"Ikutin hati nurani supaya tidak mencelakai orang lain."
⭐⭐⭐
"Ha ... ho ... ha ..." Pia ngos-ngosan sesampainya di Cafe. Waktu 5 menit untuk ganti baju dan turun ke bawah sangat memakan energinya.
"Sinii sinii ...." Seorang wanita melambaikan tangannya ke arah Pia, dia adalah Michele, sang judes dan galak.
"Ada apa kak malam-malam gini?" tanya Pia setelah menempel bokongnya ke kursi.
"Dua gelas capuccino," ujar Michele ke pelayan.
"Ok ... mohon ditunggu," ucap pelayan sebelum meninggalkan meja.
"Jadi ada apa kak?" tanya Pia lagi.
"Hmm ... gini ... jadi gue mau tanya lo ada baca berita pagi ini nggak?" tanya Michele kemudian.
"Iya kak ada baca."
"Kesel gak?"
"Kesel sih tadi pagi tapi sekarang udah nggak setelah tau itu salah paham."
"Kenapa udah nggak marah? Kalau gue jadi lo gue masih kesel loh, cowo yang gue suka malah jalan bareng sahabat gue."
"Saya percaya sama Sin, Kak," ucap Pia tegas.
"Kepercayaan itu justru akan menimbulkan masalah, lo tuh terlalu polos. Lo tuh terlalu gampang percaya sama orang. Gue kasihan ama lo. Sin itu nggak sebaik yang lo kira," ucap Michele sambil menatap Pia dalam.
"Kak, lo lagi ngomong apa sih ... Sin kan adik sepupu lo, masa lo bilang dia nggak baik," ucap Pia tidak percaya.
"Okay mungkin lo bingung kenapa gue ngomong begitu ya. Gue ceritain deh kenapa gue bilang Sin nggak sebaik yang lo kira. Lo masih ingat 3 tahun yang lalu sebelum Sin debut, sebelum gue pindah ke Jakarta, kita udah kenal lewat medsos. Sin kasih lo kontak gue."
Pia memikir sejenak kemudian menjawab. "Iya, masih. Waktu itu saya dan keluarga lagi mau jalan-jalan ke Surabaya dan dia kasih kontak kakak ke saya buat nanyain tempat wisata yang asik di sana."
"Nah, kalo gitu lo sering dong lihat postingan gue yang selalu gagal ikut casting ajang pencarian idola."
Pia menggangguk kepalanya cepat.
"Lo tau gak betapa inginnya gue jadi seorang artis?"
"Belum diceritain Kak, maneketek-he" jawab Pia asal.
Michele berdecak. "Sebesarnya inginnya lo jadi pacar Marvel. Gue sama kayak lo punya keinginan yang besar dan terus berusaha untuk mencapainya, bedanya gue pengen jadi seorang artis dan dikenalin banyak orang."
Pia tampak kaget. "Saya kira lo udah nggak mau lagi kak sejak lo jadi asistennya Sin."
Michele menggelengkan kepalanya. "Gue masih berambisi ingin jadi artis seperti Sin sampai sekarang."
"Terus kenapa nggak coba casting lagi?"
"Nggak ... karena gue baru sadar dimana ada Sin, gue nggak akan bisa dilirik oleh agensi manapun. Karena, Sin terlalu bersinar dimata mereka semua. Bahkan dimata bokap gue ..," kata Michele. Ekspresinya mulai berubah menjadi ekspresi sedih.
"Nggak mungkin kak, setiap orang punya ciri khas masing-masing."
"Tidak, Sin terlalu mencolok. Dia merebut kesempatan gue jadi artis. 2 tahun yang lalu, bokap gue dapat info casting dari seorang produser. Produsernya lagi nyari remaja untuk meranin drama dan lo tau apa yang dilakuin bokap gue? Dia tawarin kesempatan itu ke Sin tanpa kasih gue coba dulu."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Star of Hollywood
Fiksi RemajaSiapa yang tidak kenal dengan Chintya Lauren? Seorang aktris dan model blasteran, memiliki darah Eropa di dalam darahnya. Dalam waktu kurang lebih 2 tahun, ia berhasil memejengkan namanya di berbagai film, drama maupun iklan di Indonesia. Meski demi...