Bagian 44 || Lingkungan Baru

11 6 0
                                    

" Salwa? Jadi siapa itu kevin? "

" Ee-r "

" Atau bagaimana jika aku menyusulmu sekarang? " Tanyanya lagi

" Kevin itu orang yang baru aku temui, kamu juga dengarkan tadi aku berbicara apa padanya? " Aku buru - buru membalas ucapan reza.

" Iya sangat dengar sampai kamu memberikan nomor ponselmu padanya. "

Aku menghela napas.

" Kamu bahkan tidak memberikan nomormu padaku saat pertemuan pertama kita. Aku tahu nomormu karena aku meminta dari novi. " Lanjutnya.

" A- aaku, eum tidak ada hubunganya dengan kita, " jawabku ragu.

" Salwa! Aarghhhhhhh " aku menyerngit saat reza berteriak kesal diujung sana.

Aku bisa membayangkan bagaimana perasaan reza, ia menyukaiku dan aku pergi tapi reza masih belum mempunyai hubungan apapun denganku lalu jarak antara aku dan dia membuat dirinya kesal.

Tapi tidak denganku, mungkin jika ditanya saat ini aku akan mengatakan bahwa aku masih menyukai reza tapi jika saat aku berbicara dengan lelaki lain. Ada reza disampingku yah melalui kalung pemberianya itu membuatku merasa diawasi 24 jam.

Jadi aku tidak akan menenangkan dan mengatakan hal seperti ini pada reza untuk mengurangi rasa kesalnya. Karena jika aku menjelaskan seperti ini reza akan semakin percaya padaku dan tidak akan memalingkan wajahnya pada novi.

" Aku ingin tidur selamat malam za, "

" Baiklah. Selamat malam. "

" Salwa, . . . . . Mimipi indah ya. "






Aku menatap rumah yang ada didepanku, gaya rumahnya sama seperti rumah sekitar bedanya ada beberapa teras rumah yang sudah terlihat lain. Selera orang dewasa itu selalu komplek. Entah karena apa mereka papi dan papa selalu berpikir untuk tinggal dikomplek mungkin karena keamananya terjamin atau apalah.

Dari berjam - jam akhirnya aku sampai disini.

Mami dipapah papi menuju kearahku.

" Selamat datang salwa, dikeluarga ini. " Bisik mami ditelingaku.

" Iya mi. "

Setelah membersihkan badanku aku terbaring ditempat asing ini.

Kamarku saat ini sangat berbeda jauh dari kamarku yang ada ditempat mama, ini jauh lebih besar serta lebih banyak barang yang tidak perlu. Seperti bangku ayunan yang ada dipojok kamar ini.

Entah apa fungsinya tapi cukup membuatku tertarik untuk mendekatinya.

" Salwa? "

Ketukan serta suara mami membuatku tidak jadi menutup mata untuk bermimpi.

" Iya mi? "

" Ini seragam sekolahmu, besok kamu mau langsung berangkat atau lusa saja? "

" Eum besok saja tidak apa mi. "

" Baiklah, maaf mengaggumu. Selamat malam. "

" Mi, ( mami menatapku ) selamat malam juga dan mimpi indah, " ujarku tulus.

•••

Keesokan harinya aku terbangun dan langsung memakai seragam sekolahku yang baru. Aku belum tahu peraturan seperti apa disana jadi aku memutuskan untuk memakai sweeterku.

Turun kebawah ada mami dan seorang wanita yang lebih tua dari mami sedang membereskan makanan untuk dihidangkan dimeja makan.

" Salwa bagaimana tidurnya? " tanya mami.

" Baik mi. " Aku duduk disebrang meja milik mami.

Ruang makan ini lebih besar dari ruang makan milik mama. Jadi banyak kursi kosong yang menjadi pemandangan langka dipagi hari.

" Ouh iya, mamikan sedang hamil jadi kenalkan ini mba eli dia asisten dirumah ini kamu jika butuh sesuatu tinggal minta pada mba eli ya. "

" Iya mi. "

Setelah mengatakan itu papi turun dari arah tangga memakai kemeja hitamnya.

Setelah sarapan aku pamitan bersama papi pada mami.

" Ingat - ingat jalanan menuju sekolah. Apa kamu ingin papi membelikan motor? " Tanyanya.

" Eum, tidak usah pi, nanti salwa naik kendaraan umum saja. Ada taksi online bukan? "

" Ada, tapi setelah 18 tahun kamu bisa pikirkan lagi tentang ini. " Aku mengangguk setuju. Lalu tidak lama kami tiba disekolah baruku.

Papi ikut turun bersamaku diparkiran ini, katanya ingin menyapa temannya yang notabenya adalah kepala sekolah disini.

Saat aku berjalan bersama papi beberapa siswa ataupun sisiwi datang memperhatikan kami aku yang pemalu ini hanya bisa menunduk malu dibelakang papi.

Tiba diruang kepala sekolah aku masuk,

" Permisi, " orang yang kuketahui sebagai kepala sekolah disini menengeok kearah papi. Nada yang digunakn oleh papi emang nada jahil. Dan saat pak kepala sekolah ini melihat papi ia langsung bangun dari duduknya dan tersenyum ramah pada kami.

" Ah! apa kabar bagas? "

" Bisa lihat sendiri bukan? " Aku hanya memeperhatikan mereka berdua dengan pandangan bingung. Pak kepala sekolah memang terlihat seumuran dengan papi tapi saat diteliti lebih jauh lagi itu wajah papi yang terlihat lebih muda.

Papi dan aku dipersilahkan duduk dibangku yang tersedia.

" Ekhem, jadi ini putri mu? "

" Iya, aku titip ya. "

" Salwa kan namanya? Kamu bisa panggil saya paman atau om saja jika diluar sekolah. Saya ini teman papimu loh. "

" Iya pak, "

Setelah beberapa menit papi dan pak kepala sekokah mengobrol seputar pekerjaan entah apa itu aku tidak mengerti lalu ada seorang guru cantik yang menghampiriku.

Dan ternyata dia adalah wali kelasku, namanya bu mega dan akan menjemputku untuk masuk kedalam kelas.

" Anak - anak kita kedatangan murid baru, masuk salwa, "

Aku berjalan sedikit menunduk, ada sopan harus tetap digunakan bukan. Kelas yang kumasuki ini sama dengan kelasku yang dulu tidak banyak anak dikelas karena sekolah ini lagi - lagi sekolah favorit. Dan yang pasti papi membayar untuk memasukanku disekolah ini, karena jujur saja saat kepindahanku ini semseter 2 dan tidak mungkin ada sekolah yang masih mau menerima murid pindahan, dilihat dari koneksi papi dan pak kepala sekolah saja aku sudah bisa menebak dengan benar.

Semua anak yang ada dikelas menatap kearaku, mata mereka mata - mata yang penasaran olehku, dan mataku yang melihat mereka juga sama penasaranya.

Apakah mereka akan sama seperti erina dan yang lainya? Atau tidak?

Tapi lamunanku tersadar saat bu mega memintaku untuk perkenalan.

" Hai salam kenal semua, namaku Salwa salsabila selain murid baru disini aku juga baru ditinggal dikota ini, " setelah mengatakan itu aku tidak lupa untuk tersenyum lebar kearah semua orang.

" wahh iya, terimaksih salwa dan selamat datang dikeluarga kami. Dan kebetulan ibu mengajar saat ini jadi perkenalanya jam istirahat saja ya. " Aku mengangguk lalu aku berjalan kekursi yang ditunjuk oleh bu mega.

Disini mejanya satu orang satu, jadi aku duduk dibangku ketiga ditengah - tengah.

Pelajaranya masih sama, sama - sama membuat otakku berpikir keras. Selama menunggu jam istirahat aku banyak bertanya pada sisiwi yang duduk disampingku.






Tbc
see you

Honey & Heaven [Complate]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang