Hai, John. Ini Tentangmu.

28 1 0
                                    

Dia, Johnny. Laki-laki yang tidak tahu sejak kapan, sudah menempati hatiku. Dia seorang ayah muda yang mempunyai satu anak berumur delapan tahun. Anak perempuan yang manis, lucu dan juga pintar, persis seperti ayahnya. Ia sudah bercerai dengan istrinya dua tahun lalu. Untuk alasan kenapa bercerai, jujur aku tidak tahu.

Aku mengenal Johnny sejak kita duduk dibangku kuliah. Hanya saja, dia kakak tingkat yang cukup terkenal satu jurusan. Sedangkan aku hanya adik tingkat biasa, yang mengenalnya dengan tidak sengaja.

Malam ini aku menghadiri salah satu acara pembukaan hotel bintang lima yang dimiliki oleh salah satu kolega bosku. Tentu aku harus ikut, karena aku sekretaris pribadinya.

"Yo, Ten!" sapa seseorang pada bosku.

"Eh, John! Baru sampai?" sahut bosku, Ten. Benar, yang dihadapan kami adalah Johnny yang baru saja aku bicarakan tadi. Johnny seorang Direktur Keuangan di salah satu kantor besar di Jakarta. Johnny dan Ten sebenarnya adalah teman yang sangat akrab diluar pekerjaan. Mereka pernah menjalani pertukaran pelajar bersama ke Jepang, meskipun mereka berbeda Universitas.

"Kenapa berdua disini? Nggak kesana?" tanya Johnny sembari menunjuk dengan dagunya pada kerumunan petinggi-petinggi yang sedang bercengkrama.

"Males, paling ngomongin kerjaan. Capek banget" bisik Ten. "Lagian udah ada bokap" lanjutnya.

Johnny terkekeh, "Lu kan emang nggak niat nerusin perusahaan bokap lu". Aku hanya terdiam sembati meminum orange juice pada genggamanku. Lagipula, aku sudah paham betul bagaimana seluk beluk bosku, Ten.

"Annisa nggak ikut, John?" tanya Ten.

"Nggak. Terlalu malem. Nanti dia rewel, gue yang repot" jelas Johnny.

"Padahal ada aku, Mas. Kangen sama Annisa" celetukku tiba-tiba. Jangan heran, aku dan Johnny sudah punya panggilan satu sama lain. Mamas dan Adek. Hanya saja kepastian hubungan yang belum juga punya, ups!

Johnny merangkulku, "Oke, atur waktu ketemu weekend ini, gimana?"

Aku tersenyum mengangguk semangat, "Oke, deal!"

***

Aku tersenyum melihat Annisa bermain pasir. Pagi ini kita sedang dipantai yang cukup banyak pengunjung. Maklum, sedang akhir pekan. Aku hanya duduk diatas kain yang kami bawa dari rumah, lalu melihat Annisa dan Johnny yang bermain pasir sembari basah-basahan. Siapapun yang melihat, pasti mengira kami keluarga yang harmonis. Atau, aku saja yang kepedean? Haha, maaf!

"Mas, Annisa, udah yuk mainnya. Udah terik banget" aku menghampiri mereka.

"Sekarang jam berapa?"

"Jam 11, Mas"

"Okey, baby, rapiin dulu mainannya trus mandi" Johnny dan Annisa merapikan mainan-mainan plastik dan aku merapikan bekal-bekal yang kami bawa.

"Kamu mandi aja, biar Annisa aku mandiin" ucapku setelah menyerahkan tas berisi baju-baju milik Johnny.

Setelah membersihkan diri dan makan siang, kami memutuskan untuk langsung pulang saja. Annisa pun sudah terlihat ketiduran.

"Thank you, Annisa seneng banget tadi" lirih Johnny setelah menyelipkan jemarinya pada jemari kananku.

Aku tersenyum, "Aku juga seneng, Mas"

***

Johnny tersenyum. Sangat manis, menambah kadar ketampanan dia. Sesekali tertawa, entah apa yang mereka bicarakan.

Setelah selesai rapat tiga puluh menit yang lalu, kami memutuskan untuk berkumpul di cafe kantor. Johnny, Ten, Aku dan beberapa karyawan. Salah satunya Rachel, orang yang sedang mengobrol asik dengan Johnny. Rachel adalah salah satu karyawan baru Ayah dari bosku, Ten. Rachel baru saja bekerja disini selama satu bulan. Dan berkemungkinan akan menjadi penggantiku, menjadi sekretaris pribadi Ten.

About you, John | JOHNNY SUH✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang