Tegang

799 39 21
                                    

Aku terbangun lebih pagi dari biasanya di hari minggu, bukan karna sebuah kebetulan tapi hari ini adalah hari Bahagia bagi seseorang yang special di hidupku, dia saudara tak sedarahku yang selama hampir separuh usiaku menjadi kawanku dalam segala situasi, ahh mataku hampir berlinang air mata seraya aku bersiap-siap mengenakan jas yang sengaja arya buatkan untuku, memoriku Kembali memutar rekaman rekaman kejadian yang pernah aku alami di masa lalu dengan arya, kenakalan kami di waktu sekolah dulu, perdebatan tak penting kami tentang ayam dan telur, serta pembahasan berbagai macam konspirasi lainnya yang membuatku sangat merindukan momen itu, tak terasa persahabatanku dengannya bisa sampai sejauh ini, hingga aku bisa mengantarkannya di hari bahagianya.
Sebuah taman kosong di Kawasan wisata yang berlokasi di dataran tinggi kota Bandung disulap menjadi tempat yang menakjubkan, dekorasi bernuansa putih, dengan ornament yang simple tapi elegan, serta alunan music khas pernikahan terdengar dari segala arah, seraya semua orang sibuk dengan tugasnya masing2 seorang wanita paruh baya tiba menghampiriku
"ya ampun anak mamah yang ini baru dateng, tuh si arya udah nungguin"
Kupeluk wanita paruh baya tersebut, ibu arya yang sudah kuanggap seperti ibuku sendiri, lantas aku segera menuju ke sebuah ruangan tempat arya bersiap siap, karna lokasi pernikahan arya yang cukup jauh dari rumahnya dan sangat kebetulan bahwa ditempat pernikahannya juga menyediakan akomodasi penginapan sehingga arya dan keluarganya sudah berada di lokasi pernikahan dari hari kemarin.
Kubuka pintu kamar 301, Nampak seseorang sedang berdiri kaku menghadap ke jendela, namun seraya langkahku mendekat, pria itu segera menolehkan pandangannya ke arahku, arya melangkah menuju arahku dan memeluku dengan erat, dengan sedikit airmata di pipinya, dengan suara bergetar dia berkata
"will, gue Bahagia banget hari ini gue bakal nikah sama orang yang gue cintai, makasih udah jadi sodara gue selama masa lajang gue sampe sekarang, gue harap persahabatan kita bakal sampe tua ya"
Ah aku sangat terharu mendengar arya berkata seperti itu, sungguh beruntung rasanya memiliki seorang sahabat sepertinya, sahabat yang selalu ada dalm susah dan senang, sahabat yang menerima segala kekuranganku, dan dia yang selalu ada untuk mendukungku disaat seluruh dunia terlihat sedang menjauhiku, sungguh, aku sangat beruntung.
Entah mengapa, hari ini aku merasa sangat Bahagia, melihat semua orang tersenyum, melihat arya bersanding di pelaminan dengan senyum yang selalu terpancar di wajahnya, music yang Bahagia, suasana yang hangat, namun semua itu berubah Ketika kulihat seseorang di ujung sana, walaupun hanya kulihat dari arah belakang, namun kutau pasti siapa itu, maksud hati ingin berlalu meninggalkan seseorang itu karna tidak ingin merusak suasana hatiku yang sedang Bahagia, aku segera memalingkan pandanganku ke lain arah dan ingin segera bergegas, namun sial jasku malah tersangkut ke salah satu dekorasi berbentuk pot raksasa yang mana terdapat juntaian bunga palsu yang rantingnya terbuat dari kawat sehingga menyebabkan kancing jasku lepas, karna gerakanku yang sedikit panik membuat beberapa orang menoleh ke arahku, lalu sosok taka sing dating menghampiriku, ternyata itu adalah pembuat bajuku, setelah kujelaskan bahwa jasku tersangkut, wanita dengan raut wajah ramah itu menyuruhku untuk pergi ke kamar yang digunakan arya untuk berganti baju untuk menjahit kancing jasku, aku segera berjalan menuju kamar 301, kamar yang digunakan arya untuk bersiap siap tadi pagi.
Aku terduduk di tepian Kasur, sambal menunggu kubuka ponselku Kembali melihat gallery ponselku, memilih foto terbaik yang akan aku unggah di social media, kemudian kudengar suara Langkah kaki mendekat penghampiriku, kunaikan kepalaku melihat ke atas dan aku sangat terkejut, dirga berdiri tepat dihadapanku dengan wajah datar memegang sebuah jarum yang sudah terikat benang, perlahan aku berdiri dan membuka tanganku, seolah-olah memberikan isyarat untuk mempersilahkannya memperbaiki kancing di jasku, aku sangat kebingungan, suasana saat ini begitu canggung dan tidak nyaman, ahirnya ku beranikan diri untuk membuka perbincangan
"wah kirain ibu kamu yang bakal benerin kancingnya"
"memangnya kenapa kalo saya pak"
"gapapa ko, kaget aja ternyata kamu bisa"
"belajar, buat bantuin ibu"
Setelah jawabannya itu, aku merasa sangat menyesal untuk membuka percakapan dengannya, sungguh aku merasa sebagai seseorang yang sangat tak diinginkan olehnya Ketika itu, matanya terus saja menunduk tertuju ke arah kancing jasku yang terlepas, suara dari mulutnya sangat pelan hingga aku perlu beberapa saat untuk benar-benar mengerti apa yang dia ucapkan
"sudah selesai pak"
Mulutnya Kembali terbuka Ketika dia sudah menyelesaikan pekerjaannya, kini ia Kembali berdiri dan segera bergegas meninggalkanku, namun hatiku benar-benar sangat kalut waktu itu, aku sungguh tak tau apa yang membuat keberanianku begitu besar hingga aku menggenggam dengan erat pergelangan tangannya Ketika menahan dirga yang akan pergi dari kamar itu, keheninganpun terjadi beberapa saat setelah aku mencengkram kuat pergelangan tangannya, perlahan dirge menolehkan kepalanya dengan tatapan sangat murka terhadapku, jujur aku sangat takut melihat sorot matanya saat itu, tatapan mata yang biasanya sangat damai kini seakan penuh dengan kobaran api amarah, pandangannya tak berkedip sedikitpun, matanya terbelalak tajam melihat ke arahku, kini tangan kanannya menggenggam kuat tanganku yang memegang pergelangan tangan kirinya, sekuat tenaga ia mencoba melepaskan genggaman tanganku hingga aku merasa sangat kesakitan, namun sekuat tenaga pula aku menahan genggamanku, sungguh genggamannya sangat kuat, tanganku dicengkram dan ditarik hingga membuat tanganku kini tak bisa menahan genggamanku lagi, sungguh pergelangan tanganku sangat kesakitan namun seolah tak peduli dengan sakit ditanganku, dirga Kembali bergegas meninggalkanku, sungguh amarahku juga sangat tersulut waktu itu, seolah tak menyerah aku Kembali memegang pergelangan tangannya, berusaha sekuat tenaga agar dirga tak pergi meninggalkan kamar itu
"apasih!!!"
Kata itu terlontar dari mulutnya dengan nada membentak, matanya masih saja terbelalak, entah mengapa mendengarnya berkata seperti itu dengan nada yang sangat membentak, melihat tatapan matanya yang begitu menyakitkan, serta merasakan genggaman tangannya yang sangat menyakitkan membuatku tak kuasa saat itu, tanpa terasa air mataku tumpah membasahi pipiku, entah apa yang kurasakan saat itu namun yang aku inginkan hanyalah menghentikan tangisanku agar aku mampu berbicara, namun hatiku begitu tersayat saat itu sehingga setiap hembusan nafas yang ku hirup dan keluarkan hanya menambah sesak dan perih dihatiku saja, sungguh memalukan, sangat memalukan aku harus menangis dihadapan seseorang tanpa aku tau cara menghentikan tangisanku yang keluar tanpa suara, sekuat mungkin aku tahan suara tangisanku agar tak sampai keluar dari mulutku yang lagi lagi membuatku semakin merasa perih dan sesak di dada, dalam suasana tangisku yang pilu, dirga menggenggam pundaku dengan erat, atas tindakannya itu aku penasaran dan memberanikan diri untuk melihat wajahnya, tak kusangka wajah yang tadi sangat marah kini berderai airmata juga, sesaat kami hanya saling bertatapan dengan tangisan di mata kami yang terus berderai tanpa suara, lalu dirga mendorongku ke arah pintu dengan kedua tangannya yang masih mencengkram kuat pundaku, sampailah Ketika punggungku menyentuh pintu karna didorongnya, kini setelah badanku tidak bisa bergerak karena dorongan tangannya yang begitu kuat, dengan tatapan yang masih tajam kini dirga mendekatkan tubuhnya denganku dengan sekaligus sehingga dadaku agak sedikit sakit karna beradu dengan dadanya, tatapannya semakin tajam, nafasnya kini dapat terdengar olehku, kini tubuhku dan dirge sudah tidak memiliki ruang untuk bergerak lagi, tiba-tiba dirge mendekatkan kepalanya, entah seberapa dekat, namun aku ingat waktu itu aku bisa merasakan hembusan nafasnya, wangi mulutnya dapat terhirup dengan jelas olehku, tatapan yang tajam itu berubah menjadi sayu, perlahan ia tutup kedua kelopak matanya seraya bibirnya perlahan mulai menyentuh bibirku, sejenak setelah itu dalam keadaan bibir kami saling bersentuhan, dirga menarik nafas dan bersamaan Ketika ia menghembuskan nafasnya, dirga memagut bibirku, dengan sangat lembut ia menghisap bibirku, kemudian lidahnya mulai menyapu bibirku, memaksaku untuk membuka mulutku, kini lidahku menyambut lidahnya, menari-nari Bersama dalam suasana ini, cengkraman tangannya kini berubah tak sekuat tadi, perlahan tangannya mengusap leherku dan menguncinya sehingga aku tidak bisa menggerakan leherku, jantungku begitu berdebar namun disisi lain entah mengapa aku merasakan kebahagiaan yang membuat separuh jiwaku menjadi damai, tak terasa akupun kini menutup kedua mataku, menikmati setiap sentuhan bibir dan lidahnya, kami berdua berciuman dengan airmata yang masih berderai, berpelukan, melepas perasaan satu sama lain yang mungkin selama ini tertahankan.
'tok tok tok'
Sial, seseorang dibalik pintu mengetuk kamar dan berusaha menerobos masuk, aku dan dirga sontak membuka mata kami dan saling bertatapan kaget dengan posisi bibir kami yang masih menempel satu sama lain.
Bersambung...............

Cinta tak harus memilikiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang