Pedulimu

7 1 0
                                    

" Banyak alasan untuk menyerah, namun hanya sedikit untuk bertahan. Dan menyerah tidak berarti akan terlepas dari sulit, bertahan pun bukan berarti akan bertemu dengan sebuah kata mudah. Semua ada masanya"

******

Cling...cling.. suara pintu terbuka dari kedai coffe yang berada didekat rumah Aqila. Seseorang yang sedang duduk sambil membaca buku novel menengok saat ada yang menyapa.

" Nilaacuu.." panggilnya sambil memeluk dari belakang.

"Issh lama banget dah lu, rumah Deket banget juga malah gua duluan yang sampe sini." Jawabnya

" Wkwk sorry laa , tadi tuh yah gua ketemu temen pas dijalan kesini , yaudah gua ngobrol dlu bentar la." Ucapnya dengan cengiran

" Iya deh nyonya Aqila Kirana yang punya seribu alasan." Balas Anila dengan nada jutek

" Jangan ngambek kali la, gua beliin coffe capuccino deh." Jawabnya dengan mata puppy eyes

" Nah gitu dong, mass..." Ucap Anila dan langsung mengangkat tangan memanggil pelayan .

" Asstagfiruallah yang sabar ceunah.." bisik Aqila dengan dirinya sendiri.

Mereka berdua pun memesan coffe lalu pergi meninggalkan kedainya , sebenernya hari ini mereka ingin ke Gramedia membeli buku novel yang sudah ditugaskan untuk pelajaran bahasa Indonesia.

Mereka menuju ke kumpulan buku fiksi dan nonfiksi, karena tugas ini tentang karya ilmiah.

Anila menemukan sebuah buku yang menarik perhatian nya. Ia berusaha mengambil buku itu yang berada di rak atas , karena anilaa yang tidak terlalu tinggi akhirnya ia berusaha dengan melompat2.

"Haish..." Ucap Anila dengan kesal
Ternyata ada seseorang yang memperhatikan nya dari tadi sambil tersenyum. Melihat tingkah anila yang seperti anak kecil membuatnya ingin melihat lebih lama.

Ia pun mendekati Anila dan berada dibelakang Anila. Lalu mengarahkan tangannya ke atas rak berniat mengambilkan buku itu

" Mas itu punya saya..." Spontan Anila karena tiba2 bukunya diambil lalu berbalik badan dan menatap lelaki tersebut

" Iyah, saya tau, nona kecil." Sambil tersenyum

" Apa? Wahh..wahh.. nona kecil? Yang bener aja."

" Nih bukunya." Sambil mengulurkan tangan

" Makasih,  mas mas tengil." Ucap Anila sambil mengambil buku itu dan pergi meninggalkan laki-laki tersebut.

Laki-laki tersebut tersenyum melihat kepergian Anila. Ia pun lanjut mencari beberapa kumpulan diksi bahasa untuk tugas kuliahnya. Karena dia kuliah dijurusan sastra Indonesia di universitas ternama.

Saat sedang mencari ia mundur dan tak sengaja menabrak orang yang sedang lewat dibelakangnya.

" Aduh.." keluh sang perempuan

" Eh maaf maaf mba saya gak sengaja." Ucapnya sambil berbalik.

" Aduh liat-liat dong mas kal...looooo, kak Aksaa? Ngapain disini? Jadi Lo yang nabrak gue hmmm?"

" Aqilaa.. sorry sorry gue ga sengaja, ada yang sakit? tulangnya ada yang retak? Hah? Yang mana laa ?" Ucap Aksa dengan drama

" Yeee heboh Lo ya, ahaha biasa aja kali elah, nyenggol dikit doang ini."

" Ahaha Bagus deh."

" Ka Aksa ngapain disini?"

" Beli sendal , tapi gak ada."

" Yeee nyari sendal mah diluar ka ,. Ini mah toko buku."

" Udah tau kenapa nanya sayang?" Ucap Aksa sambil menaikkan sebelah alisnya

" Ahaha nanya doang kali kak." Lalu memukul lengan Aksa

" Lo sama siapa kesni?"

" Ooh sama temen gue kak , tapi gatau dia lagi muter tadi."

" Hmmm gtuu, temen Lo yg itu bukan?"
Aksa menunjuk seorang gadis dengan rambut digerai dengan mata menuju buku yg sedang dilihatnya. Aqila mengikutin arah pandang Aksa di deretan lorong tersebut, dan ia pun kembali menatap Aksa.

" Iyah, ko Lo tau kak ? Ah astaga loo... Ngikutin gue dari tadi kak ? Ngaku Lo?"
Aksa menatap Aqila dan tersenyum .

" Jaga temen Lo baik-baik ya adik kecil, gue duluan , bye."

Aqila pun bergegas menghampiri Anila. Lalu memanggilnya

" Laa.. "
" Hmm?" Jawab Anila dengan masih sibuk mencari-cari buku

" Lo kenal sama ka Aksa?" Tanya Aqila dengan bisik2

" Ka Aksaa siapa?"

" Jadi Lo gak kenal?"

" Enggak la , udah ah cari buku ayo." Lalu menarik tangan qila dengan mulut yang masih mengoceh

Setelah pergi ke gramed, Anila dan Aqila keliling mall , mereka hanya melihatnya saja tanpa membeli. Maklum pelajar belum punya gaji. Ngeliatnya aja udh seneng . Ahaha.

Sehabis lelah mereka pulang kerumah masing-masing. Jarak dari rumah Aqila ke rumah Anila lumayan jauh , tapi bisa ditempuh juga dengan jalan kaki sekitar 15 menitan lamanya.

    Dan Anila memilih berjalan kaki di sore hari itu seorang diri. Dia melewati taman yang dulu sering di kunjuinya bersama Raihan. Ia masih belum bisa sepenuhnya melupakan Raihan. Waktu 3 tahun bukan waktu yang singkat. Ada 36 bulan yang sudah kita lalui bersama. Namun harus terpisah karena hukum semesta. Anila pun duduk dan memejamkan matanya.

Menenangkan pikirannya sebelum kembali kerumah. Dan tanpa di sadari ada Raihan yang berdiri dihadapan Anila . Melihat wajah yang ia rindukan sedang memejamkan matanya.

Matahari sudah ingin terbenam namun Anila masih merasa nyaman berada ditaman. Lalu Raihan meletakkan sebuah surat beserta ice cream vanilla dengan coklat diatasnya. Ia tersenyum dan pergi tanpa suara. Ia tahu kalau Anila memejamkan mata, banyak khayalan bahagia yang mucul dibenaknya. Dan ia tak ingin mengusiknya.

Anila membuka mata dan tersenyum. Dia hendak berdiri dan mengambil buku disampingnya. Namun ia terkejut ketika ada sebuah surat dah ice cream vanila kesukaannya. Anila tersenyum. Ia tahu Raihan yang telah memberinya. Karena ia sedikit mengintip tadi. Anila pun bangkit dan pulang.

@Anila

     Terimakasih tak melupakan kesukaanku. Yang mengartikan kepedulian darimu untukku. Semesta pasti sedang berbahagia, bersamamu Raihan Atmala. :)

- pesan terkirim


Vote coment dan follow :) terimakasih :)

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 07, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Rahasia WaktuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang