CHAPTER 25

614 50 9
                                    

"Bisa tolong bantu aku? Jauhkan dia darinya. Kau mengerti maksudku, kan?"

"........"

"Baiklah, terima kasih. Aku percaya padamu."

"........"

"Aku tidak ingin dia terluka. Fisik maupun hati, semuanya sangat berharga untukku. Jika kemarin dia bisa mendorongnya kedinding, lain kali pria itu tidak akan membiarkan hal yang sama terulang."

"........"

"Ya, ya. Arraseo."

"Kau sudah bangun?" Yoong masuk tanpa mengetuk pintu kamar hingga sedikit menyentak Jessica yang sesegera mungkin meletakan ponselnya.

Menteralkan ekspresi, Jessica tersenyum lembut, berusaha bangkit dari posisi berbaring lalu bersender di bantal yang sudah Yoong tumpuk menjadi dua tingkat.

"Aku tidak suka sarapan terlalu pagi." Jessica mengerucutkan bibirnya seolah tengah merajuk setelah melihat nampan di tangan Yoong.

Reaksi Yoong nampak tenang. Senyumnya tak kalah lembut, bahkan menenangkan.

Jessica menyukainya. Sungguh.

"Sekarang jam 8 pagi, Jessica. Tapi jika kau tidak ingin makan, aku akan meletakannya kembali di dapur."

Tubuh Jessica kembali merosot masuk ke dalam selimut. Pria itu tak tahu apa yang ia inginkan saat ini dan pergi begitu saja dengan nampan berisi makanannya.

Menekuk datar, wajahnya tidak dapat bernegosiasi. Reaksi Jessica secara alami menuruti hatinya yang terlanjur kesal pada Yoong.

Pria itu kembali, namun ia tak berniat melirik ke ambang pintu.

"Jangan tidur lagi. Bangunlah." Duduk di tepi kasur, Yoong berujar sarat akan perintah seraya membuka sebuah wadah kecil dengan isi yang tercium cukup wangi.

Tidak. Itu bukan parfume, melainkan sebuah balsam. Untuk apa? Fikir Jessica membatin bingung, namun tetap menuruti permintaan Yoong untuk duduk tegap menghadap ke arahnya.

Wajah pria itu berubah dingin. Terlebih saat ia mulai mengoles pundak Jessica yang terlihat sedikit membiru, penuh kehati-hatian.

Jessica mengernyit sebelum melirik ke bahunya, melihat bagaimana keadaan bagian yang di olesi oleh Yoong dengan balsam tersebut.

Ia baru ingat bahwa Tyler meninggalkan jejak di sana. Jejak yang cukup jelas terlihat akibat cengkraman keras dari tangan besarnya kemarin.

"Aku-"

"Ini jelas bukan kondisi yang bisa kau katakan baik-baik saja." Yoong bergumam cepat memotong kalimat Jessica yang kini tengah menggigit bibirnya.

Seolah tahu apa yang akan di katakan gadis itu, Yoong memilih untuk tak mendengarnya. Apapun, tentang kejadian tempo hari lalu dimana dirinya merasa sudah lalai dan gagal.

Terngiang kembali, kalimat appa Im membuatnya merasa bahwa tak ada salahnya untuk mengoreksi diri.

Saat itu Yoong memang bisa melindungi Jessica dari tangan pria paruh baya tersebut, namun kemarin yang terjadi justru sebaliknya.

Yoong merasakan hatinya hancur melihat tubuh Jessica langsung merosot turun ke lantai saat ia berhasil menarik Tyler lalu melemparnya ke dinding dengan keras.

"Jangan memikirkan apapun." Gumaman Jessica pelan terdengar, menyentak mata Yoong untuk naik menatap maniknya.

"Bagaimana caranya?"

"Bukankah kau terbiasa untuk hanya memikirkanku?" Yoong melengkungkan alisnya ke atas, berusaha menahan senyum yang hampir saja terpancar di bibir.

PUZZLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang