3-JANJI

587 181 122
                                    

[FOLLOW SEBELUM MEMBACA, JANGAN LUPA JUGA VOTE & KOMEN YAA KARENA ITU SANGAT BERGUNA BANGET BUAT AUTHOR]

"LO NGAPAIN DISINI!" teriak Lintang pada Merc, sang cowok yang merasa terganggu akhirnya berdiri.

"Kenapa? Emang gue gak boleh ke Cafe ini?" tanya Merc dengan sikap dingin.

"Ohh berani ya lo sama gue! Pergi! Atau gue tendang lo!"

"LINTANG! LO DARIPADA CARI GARA-GARA MENDING PESEN AJA DAH!" teriak Taro.

"Tuh, dipanggil sama temen lo!" ucap Merc lalu pergi meninggalkan Cafe. Niatnya mau kenalan lebih dalam bersama Mendung, tetapi dia malah bertemu dengan musuh terbesar geng nya yaitu geng BANDANGER.

"Nih ya gue kasih tau sama lo Lintang Ardaniel, kalo lo mau ribut mending di tempat lain deh! Jangan di Cafe tempat gue kerja!" Peringat Laut dengan muka juteknya.

"Hehehe, maaf beb, abisnya dia nyebelin."

"Mau pada pesen apa?!" tanya Laut masih dengan wajah juteknya.

"Yaelah neng, jangan jutek-jutek napa, nanti kagak ada yang lirik loh," goda Taro.

"LO GODAIN CEWEK GUE LAGI! GUE ABISIN LO TAR!" teriak Lintang membuat pengunjung Cafe menatapnya.

"Mas? Bisa nggak gak usah teriak-teriak? Ganggu tau nggak," ucap seorang gadis pengunjung Cafe sambil meminum Mocaccino.

"Kalian mau minum atau cari ribut?" tanya Petir dengan tenang sambil meminum secangkir kopi.

"WEHH UDAH PESEN PESEN AJA LU TONG!" teriak Lintang.

"Makannya jangan ribut!" ucap Neptunus sambil meminum Cappucino.

"Bebeb Laut, abang Lintang mau pesen Mocaccino dongg," pinta Lintang sambil mengedipkan satu mata membuat Laut risih.

"Samain La," tambah Taro.

"Oke pesanan akan segera datang."

Sambil menunggu pesanan, Petir dan Neptunus sedang berdiskusi untuk menjebak siapakah salah satu anggota geng nya yang mata-mata geng GENTALA. Sedangkan Lintang dan Taro sedang berdiskusi bagaimana cara memikat hati Laut dan Jencha.

Tampak seorang gadis cantik berjalan ke arah segerombolan geng BANDANGER sambil membawa pesanan Taro dan Lintang, gadis itu kemudian menaruh Capuccino di depan Taro dan Lintang lalu duduk di sebelah Petir.

Petir terkejut saat melihat Mendung berada di sebelahnya, apakah yang sebenarnya dia lakukan disini? Apakah gadis ini membuntutinya lagi? Batin Petir.

Petir berusaha tak menganggap Mendung ada dan selalu menghindar darinya, namun Mendung terus mendekatinya membuat dirinya risih.

"Lo ngapain sih?!" teriak Petir.

"Emang kak Petir nggak liat? Aku lagi duduk di sebelah kak Petir. Siapa tau nanti duduk di pelaminan bareng kak Petir," ucap Mendung sambil tersenyum hingga terlihat kedua lesung pipinya kepada Petir.

"Gausah halu!" Ketus Petir membuat Mendung mencebikkan mulutnya.

"Ih kak Petir kok gitu? Kak Petir kenapa sih nggak pernah anggap Mendung ada? Padahal Mendung suka banget sama kak Petir, kak Petir kenapa sih nggak pernah ngertiin apa yang Mendung rasain? Mendung udah berjuang mati matian demi dapet cintanya kak Petir bahkan—"

"Bahkan lo rela mempertaruhkan harga diri lo karena gue?" ujar Petir dingin begitu menohok membuat Mendung serta teman-temannya terkejut.

Petir kemudian pergi diikuti teman-temannya, meninggalkan Mendung yang tengah duduk sambil merenungi nasibnya, membuat Laut geleng-geleng kepala.

Between Petir Dan Mendung [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang