🐌 Prolog 🐌

74 11 0
                                    

Sesuatu yang menggelikan memang bisa membangkitkan mood. Namun, jika hal tersebut berubah menjadi kesedihan, gue mau liat reaksi kalian!

🐣🐣🐣

"Teh, aku tuh lagi suka sama seseorang, Teh."

Berkali-kali bocah itu menjelaskan pada kakak sepupunya mengenai suatu hal namun sedikit pun tidak digubris. Pena yang nyangkut, bertengger indah di telinga kananya serta buku yang dijepit antara ketiaknya dan semangkuk kacang polong yang tidak hentinya dimasukkan ke dalam mulutnya. Gadis dewasa itu tak peduli pada bocah yang terus merajuk, duduk di sofa sembari mengerucutkan bibirnya sepanjang mungkin.

Plak!

Pyar!

Tatapan geram Tita mengarah pada pelaku pelamparan bantal sofa yang menyebabkan ambyarnya kacang polong milik Tita yang masih setengah mangkuk. Sikap kuda-kuda mulai diperagakan mengingat kakak sepupunya itu tidak dalam mode yang bisa dikatakan aman.

"CIA ...!"

"Ampun, Teh. Cia sengaja ...."

Gadis itu kalang kabut mencari tempat persembunyian, kakinya lincah menghindari segala rintangan yang menghalangi langkahnya hingga sebuah keajaiban muncul di depannya.

Brak!

"Sip! Aman," gumam Cia, tangannya ia goyang-goyangkan dengan sebuah kunci di depan wajahnya.

"Kenapa dikunci?" tanya seseorang di dalam kamar itu, Cia sedikit terkejut mendengarnya karena setahunya kamar itu kosong.

Tak lama, suara gebrakan dari luar kamar terdengar bak ribuan orang yang berdemo di gedung DPR. Gadis itu sedikit meringis mendengarnya.

"Ish, ish, ish, kasihan," gumamnya lagi.

"Cia? Teteh Tita kenapa?" tanya suara itu lagi.

Cia berjalan mendekati ranjang lalu berbaring di atasnya. Menghiraukan sejenak pertanyaan itu. "Teteh Tita tèh nyebelin."

Gadis dewasa yang ada dalam kamar itu menutup laptopnya dan meletakannya di atas tikar beludru yang digelar di dekat kasur. Ia bangkit dan mendekatkan diri pada Cia.

Ia tidak berbicara apa pun, cukup melirik Cia sejenak lalu gadis itu kembali melanjutkan bicaranya.

"Tadi Cia ngomong sama teh Tita enggak ditanggapi. Ya udah, Cia kesel, tuh bantal mau terbang katanya. Jadilah melayang dan kena camilannya teh Tita sampai ... yah, Teteh tau lah setelahnya," jelasnya diakhiri helaan napas kasar.

Perlahan, suara di balik pintu mulai meredam setelah Tita berkata, "Awas kamu, ya. Enggak Teteh kasih uang jajan lagi!"

Cia melirik horor pintu itu, ia kembali meringis. Kenapa akan jadi serumit ini.

"Emangnya kamu mau ngomong apa sama teh Tita?"

"Teh Vie, Cia padahal cuma ngomong kalo Cia lagi suka sama seseorang. Ups!"

Vie melongo tidak percaya. "Sama siapa?" tanya Vie.

"Ada lah, kapan-kapan Cia kasih tau. Tapi Teh, Cia bingung. Gimana caranya bikin orang itu peka. Soalnya dia kayak anti peluru, dikasih bom enggak meledak!"

Vie terbahak, Cia bercerita seperti orang bicara tanpa ada titik koma. Pantas saja Tita malas menanggapi mulut receh adik sepupunya itu.

Cia menatap Vie sebal karena tertawanya yang begitu bahagia. Ia kembali mengerucutkan bibirnya, dan lagi-lagi melayangkan bantal ke arah Tita. Namun, alih-alih marah seperti Tita, Vie malah melempar balik bantal itu sampai Cia menjerit histeris.

"Ah, males cerita. Teteh semuanya ngeselin!"

"Oke, oke. Teteh baik deh sama Cia. Teteh punya saran nih buat Cia. Kalau Cia suka sama seseorang, coba kasih perhatian kecil dulu. Buat dia senang, contohnya kasih sesuatu yang dia suka," jelasnya setenang mungkin sampai bocah itu mendengarkan kakak sepupunya penuh antusias.

"Yakin gitu, Teh? Tapi Teh, dia lagi suka sama teman aku. Gimana, Teh?" ucap Cia dengan polosnya tanpa dosa  dan seperti anak culun yang mengemut lolipopnya.

"Cia, kamu inget kata-kata tukang parkir, enggak?"

Ekspresi serius, bingung serta berpikir keras terpancarkan dari wajah imut Cia. Otaknya bekerja kembali mengingat pak Jupri, tukang parkir di sekolahnya saat bicara. Apa saja yang dikatakan tukang parkir itu sampai akhirnya Cia menggeleng, tak tahu apa yang dimaksud Vie.

Vie menghela napas pasrah, ia mengambil alih kunci kamarnya dan menuju ke arah pintu seraya berteriak, "Yok mundur, yok. Ngalah aja udah, mundur!"

🐌🐌🐌

Hemm ... gimana prolognya? Cia siapa tuh ya? Ehehe ... kepoin terus yak.

Oke, yang gak paham kata-kata kang parkir, cari tau deh. Atau minum air putih dulu, siapa tau lagi gak fokus😅

03 September 2020

Bintik HitamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang