Rryra Area. Yang tidak suka jangan di baca!
Tinggalkan jejak dan komentar jika suka 😁.
Genre: Romance, Fantasy, Angst.
***
Lemari kecil Vira tidak lagi mampu menampung syal yang entah sejak kapan telah tergeletak di kamarnya begitu saja. Syal kali ini di dominasi dengan warna biru langit. Jemari lentiknya menangkap perbedaan pada syal-syal itu, Terasa lebih halus dan lembut. Bertahun-tahun kemudian, barulah ia sadar kalau syal itu dirajut dari bahan berkualitas mahal.
Sudah sekian syal yang diberikan Frand, suaminya. Terakhir adalah syal biru yang ia terima 3 tahun yang lalu. Namun, hingga saat ini Vira tidak pernah sekalipun bertemu dengannya.
Bertahun-tahun Vira menanti kedatangan sang suami dan bertahun-tahun pula orang-orangnya disekitarnya mengingatkan bahwa suaminya telah meninggal dalam peperangan besar kala itu.
Vira memilih menulikan pendengarannya. Dia menolak percaya dengan peringatan mereka. Hati kecilnya percaya, suaminya masih hidup diluar sana.
Syal pemberian Frand, ia rengkuh ke dada. Seberkas kehangatan dari tangan suaminya masih berkilas.
Vira memandang jauh ke arah jendela yang terbuka. Tidak ada suaminya disana.
Masih tercetak jelas diingatannya bagaimana cara suaminya menjahili dirinya.
Pria itu akan bersembunyi di bawah jendela ketika pulang selepas menjalankan tugas. Lalu Vira akan mendengar suara orang mengetuk-ngetuk jendela kamarnya, membuatnya ketakutan. Dan saat Vira berhasil menghalau rasa takutnya untuk memutuskan mengecek keadaan diluar jendela, suaminya akan muncul mengejutkannya dengan sebuket mawar merah berjumlah 15 tangkai.
Vira bukanlah tipe wanita yang suka diberi bunga. Namun, ada alasan tersendiri mengapa wanita itu tersentuh dengan perbuatan suaminya.
"15 tangkai melambangkan tanggal kelahiran mu. Aku bersyukur. Karenanya, aku bisa bertemu dengan mu."
Vira tersentuh dengan ucapan suaminya. Dan, dia mengenal dengan baik, bagaimana sifat suaminya. Suaminya bukanlah pria romantis yang akan berkata-kata manis seperti itu. Suaminya adalah pria minim ekspresi dan pendiam, bahkan sejujurnya, Vira sangat membenci sifat suaminya. Tapi, rasa bencinya berubah seiring dengan pemahamnnya akan sifat sang suami.
Walau minim ekpresi, suaminya selalu memikirkan dan memperhatikannya. Walau pendiam, suaminya tahu harus bertindak bagaimana saat ia membutuhkannya. Perbuatan suaminya terkadang membuat Vira tercengang dan semakin membuatnya jatuh hati pada pria itu.
Sekarang tidak ada lagi yang memberiku bunga mawar. Tidak ada lagi yang mengetuk jendela kamar ku.
Cairan bening tiba-tiba mengalir membasahi pipi pucatnya. Vira menangis begitu pilu. Ia tidak peduli suara tangisannya akan membangunkan seseorang. Biarlah, untuk malam ini ia melepaskan rasa rindunya pada sang suami melalui tangisanya.
"Vira."
Vira berjengit dari posisinya sebelum kemudian melipat kembali syal berharganya. Matthew, sahabat kecilnya dan teman seatapnya, berdiri diambang pintu membawa sebuah nampan berisi semangkuk bubur dan segelas air minum. Vira tidak mengingat pernah menyuruh pemuda itu memasakan sesuatu untuknya. Namun ia cukup sadar bahwa apa yang di lakukan Matthew datang dari kehendak pemuda itu sendiri.