebahagiannnya. Terutama kegundahan dari seorang Seyna Agtha. Amarah gadis itu menjadi hiburan tersendiri untuknya.

Austin beranjak dari kursi yang diduduki sejak tadi. Matanya bergerak menatap sekitar. Mencari sesuatu yang dapat membuat Seyna murka dan meninggalkan pr-nya untuk balas dendam.

Ia tersenyum lebar saat mendapatkan ide.

"Austin sialan! Gila ya lo!" pekik Seyna lalu menatap Austin yang berada tidak jauh dibelakanganya. Cengiran pemuda itu selalu membuat Seyna muak.

"Sorry Sey, gue sengaja. Eh engga sengaja, maksudnya,"

Austin tertawa puas, usai membuat coretan panjang dibuku gadis itu hingga beberapa tulisan ikut tercoret.

Cowok itu berhasil membuat kesabaran Seyna habis. Austin berlari dengan pulpen satu-satu milik Seyna.

"REPIN! RIAN! ITU TEMEN LO YANG SATU NGESELIN PARAH! BAWA DIA KEMANA AJA, KALAU PERLU KE KOLAM BUAYA! BIAR DIA GA BALIK LAGI!" teriak Seyna sambil menunjuk-nunjuk Austin yang sedang memainkan puplen miliknya.

Dua cowok pemilik nama tersebut sontak menoleh secara bersamaan. Revindra terlihat tidak peduli, namun berbeda dengan Valerian yang cekikan melihat tingkah Seyna yang seperti anak kecil.

"Masa buaya, ke kolam buaya sih. Ga cocok, Sey. Yang ada nanti dia gampang kabur lagi," balas Valerian kepada Seyna yang mulai berlari mengejar Austin untuk mendapatkan kembali pulpen miliknya.

"Hati-hati terperangkat sarang buaya, Sey!" seru Valerian.

Revindra terkekeh geli menonton Seyna dengan wajah merah padam hanya karena sebuah pulpen. Jelas Seyna marah! Datang ke sekolah membawa banyak pulpen, tapi pas pulang malah tinggal satu. Dasar tuyul sialan!

Austin terus berlari memberi jarak dari Seyna. Karena Austin tau, Seyna akan memberikannya pukulan telak.

Pertama, karena ia terus menganggu Seyna.

Kedua, karena ia menyenggol lengan Seyna dengan sengaja hingga membuat goresan panjang pada tulisannya.

Ketiga, karena ia membawa kabur pulpen milik Seyna yang tersisa satu itu.

Perfect Stranger (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang