BAB 40

10 0 0
                                    

  Tak terasa mereka sudah sampai di Desa Luwuh. Kedatangan mereka lagi-lagi disambut oleh pengawal mereka tetapi berubah menjadi siaga. Mereka tidak menyangka kalau Tuan mereka akan membawa orang yang telah membuat Tumapel hampir hancur.

  "Tuan, apa yang Tuan lakukan!?" tanya Suryo

  "Orang ini akan membunuh Tuan kapan saja!!" kata Joko

  "Dia adalah orang yang hampir menghancurkan Tumapel Tuan!!" kata Yatno

  "mereka benar Tuan, anda tidak seharusnya membawa dia ke sini" kata Pak Tjipto

  Untuk menghindari kesalah-pahaman Aryo menjelaskan apa yang terjadi. Perlahan mereka mengerti dan menurunkan kewaspadaan mereka. Pembawaan Aryo yang Easy Going dan humoris membuat suasana mencari ceria kembali sementara Ken Angrok dan Ken Dedes hanya saling bertatapan karena tidak mengerti pembicaraan mereka.

 Setelah semua keadaan sudah normal mereka pun menuju ke Penguasa Lokal untuk melaporkan misi Aryo. Melihat Aryo yang membawa pulang perusuh hidup-hidup membuat Penguasa Lokal hanya menghela napas karena dia sudah mengetahui kalau Aryo akan membawanya ke sini hidup-hidup. Karena dinilai Aryo lebih berjasa dia pun menyerahkan mereka berdua ke Aryo dan Ayu. Sebelum Penguasa Lokal masuk ke rumah Aryo meminta kepadanya untuk memberikan satu rumah lagi untuk mereka berdua. Penguasa Lokal pun menurutinya dan memberikan rumah yang cukup jauh dari pusat desa. Keduanya tidak henti-hentinya berterima-kasih atas kebaikan Tuannya.

  Beberapa hari ke depan Ken Angrok sudah menunjukan pelayanannya baik kepada Tuannya ataupun kepada desa. Dengan rajin dia mengikuti berbagai latihan militer hingga dirinya diberikan seragam. Merasa kelimanya sudah melakukan tugasnya dengan baik, Aryo pun berencana membelikan mereka masing-masing pedang mirip punyanya.

  Dengan ditemani istrinya mereka menuju ke pelabuhan desa dan membeli 5 buah pedang dari pedagang Timur Tengah. Kebetulan desa itu lumayan makmur sehingga ada 5-8 kapal yang tersandar di dermaga. Pedagang tersebut datang dari berbagai wilayah dan sering membawa barang-barang mewah yang mereka jual dengan harga murah.

  Setelah membeli mereka memutuskan untuk pergi menemui Suryo, Joko, Yatno, Ken Angrok, dan Pak Tjipto. Tepat sekali, kelimanya sedang mengobrol di lapangan desa sehingga tidak sulit bagi Aryo untuk mencari mereka.

  "Kebetulan kalian di sini, aku ingin mengatakan sesuatu kepada kalian" kata Aryo

  "Apa itu Tuan??" tanya mereka kompak

 "Berkat dedikasi dan pelayanan kalian, kalian berhak mendapatkan masing-masing pedang yang baru saja aku beli tadi" jawab Aryo

  "M-maaf Tuan... saya tidak bisa menerimanya..." kata Joko

  "I-iya Tuan, M-maaf..." kata Yatno

  "K-kami masih mengganggap kalau kami belum sempurna Tuan..." kata Suryo

  "Ayolah, terima saja, anggap saja ini sebagai bayaran kalian" balas Aryo

  Dengan tangan gemetar mereka mengambil pedang mereka kecuali Ken Angrok dan Pak Tjipto. Setelah dikenakan mereka terkesima karena ternyata pedangnya tidak berat di pinggang mereka dan tebasannya sangat kuat. Sengaja Aryo belikan yang gagangnya berbeda-beda untuk mengenali mereka, dirinya tidak terlalu hafal pelayan-pelayannya. Kemudian mereka berterima-kasih dan pulang ke rumah masing-masing. Di sisi lain Ayu yang sudah pulang terlebih dahulu menyiapkan makanan untuk suaminya. Persediaan mereka masih sangat banyak mengingat kemarin diberikan oleh penduduk desa tempat Yatno tinggal.

  "Oh kamu sudah pulang Mas" kata Ayu

  "Iya Kinasih, aku sangat lelah..." balas Aryo

  Mencium bau enak Aryo pun datang ke dapur. Aryo yang melihat istrinya tidak sadar segera memeluknya dari belakang. Kemudian tangan Aryo mulai masuk ke dalam kain badan Ayu dan memainkan kulitnya. Ayu seketika kaget dan terangsang dengan permainan suaminya. Ayu tidak tahu kalau Aryo hanya iseng, tetapi dia malah membalasnya dengan menggendong suaminya dan menciumnya. Akibat ulang isengnya kini Aryo harus melayani lidah istrinya selama 5 menit. Untung saja hari ini Ayu menggoreng kentang jadi tidak masalah apabila di'tinggal' sebentar.

  Malam harinya Aryo tidak bisa tidur. Dia memikirkan kapan hidupnya tidak akan terluka sama sekali lagi. Sudah berkali-kali dirinya terluka dan itu sangat membuat istrinya tersiksa melihat Aryo terluka. Kemudian dia melihat istrinya yang sudah terlelap. Dengan sedih dia mencium istrinya.

  "Maafkan aku ya Kinasih..." bisik Aryo

Kisah yang Sulit Dimengerti Part ITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang