3 Tak seindah seharusnya

10 1 0
                                    

DEWASA itu ketika kamu berhenti membandingkan dirimu dengan orang lain.

***
Arunika mengayuh sepedanya sembari tersenyum kecil, hari ini Bosnya memberinya upah lebih karena berhasil menjual semua bunga yang ia bawa.

Arunika tak ingin berterima kasih pada Gio, menurutnya ini memang rejeki yang Allah turunkan kepadanya, dan mungkin lewat Gio.

Arunika menghentikan kayuhan sepedanya di depan gerobak nasi goreng, karena hari ini ia punya uang lebih ia akan memberikan hadiah pada sang nenek.

Nek Husni sangat menyukai nasi goreng, terlebih jika diberi sambal yang banyak, ia akan makan dengan lahap.

Arunika yang dulu menyaksikan itu semua merasa bahagia, setidaknya ia bisa membahagiakan sang nenek walau dengan hal yang begitu sederhana.

"Mang, pesen nasi goreng sambalnya dibanyakin," teriaknya setelah menyimpan sepeda di samping jejeran motor.

Sembari menunggu pesanan, Arunika menatap jalan sore yang padat dipenuhi segala macam kendaraan.

Pikirannya terbang jauh, hingga tiba-tiba suatu memori hinggap di otaknya.

"Jangan lari-lari, banyak mobil!" Teriak bocah lelaki yang menatap awas pada sang gadis yang tersenyum ceria di depannya.

"Arham! Ayo tangkap Aru!" Arunika kecil kembali berlari di trotoar, tak mempedulikan banyaknya mobil di samping yang bisa saja menyerempetnya.

Arunika menoleh dan tertawa lepas menyaksikan Arham yang berlari, jauh di belakangnya.

Namun kakinya tiba-tiba tersandung batu, Arunika tak melihatnya sebab ia fokus menatap Arham di belakangnya. Ia jatuh terduduk sembari meringis kecil.

"Aru!!"

Arham mempercepat langkahnya menuju gadis kecil itu, ia berjongkok dan menatap lutut Arunika yang tergores.

"Kamu sih, dibilangin jangan lari-lari!!" Kesal Arham, tetapi Arunika hanya cengegesan di depannya.

"Aru nggak pa-pa kok Arham."

Arham menatap gadis itu lekat sembari mengehala nafas, selalu saja seperti itu. "Ini sakit gak?" Tanyanya.

Arunika menggeleng, tak menghilangkan senyum di bibirnya. "Kalau ada Arham yang jagain Aru, Aru nggak pa-pa."

Arham tersenyum mendengar penuturan gadis itu tangannya terulur mengusap rambutnya.

"Ayo aku gendong."

Arunika tersenyum cerah mendengar ucapan Arham, dengan cepat ia berdiri dan melingkarkan tangannya di leher Arham.

Arham paham betul, gadis itu kesakitan, tetapi ia selalu merasa kuat saar Arham bersamanya.

"Pegang yang kuat yah!" Ucap Arham sembari mengaitkan tangannya pada kaki Arunika.

"Oke!"

"Lo lagi ngelamun apa cosplay jadi patung sih?!"

Arunika sadar dari lamunannya saat dikejutkan dengan suara cowok yang begitu nyaring di telinga.

ArunikaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang