Bab 11, The Last Message

437 48 25
                                    


PERHATIAN!

Alur di chapter ini akan maju mundur

Harap dicermati ya!

Happy Reading!

- Shizuka Kirarin -

Suara ribut burung gereja dan air mancur membuat seorang pria dewasa berambut pirang yang berbaring di tanah berumput itu membuka kelopak matanya. Mata itu menampilkan iris yang kontras dengan warna langit biru yang terbentang di langit yang ditatap oleh sang pria.

Pria itu mengernyit bingung, bingung dengan keberadaannya saat ini. Ia bangun dari tidurnya dan menengok kearah kiri dan kanan, di taman yang banyak ditumbuhi bunga matahari itu tidak ada seorang pun selain dirinya sendiri. Rasanya ia sangat familiar dengan taman ini.

Memejamkan matanya sejenak menikmati semilir angin melewatinya berserta aroma tanah basah yang berpadu dengan aroma semerbak bunga, tanpa sadar memunculkan senyum kecil di bibir sang pria. Menikmati perasaan damai yang membuatnya rindu.

Bagaimana ia bisa lupa? Ini adalah taman yang berada di belakang mansion yang dibuatkannya khusus untuk istrinya, rasanya sudah lama ia tidak pernah berkunjung ke taman ini lagi. Mungkin ini adalah mimpi karena seingatnya tadi ia ada di kamar inap anaknya yang belum siuman pasca melahirkan.

Senandung lagu yang terdengar agak samar membuat lamunannya buyar seketika. Sang pria sontak membelalakkan matanya. Ia tahu pasti lagu ini. Tanpa sadar kakinya melangkah cepat menuju ke sumber suara. Senandung lagu samar itu semakin lama semakin terdengar jelas, dan ketika ia terdiam tak jauh dari sebuah rumah kaca di depannya ia menyipitkan mata melihat dengan seksama seorang wanita yang membelakanginya itu sedang menyiram tanaman dan bersenandung. Senandung lagu yang sudah sering ia dengar dari semasa hidup wanita berambut merah kesayangannya itu.

"Kushina... KUSHINA!?" pria itu bergumam tak percaya sebelum ia berteriak keras. Kakinya kembali ia langkahkan dengan cepat menuju ke rumah kaca. Tak ia pedulikan napasnya yang terasa memburu dan keringat membasahi dahinya karena berlarian sedari tadi. Sorot matanya hanya tertuju kearah satu orang. Jantungnya pun berdegup kencang saat tangannya meraih bahu wanita itu untuk berbalik menatapnya.

"Minato," Kushina tersenyum lebar, senyuman khas yang sama persis dengan Naruto.

Setetes air mata mulai jatuh dari sudut mata Minato.

"Aree~ kenapa suamiku jadi mendadak cengeng begini, ttabane?" tanya Kushina, mengulurkan kedua tangannya untuk menghapus air mata yang mengalir di kedua pipi suaminya.

Minato terdiam, menunduk dengan tersenyum getir. Tangannya menggenggam erat tangan Kushina di pipinya, "salahkah aku bersikap seperti ini ketika aku begitu merindukanmu?"

Kushina tersenyum lembut, ia kecup bibir Minato. Minato sejenak tersentak, namun ia balas kecupan itu dengan ciuman dalam, "Kushina tidak bisakah aku ikut denganmu sekarang?" tanyanya sejenak sebelum mengecup kembali bibir ranum istrinya.

Kushina menggeleng menahan wajah Minato, menghentikan suaminya yang mengecupnya bertubi-tubi, "bagaimana dengan Naruto?"

"Kau tidak perlu cemas, Naruto akan baik-baik saja jika bersama Gaara," ujar Minato cerah yang kemudian menyerngit begitu melihat wajah cantik istrinya menjadi muram. "Hei kenapa kamu terlihat sedih, anak kita akan bahagia bersama dengan Gaara sayang. Dia adalah laki-laki yang bertanggung jawab dan baik."

Kushina menatap nanar tepat di kedua manik Minato, "sayang..., aku pikir itu tidaklah benar."

***

Home CurseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang