"Pembulian hanya akan merugikan korban dan tidak bermanfaat bagi pelaku."
⭐⭐⭐
Keesokkan harinya di sekolah.
"Yah bosen, hari ini Sin nggak masuk lagi," ucap Pia ke Jimmy saat mereka memasuki ruangan kelas.
"Tenang Pi, masih ada gue. Gue pindah ke belakang aja temenin lo," ujar Jimmy dengan sigap.
"Sik asik." Pia kegirangan.
Mereka menaruh tas ke tempat duduk masing-masing. Jimmy mengeluarkan ponselnya dan mulai asik bermain game, sedangkan Pia? Ia mulai mencari sosok Marvel. Rasanya hari ini ia kangen sekali ama Marvel.
"Jim, gue keluar bentar," izin Pia.
"Eh mau kemanaa, bentar lagi bel," seru Jimmy.
"Bentar doang kok." Pia meninggalkan ruangan kelas.
⭐⭐⭐
Pia berjalan ke belakang taman sekolah, sesuai dugaannya Marvel benar di sana. Ia tampak lagi berbicara dengan Putri dan Ratih di bawah pohon yang rindang. Raut mukanya tampak serius.
"Minggir ... minggir ...," usir Pia begitu nimbrung.
"Apaan sih lo." Ratih dongkol.
"Met pagi Pia," seru Putri dengan senyuman yang berseri.
"Ya pagi," balas Pia ogah-ogahan. Ia melirik Marvel yang terdiam melihat buku. "Pagiiii Marvell," sapanya dengan heboh.
"Iya pagi," balas Marvel.
"Kalian lagi ngapain sih?" tanya Pia dengan keponya.
"Oh, ini gue ada beberapa soal Matematika yang gak ngerti lagi minta diajarin Marvel," kata Putri sambil menunjukkan bukunya.
"Gak usah dijawab Put. Emangnya kita harus kasih tau dia segala aktivitas kita yang berhubungan dengan Marvel," sindir Ratih.
"Ya harus dong, kan gue calon pacarnya," balas Pia dengan pede.
"Ck!" Marvel berdecak, kemudian ia berdiri.
"Eh mau kemana?" tanya Putri dan Pia barengan.
"Balik ke kelas, rumus yang gue kasih tau tadi coba dihafal dan digunakan dengan baik, nanti lo juga bisa," kata Marvel sebelum meninggalkan lokasi.
"Okay Vel makasih udah ajarin gue yaaaa." Putri memekik, karena Marvel sudah mulai menjauh. Marvel hanya mengangkat tangannya dan membentuk "ok".
"Ikuuuut ...," teriak Pia, namun langkahnya dicegat Putri.
"Tunggu ... ada yang harus kita bicarakan," ucap Putri.
"Apakah ini saatnya?" tanya Ratih dengan antusias.
Pia memutarkan bola matanya, masih dengan posisi berdirinya. "Mau ngomong apa? Buruan gue hari ini belum ngobrol berdua ama Marvel."
"Ratih, tolong cek di sekitar sini apakah ada orang," pintah Putri, mimik mukanya tiba-tiba berubah menjadi seram.
"Eh ... mau ngapain lagi? Pia mau pergi aja, udah mau bel," kata Pia dengan panik, ia hendak berjalan. Ratih menghalangnya. "Minggiiiiirr ...," seru Pia.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Star of Hollywood
Novela JuvenilSiapa yang tidak kenal dengan Chintya Lauren? Seorang aktris dan model blasteran, memiliki darah Eropa di dalam darahnya. Dalam waktu kurang lebih 2 tahun, ia berhasil memejengkan namanya di berbagai film, drama maupun iklan di Indonesia. Meski demi...