"Jungkook jangan. Hiks hiks jangaan" ujar Seokjin di sela isak tangisnya. Kini penampilannya sudah amburadul dengan bajunya yang robek di sana-sini serta tubuh bagian bawahnya yang sudah telanjang.
Jungkook hilang akal, ia tidak memperdulikan Seokjin dan terus bergerak maju berusaha meraih tubuh Seokjin dan menelanjanginya secepat mungkin. Setan dalam diri Jungkook sudah benar-benar menguasainya kini teriakan Seokjin adalah candu, permintaan ampun Seokjin sudah tidak ada artinya.
"kau sendiri kak yang bilang bahwa akan memenuhi semua permintaanku"
"tapi bukan seperti ini Kook, tolong hiks jangan!"
PLAK
Dalam pikiran Jungkook saat ini ia hanya ingin Seokjin diam dan membuka kakinya lebar, apa sih susahnya? Menurut buku yang ia baca sakitnya hanya sebentar kok, tidak bisa dibandingkan dengan sakit hatinya yang selalu bertambah tiap waktunya.
Seokjin berulang kali berucap ia tidak akan meninggalkan Jungkook, namun apa? manusia yang sudah ia anggap kakak itu dengan mudahnya pergi tanpa rasa bersalah. Sudah cukup Jungkook bersabar, ia malah kembali dengan pria-pria yang ia banggakan sebagai kekasihnya.
mana janji Seokjin untuk tidak meninggalkannya? tanya Jungkook berulang kali dalam hatinya.
Ia kini melihat dengan jelas Seokjin yang menangis hebat dengan kakinya yang Jungkook bentangkan lebar secara paksa.
"adik kecilku, Jeon Jungkook. Lepaskan aku sayang, ku mohon" ujarnya sambil berderai air mata, mencoba berbicara baik-baik dan berharap bisa menyentuh nurani Jungkook.
Namun bagi Jungkook Itu hanyalah ungkapan tak berarti yang ia dengar terakhir kali, sebelum setan benar-benar menguasai tubuh dan menuntunnya untuk merusak tubuh sekaligus jiwa orang yang ia cinta.
...
Jungkook terbangun dari tidurnya dengan baju yang basah oleh keringat, mimpi itu datang lagi. Bukan mimpi, lebih tepatnya kenangan kejadian masa lampau itu kembali hadir dalam tidurnya. Empat tahun berlalu bayang-bayang itu tetap tidak bisa terlupa dari pikiran Jungkook, hal itu juga yang membuatnya tidak mengizinkan dirinya sendiri untuk bahagia.
kemana kamu kak? maafin Jungkook.
Pertanyaan itu selalu berlarian di kepalanya hampir setiap waktu. Hal itu juga yang membuat Jungkook selalu menenggelamnkan diri dalam pekerjaannya, menyelesaikan deadline 3 minggu kedepan hingga menjadikannya sebagai karyawan teladan kepercayaan semua orang.
Jungkook merupakan orang yang sangat berbakat di bidang arsitektur, ditambah dengan sikap gila kerja ia kini sudah dipercayai memegang proyek-proyek besar khususunya di bidang arsitektur landscape atau pertamanan di umurnya yang masih 22 tahun.
Namun apalah arti semua itu? mau sesering apapun ia mendapat penghargaan, toh ia sama sekali tidak peduli. Jungkook hanyalah pria dewasa muda yang murung dan kehilangan ambisi untuk bahagia seperti pemuda di seumurannya. Ia benar-benar hanya menjalankan sistem dan hidup di dalamnya, sama sekali tak ada perasaan yang hidup di dalam tubuh mudanya. Singkatnya ia mati rasa.
Ia pernah mencoba memahami dirinya sendiri dan mencapai kesimpulan bahwa
Bahagianya cuma satu, Seokjin.
Alasan sedihnya cuma satu, Seokjin.
Saat alasan bahagia dan sedihnya hilang, apalagi yang bisa ia lakukan.
Lama merenung, ia memutuskan untuk turun dari kasurnya mencoba menjalani hari yang biasa, memikirkan hal yang masih sama.
Seokjin Seokjin Seokjin hanya itu di pikirannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kak, I Love You (Discontinue)
FanfictionTentang semesta yang bersepakat untuk mengantar Seokjin dan Jungkook pulang.