BAB 42

6 0 0
                                    

  Keesokan paginya suasana masih tegang. Para Pria banyak yang memperbaiki tempat tinggal mereka sementara wanita dan anak-anak mencari barang mereka yang masih layak. Mereka sudah mengira kalau serangan ini adalah serangan yang sangat buruk sehingga mereka tidak terlalu kaget dan segera bekerja gotong-royong. Sementara itu Aryo dan Ayu juga sibuk membersihkan rumah dan halaman mereka.

  Ketika selesai dengan halaman rumah, Aryo memutuskan untuk iseng melihat lemari pakaian yang selama ini belum disentuh olehnya. Selama ini Ayulah yang selalu menyiapkan pakaian jadi untuk Aryo kenakan setelah mandi. Saat iseng mengorek lemari, pandangan Aryo segera tertuju pada kotak emas yang sangat indah. Tanpa sepengetahuan istrinya Aryo mengambilnya dan memeriksa apa di dalam kotak itu. Alangkah terkejutnya dia hanya melihat sebuah kain cokelat yang ada noda darah kering di tengahnya. Dia tidak ingat tentang kain itu, tetapi dia ingat betul itu kain yang dipakai istrinya dulu saat dirinya sedang dipangku kepalanya ketika dia terkena panah.

  "Kinasih!!... ini kain yang waktu itu kamu pakai kan??" tanya Aryo

  "Oh iya Mas, kamu udah liat kotak emasnya ya ternyata, hehehe" jawab Ayu

  "Aku kira kamu sudah membuang kain ini Kinasih..." kata Aryo

 "Tidak mungkin Mas, karena ini adalah kain kesayanganku yang ku dapat darimu dulu, hehehe" balas Ayu

  "Dariku?? kapan aku pernah membelikanmu kain ini?? tanya Aryo lagi

 "Aduh... kamu lupa ya Mas, hehehe. Kamu membelikan kain itu saat kain aku kecurian Mas. Kain yang dicuri adalah kain favoritku dan sayangnya pencurinya tidak bisa aku kejar. Sekitar seminggu setelahnya kamu membelikan kain itu untuk mengganti kain aku yang dicuri. Meski harganya murah dan kualitasnya standar, aku tidak peduli Mas asalkan itu adalah pemberian kamu. Aku tidak mau kehilangan benda favoritku untuk kedua kalinya jadi aku simpan di kotak emas di dalam lemari Mas" jawab Ayu

 Seketika Aryo mengingatnya. Dia memang pernah membelikan kain itu untuk Ayu tepat sebulan sebelum Sriwijaya menyerang desa mereka. Aryo saat itu merasa kasihan karena yang dicuri adalah kain favorit istrinya sehingga dia berniat untuk memberikan gantinya. Aryo kala itu membelinya dari pedagang kain keliling yang kebetulan ingin pergi ke desa lain dan melewati depan rumahnya. Sayangnya, uangnya hanya cukup untuk membeli satu kain termurah, tetapi dia tidak peduli karena menurutnya istrinya akan sangat senang mendapatkan kain itu.

  "Kalau kamu sudah beres-beresnya ayo kita ke sungai Mas, aku ingin berendam, hehehe" pinta Ayu

 "Baiklah!!, ayo!!. Kebetulan aku sudah selesai di halaman jadi aku merasa letih dan ingin berendam di sungai, hehehe" balas Aryo

  Tanpa basa-basi mereka pun pergi ke sungai. Aryo yang sudah merindukan segarnya sungai segera berlari ke sungai sehingga lupa melepas pakaiannya. Ayu yang melihat kelakuan suaminya hanya berlari meneriaki suaminya dengan kain mandi membalut dirinya.

  Pikiran nakal Aryo segera menguasainya. Dengan mecelupkan wajahnya hingga sebatas hidung dia mendekati istrinya. Istrinya yang mengetahui maksud suaminya malah mendekat dan menggodanya. Mendengar godaan istrinya membuat Aryo segera melancarkan aksinya. Dia meremas kedua payudara indah istrinya yang berada di dalam air. Dengan cekatan dia memanikan dua gundukan kenyal itu dan memainkan ujungnya sehingga membuat Ayu mendesah tidak karuan.

  "AAAHH, MAS ARYOOO!!... AAAHH" desah Ayu

  "AHH... K-KALAU... KAMU GIGIT MAS.... Ahh" lanjutnya

  Setelah sekitar 7 menit menggigit ujung payudara Ayu, tidak disangka air susunya muncrat keluar seperti air mancur sehingga air susunya berceceran di mana-mana. Tidak melewatkan kesempatan itu Aryo segera mengangkat kedua payudara istrinya keluar air dan segera meminum air susu yang manis itu. Sementara itu Ayu tidak berhenti mendesah lantaran suaminya terus menyedot kedua gunungnya dengan ganas. 5 menit akhirnya Aryo puas meminumnya dan terasa sangat kenyang. Kini dia tidak ingin minum yang lain selain air susu manis istrinya.

  "K-Kinasih... a-aku ingin... tiap hari minuman aku... s-susu kamu..." pinta Aryo

 "Tanpa kamu minta pun aku akan selalu menyediakannya Mas, hehehe" balas Ayu dengan senyum manja

  Hari sudah sore dan mereka akhirnya pulang ke rumah. Aryo masih merasakan manis air susu istrinya. Bukan pikiran mesum tetapi memang air susu istrinya sangat enak membuat dirinya ingin terus meminumnya, di mana pun dan kapan pun. Aryo yang kebetulan sudah kenyang akhirnya tertidur karena terlalu banyak meminumnya sementara Ayu menjemur pakaian Aryo yang basah kuyup.

Kisah yang Sulit Dimengerti Part ITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang