7. ^Rumput Liar^

106 67 6
                                    

Ada yang nungguin Peta Kata gak? Atau jangan-jangan udah pada lupa ya karena saking lamanya cerita ini enggak nongol-nongol persis kayak si dia yang suka hilang timbul. Suka bikin hatimu gelisah gulana kagak jelas.

Iya, sih aku tahu Peta Kata kayak kura-kura, jalannya lambat banget. Tapi lebih baik terlambat sih daripada harus berhenti.

Satu hal yang bisa kujanjikan adalah cerita ini pasti akan menemui kata 'TAMAT' walaupun aku sendiri gak tahu kapan waktunya.

Bagaimana pun Peta Kata malam ini kembali lagi hadir dengan bab terbaru. Semoga kalian suka dengan ceritanya ya.

Biasakan vote dulu sebelum baca.

Oke, kalau boleh tahu kamu dapat nomor urut ke berapa?

^Happy Reading^

*

*

*

*

*


Aksa membawa diriku dan Seren ke daerah Kesawan dekat Tjong A Fei Mansion, salah satu bangunan bersejarah di kota Medan hanya untuk makan soto. Tjong A Fei adalah orang keturunan Tiongkok yang terkenal dermawan pada masa itu. Banyak turis yang datang ingin melihat langsung bagaimana kehidupan yang dijalani sang dermawan dan berbagai barang peninggalannya yang terpajang di dalam rumahnya.

Jangan tanya padaku, apakah aku sudah pernah ke sana atau belum? Walaupun aku lahir dan besar di kota Medan, bukan berarti aku mengetahui seluk-beluk kota ini. Apalagi aku bukanlah orang yang suka berpetualang seperti Gibran. Aku bakalan tidak tahu apa-apa kalau bukan Gibran yang mengajakku berkeliling menjelajahi keelokan tanah melayu.

"Bun, kok enggak dimakan? Enggak suka ya?" tanya Aksa yang melihatku hanya mengaduk-aduk kuah soto.

"Enggak, aku malah suka banget kok," kilahku sambil memasukan sendok berisi kuah soto ke dalam mulutku. Padahal aku tidak begitu menyukainya. Ini semua gara-gara Seren entah kenapa dia memancing-mancing Aksa dan membuat aku berakhir di sini.

"Maaf, kayaknya aku enggak bisa lama-lama ni. Aku ada janji sama mamaku mau ke salon," ucap Seren dengan nada menyesal.

Wah, Seren memang penyelemat jitu. Tahu saja aku sudah tidak betah berlama-lama menghadapi Aksa.

"Ya sudah habis ini kita balik saja," sahutku mendukung Seren.

"Yah, jangan gitu dong. Aku lagi pingin makan rujak ni," ujar Aksa dengan wajah memelas.

Ya, ampun ini anak udah macam orang ngidam aja. Banyak sekali maunya drai tadi.

"Ya sudah kamu saja yang makan sendiri sana. Kan enggak ada juga yang ngelarang?" sahutku kesal.

"Ya ampun, Bun. Kamu tahu enggak sih? Kalau kita makan ramai-ramai itu bisa meningkatkan daya selera terhadap makanan. Bahkan ada istilahnya tuh, makan tidak makan asal ngumpul."

"Enggak tahu. Emang itu berdasarkan penelitian mana?" tanyaku sebal.

"Kamu nyadar enggak? Kamu itu suka ngejawab dengan enggak."

"Tidak akan pernah ada kata iya buatmu, Ak."

"Baiklah, kalau begitu apakah kamu enggak suka sama aku?"

Peta Kata [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang