Luluh 9 ~ Sekutu 🔐

3.1K 328 48
                                    

Haii belum telat upnya kan hehehe
Btw terima kasih sudah penuhin permintaan Awi di chapter sebelumnya :)

***

Sera dan Uli terkikik menyaksikan kedekatan Tama dan Sandra di sana. Misi mereka berhasil tetapi tentu saja mereka belum puas.

"Oh My God!" Uli menahan napasnya saat melihat Tama membawa telapak tangannya ke pipi Sandra.

"Anakmu, Ul. Bahaya ini," sahut Sera yang berlari ke arah Zion. Bukan Sandra yang ia khawatirkan tetapi Tama, mengingat Zion tak akan membiarkan anak gadisnya disentuh sembarangan.

Sementara itu Uli berlari ke arah Sandra dan Tama yang sedang tersipu.

"Hmmm," Uli sengaja mengeraskan suaranya agar dua remaja itu berhenti saling menatap. "Halo ada orang di sini?" Uli bersedekap karena ternyata dehemannya tak mempan. Sandra dan Tama terlalu sibuk dengan dunia mereka sendiri.

"Zion udah deh!"

Tama dan Sandra baru saja tersadar dari dunia mereka setelah mendengar suara Sera yang cukup kencang.

"Tapi Tama.."

"Papa Sayang," Sera mencoba menyadarkan Zion bahwa mereka harus melanjutkan rencana mereka berikutnya. "Ikut Mama!" ujar Sera yang kehabisan kesabarannya. Zion ini memang sesuatu, dia tidak ingat apa saja yang dulu mereka lakukan sewaktu mereka belum menikah? Jangankan pipi, tangan lelaki itu sudah ke mana-mana.

Sera menyeret Zion untuk menjauh dari Tama dan Sandra. Sementara itu, Uli menatap curiga pada kedua anak remaja di depannya.

"Mama kenapa?" tanya Tama seolah kegugupan di dalam hatinya bukan apa-apa.

Uli berdecak sebal. Anaknya masih saja peduli pada gengsi. "Jangan mau disentuh-sentuh sama anak ini, San!" tegaanya memberi peringatan sekaligus membuat Tama kepanasan karena kesal.

"Mama apaan sih? Sandra tunangan aku juga," bela Tama. Ahh Uli merasa sesuatu menggelitiki perutnya hingga membuatnya kesulitan menahan tawa, apalagi saat melihat pipi Sandra bersemu malu-malu ketika Tama mengakuinya sebagai tunangan.

Disaat Tama akan mengatakan sesuatu mendadak derap langkah Sera dan Zion kembali terdengar. Tama menahan kata yang ingin dirinya keluarkan. Tama tampak tegang melihat wajah Zion yang mengeras. Dirinya sungguh yakin calon mertuanya itu sedang memikirkan sesuatu untuk membalasnya karena telah berani menyentuh pipi Sandra di depannya.

"Ayo lanjut berkebun!"

Sudah Tama duga, lelaki yang Sandra panggil Papa itu tak akan membiarkannya istirahat. Tama ingin menolak karena ini pertama kalinya ia berkebun. Namun, Tama tak bisa melakukan itu. Bisa jatuh harga dirinya di mata Om Zion dan Tante Sera.

"Pa, aku harus bicara sama Tama," Suara Sandra membuat semua orang menatapnya. Sandra merasa salah tingkah, padahal sebelum mengatakan itu dia sudah menyiapkan diri untuk bersikap biasa saja.

Sandra menekan perasaannya. Ia mengingatkan dirinya sendiri bahwa ini bukan pembelaan. Dirinya hanya bermaksud membantu Tama terbebas dari rencana licik kedua orang tuanya dan tante Uli. Sudah itu saja. Tak lebih dan tak kurang sedikit pun.

Namun, siapa yang peduli pada pemikirannya itu. Bagi mereka yang mendengar ucapan Sandra pasti berpikir Sandra sedang membela atau melindungi Tama dengan cara membawanya pergi dari tempat ini.

"Bicara soal apa?" tanya Zion menatap curiga pada anak gadisnya.

Sandra gugup. Ia lupa menyiapkan jawaban dari pertanyaan seperti ini. Beruntung Tama segera mengambil alih untuk menjawab pertanyaan itu. "Tentang sekolah, Om. Iya tentang sekolah," ucapnya.

LULUHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang