Manis Pahit

694 91 8
                                    

Beby duduk di kasurnya yang ada di mansion Kinal. Sudah 3 hari ini dia menginap kembali ditempat itu bersama Shania. Hari ini akan berlangsung resepsi pernikahan Ayana. Kemarin sudah berlangsung ijab Ayana di rumah Sakti yang ada di Indonesia. Pengantin baru itu sengaja menikah di Indo karena semua kerabat dan teman hampir 80% berasal dari Indo jadi mereka memilih negara asal sebagai tempat pernikahan mereka.

"Beb, dasi kamu udah bisa pakenya belum?" Tanya Shania sambil mengaitkan bra miliknya sendiri. Ya, gadis remaja itu hanya mengenakan pakaian dalam saja saat ini.

"Belumlah, kamu tau sendiri aku ga bisa pake dasi," jawab Beby sambil melirik ke arah Shania yang selalu tampak menggoda di matanya. Gadis berlesung pipi itu berdiri mendekati Shania kemudian memeluknya dari belakang. Sedikit menciumi leher Shania.

"Baju kamu udah rapi, kalo kamu nekat ntar lusuh sayang," nasehat Shania. Beby tetap saja memeluk Shania sambil menciumi leher gadisnya. Shania juga tak berhenti bergerak untuk mengambil baju yang akan dia kenakan.

"Cium bentar," rengek Beby. Shania membalikan badan kemudian melahap bibir kekasihnya itu. Mereka saling melumat, tangan Beby tertahan di perut Shania. Menghindari pergerakan naik atau turun yang akan memperlama kegiatan berganti baju mereka.

Tok... tok...

"Beb! Keluar woy! Lu mau pake mobil yang mana?" Seruan Kinal terdengar oleh Beby namun gadis berlesung pipi itu tidak peduli dengan ucapan Kinal. Dia meneruskan apa yang dia lakukan saja sekarang.

"Mph..." Shania makin menikmati ciuman itu. Dia semakin mendekatkan tubuhnya pada Beby.

Cklek!

"Ga usah kelamaan lu berdua! Yang lain udah selesai juga. Malah ena-ena di kamar," Beby langsung memeluk erat Shania agar tertutup tubuhnya. Pintu kamar itu berhasil Kinal buka karena Kinal punya kunci cadangan. Kinal pun hanya membuka dan berbicara dari luar. Dia pun malas melihat adegan yang Beby dan Shania lakukan.

"Lu ga sopan banget sih Nal! Buka kamar sembarangan!" Omel Shania sambil memakai bajunya sesegera mungkin.

"Ini rumah gue. Ikutin aturan gue. Ga usah seenak jidat lu sendiri," jawab Kinal dengan kesal kemudian menutup pintu itu dengan kasar.

"Temenmu itu GILA!" Shania menekan kata Gila untuk Kinal. Beby hanya bisa mengusap wajahnya kasar karena Kinal menganggu hasratnya yang sedang naik.

"Hm. Pasangin dasinya, aku mau keluar manasin mobil," ucap Beby dengan dingin. Shania tau Beby juga badmood dadakan sepertinya. Dengan kesal dia memasangkan dasi itu ke leher Beby. Setelah terpasang Beby pun langsung meninggalkan Shania, menutup pintu dan tak terdengar lagi suaranya.

Setelah keluar dari kamar Beby melihat Kinal sedang mengenakan sepatunya. Kinal sudah tampak rapi dengan kemeja putih di tutupi jas dan celana hitam serta sepatu putih itu. Tak lupa sebuah topi mempel di atas kepalanya. Tak lama kemudian Beby juga melihat Veranda dengan dress putih berjalan mendekati Kinal sambil sibuk memasang gelang di tangannya. Pun ada Melody yang juga sudah rapi bersama maul dengan stelan batik.

'Pantes Kinal marah sih,' batin Beby.

"Shania udah belum?" Tanya Melody.

"Baru pake baju tadi," jawab Beby jujur. Mereka mendengus kesal.

"Nih, kunci. Panasin sono!" Kinal melemparkan kunci pada Beby dengan sigap di tangkapnya. Dia tau Kinal dan yang lain kesal menunggu Shania dan dia.

"Ve, Shania suruh cepet sana. Masuk aja, bantuin kalo belum selesai. Nih kuncinya," perintah Kinal pada Veranda. Dia sudah tampak muak menunggu pasangan Beby Shania yang terlalu lama untuknya.

Pacar DurianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang