Bab Tak Berjudul

344 36 14
                                    

Jeongguk ingat betul kali pertama ia memberanikan diri menyapa Taehyung di musim panas tahun terakhir sekolah menengah pertamanya. Pertemuan pertama mereka dramatis sekali, cocok menjadi adegan pembuka kisah percintaan remaja yang tentu kecil presentase terjadinya di dunia nyata. Maka dari itu, Jeongguk sendiri menganggap pertemuannya dengan Taehyung kala itu sungguh luar biasa. Hari itu begitu terik dengan angin kering yang menambah dahaga, panasnya menusuk kulit dan Jeongguk berdiri diam pada bayang-bayang pohon yang bergerak samar mengikuti arah angin yang tak kunjung membantu hilangkan panas tubuhnya. Saat itu tepat tengah hari kala Jeongguk mengingat kembali bagaimana awal mula ia dengan bodohnya hampir membunuh dirinya sendiri dengan dehidrasi. Saat itu, mendapati suhu pagi hari yang tak mencapai angka dua puluh lima, Jeongguk dengan penuh percaya diri membawa bola basketnya dan seperti biasa berlari mengelilingi lapangan yang kehilangan penghuninya selama musim panas tiba. Tapi dalam dua jam saja ia berlari dengan kaos katung tanpa lengan miliknya, lonjakan suhu tak biasa jelas terasa. Jeongguk pusing, hampir muntah saat dengan sembrono berjongkok dan mengusap peluh disekitar lehernya. Terbatuk dan separuh menyeret tubuhnya, Jeongguk berjalan menepi, mencoba menyelamatkan dirinya dengan berdiri pada bayang-bayang pohon yang sekiranya dapat menghalau panas matahari yang mulai menggila. 

Jeongguk bukan seseorang yang lemah, dalam lima belas tahun hidupnya, dia bahkan belum pernah pingsan dalam upacara bendera atau pelajaran olahraga. Dia terbiasa berlari dalam musim panas yang menyengat kulit kepala atau menerabas hujan dalam perjalanan pulangnya hanya untuk membuat ibunya mengomel tak percaya-- bagaimana bisa seorang anak laki-laki remaja sepertinya tak henti-henti membuat kotor pakaiannya. 

Kala itu Jeongguk berdiri diam, memejamkan mata sembari sesekali mengusap keringat yang hampir-hampir jatuh pada matanya mengganggu. Menghela napasnya, suatu tarikan kecil ragu-ragu pada kaosnya yang basah dan terasa lengket-menjijikan membuatnya membuka mata dengan gerakan cepat yang membuatnya lagi-lagi ingin muntah. 

Seseorang yang menarik kausnya tak terlihat oleh matanya, dengan tubuh yang kecil dia tertutup payung kuning menyala yang terbuka. Lalu begitu, seseorang itu menaruh payung nyentrik itu ke tanah, kemudian membuka ransel senada tanpa menunggu Jeongguk untuk mengeluarkan suara. Menengadahkan wajah, seseorang itu mengulurkan sebuah botol minum yang telah diminum separuhnya. Wajahnya merah dengan senyum malu-malu yang memukau, menampar Jeongguk dengan pesona tak main-main yang Jeongguk tak kunjung pahami bahkan sampai saat ini. 

"Aku- aku bukan orang aneh tapi- tapi Kakak terlihat seperti akan jatuh dan- dan ini panas dan- air minum..." katanya. Suaranya begitu kecil dan ragu-ragu, sebelah tangannya bahkan tengah meremat erat-erat pada jahitan celana miliknya, dengan jelas berusaha mengumpulkan keberanian untuk datang dan menolong Jeongguk yang hampir bunuh diri. Melihat semua itu, sesuatu dalam kepalanya meledak. Melolong dan meneriakkan teriakkan imajiner tentang begitu menggemaskannya anak laki-laki dihadapannya. 

"Terima kasih..." Jeongguk mengambil botol itu, dengan berhati-hati, sepenuhnya tidak ingin menakuti bocah dihadapannya, ia membuka tutupnya dan mulai menegak isinya yang jelas begitu menyegarkan untuk tubuhnya yang hampir menyerah seluruhnya. Jeongguk dengan jelas dapat menangkap raut lega dan senyuman malu-malu anak itu saat Jeongguk berterimakasih padanya. Itu terlihat begitu indah dengan kilauan yang dengan aneh tertangkap muncul dari anak itu pada matanya. 

Sesuatu yang terjadi selanjutnya berlangsung begitu cepat. Anak itu menjerit tertahan, mengoceh tentang sesuatu seperti dia terlambat sebelum kemudian berlari mejauh setelah meraih payungnya cepat. 

Jeongguk jelas hanya diam ditempat, mungkin karena aliran oksigennya menuju otak terhambat dan juga karena dirinya yang hampir saja mati dehidrasi, otaknya menjadi bebal begini.

Lalu begitu, Jeongguk tak jadi mati hari itu. Sesuatu yang terjadi adalah dia yang jatuh hati, kehidupan remaja pubernya dimulai hari itu juga, anak laki-laki dengan payung nyentrik yang (secara berlebihan) menurut Jeongguk telah menyelamatkannya itu adalah cinta pertamanya. 

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 17, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

MONOLOGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang