"Do, ayo temenin Jeje ke sana!"
"Gamau, Je! Dodo kan takut rumah hantu!"
"Dodo cemen! Jeje aja berani!"
"Nggak, Jeje tukang boong!"
"Jeje nggak boong tuh! Jeje bisa buktiin!"
Jennie kecil melangkahkan kakinya masuk ke dalam. Ia tak menghiraukan tatapan aneh seorang pria yang berdiri disamping pintu masuk. Mungkin pria itu berpikir bahwa ada anak kecil yang cukup nekat masuk ke rumah hantu.
"Ayo? Gini doang. Dodo masih takut?" Jennie menatap Doyoung remeh dari dalam pintu masuk.
Dodo dengan ragu melangkah masuk. Ia menaruh kedua tangannya di pundak Jennie, membiarkan Jennie berjalan duluan.
"Nah kan? Mana seremnya?" Mereka masih berjalan di lorong. Tak ada apa-apa, hanya patung-patung yang bergerak di samping mereka sambil melambai-lambai.
"Ini mah cuma patung, Dodo gausah takut dong!" Jennie berbalik menatap Doyoung sambil menunjuk patung disampingnya dengan senyum remeh.
Doyoung yang melihat itu jadi sebal. Keberaniannya seketika meluap.
"Dodo udah gak takut," balasnya tenang. Jennie tersenyum senang lalu menyambar tangan Dodo, berjalan beriringan.
"Rumah hantu sama sekali gak ser- UWAH HUAA APA ITU?!"
"AAAA MAMA! HUA HIKS HIKS! DODO HUAAAA!" Teriakan dan tangisan Jennie seketika menggema di lorong kosong itu. Jennie meraung-raung sambil menempelkan dirinya kepada tubuh Doyoung.
Ia takut sekaligus terkejut saat merasakan sebuah rambut bertengger di atas kepalanya.
"DODO SINGKIRIN! HUAA MAMA! HIKS!" Jennie masih menangis, meraung sambil menyelusupkan kepalanya di ceruk leher Doyoung.
Doyoung kecil tertawa kencang. Padahal itu hanya sebuah wig yang digantung di atas dan diturunkan dengan sebuah benang.
Doyoung tak langsung mengambil wig itu. Ia menikmati tangisan Jennie, merasa puas melihat teman yang tadi sok berani kini meraung ketakutan.
"Dodo mau nyingkirin itu asal Jeje ngaku kalo Jeje penakut!"
Jennie masih menangis, tak berani mendongak. Ia juga tak mau berbicara.
Doyoung mendengus sebal. Jeje keras kepala banget! pikirnya.
"Hihihi!" Doyoung menakut-nakuti Jennie dengan menggerakan rambut itu. Seperti tebakannya, Jennie kembali berteriak ketakutan.
"HUAA MAMA! HIKS! DODO TOLONG! IYA JEJE PENAKUT! HUAA DODOOOO!" Jennie kecil mengeratkan pelukannya kepada Doyoung. Tak mau menatap ke belakangnya.
Doyoung tertawa pelan dan membuang wig itu dari atas kepala dan bahu Jennie.
Namun Jennie masih menangis, walaupun tidak sederas tadi.
"Hiks! Je-jeje ga-hiks gak mau hiks k-ke sini hiks la-lagi!" Jennie berucap dengan terbata-bata. Dodo menyengir pelan menatap Jennie yang seperti ini. Lama-lama kasihan juga.
"Cup cup cup! Udah dong, Je. Kita keluar aja ya? Yuk sama Dodo!" Doyoung kecil mengelus punggung Jennie yang bergetar.
Beberapa saat setelah itu tangisan Jennie berhenti.
"Ayo jalan," ucap Doyoung pelan. Jennie mengangguk kecil. Memeluk Doyoumg dari samping dan mengikuti langkah kaki anak itu.
"Makanya, lain kali jangan sok berani!" Jennie kecil mengerut sebal, namun tak membalas cibiran Doyoung.
KAMU SEDANG MEMBACA
B̶u̶k̶a̶n̶ 𝘼𝙣𝙖𝙠 𝙆𝙚𝙢𝙗𝙖𝙧 × Jendoy [Re-Upload - Continue]
FanfictionDodo selalu kesal setiap kali orang memanggil dirinya dan Jeje adalah anak kembar. Dodo tidak mau menjadi kembaran ataupun saudara gadis manis itu. Dodo mau menjadi pendamping hidupnya. "Jeje itu calon istri Dodo!" -Dodo 20xx, gakmau dibilang kemba...