"Cinta seharusnya menjadi sebuah hal yang indah. Bukan menjadi alasan untuk merugikan orang lain."
⭐⭐⭐
Setelah mengantar pulang Pia dan menitipkan kucing hitam yang dipungut Marvel di jalan, Marvel kembali ke sekolah. Ia sudah tidak ada niat untuk melanjutkan pelajarannya hari ini lagi. Tujuannya saat ini hanya satu, yaitu mencari guru BK.
Tok tok tok ....
Marvel mengetuk pintu ruangan."Iya masuk," teriak suara dari dalam ruangan.
"Permisi, Bu " sapa Marvel kepada Ibu Farida, guru BK sekolahnya.
"Oh kamu udah balik? Gimana kondisi temanmu yang tadi izin pulang karena sakit?" tanya Ibu Farida cemas.
"Udah baik-baik aja, Bu," jawab Marvel.
"Syukurlah ...," ucap Ibu Farida lega.
"Tapi ...."
"Tapi?"
"Tapi dia nggak sakit Bu, melainkan dibuli."
"Dibuli?? Siapa yang membulinya?? Sekolah ini tidak mentoleransikan pembulian!" ujar Ibu Farida dengan tegas.
"Iya Bu, kursi yang didudukin teman saya dikasih lem terus dipaksa duduk di situ lalu mukanya dicoret-coret, dan rambutnya dijambak sama mukanya juga digampar."
"APA?? Keterlaluan sekali. Siapa itu? Biar saya kasih hukuman supaya jera."
"Yang buli namanya Putri dan Ratih bu, yang dibuli namanya Vianistya," ungkap Marvel.
"Pu ... Putri? Anaknya yayasan?" tanya Ibu Farida seraya tak percaya, "bagaimana mungkin, ia kan anak yang baik-baik aja. Kalau Ratih saya percaya-percaya aja soalnya anaknya galak dan tomboi?" sambungnya.
"Iya anak yayasan. Dari dulu si Putri udah sering ngebuli Pia, Bu. Yang dibuli mah diam-diam aja, nggak mau ngelaporin. Tapi kali ini saya rasa tingkah Putri Ratih udah keterlaluan."
"Ibu mengerti akan sikap seperti itu nggak baik dan sangat merugikan korban pembulian. Tapi, gimana ya ...." Ibu Farida tampak ragu untuk melanjutkan perkataannya.
"Karena dia anak yayasan? Kita di sini sekolah loh, Bu. Kita bayar SPP tiap bulan. Mana bisa nyaman kalau di lingkungan sekolahan ada tukang buli. Ini juga bakalan rusak nama baik sekolah. Gimana kalau korbannya ngelapor ke polisi atau viralkan ke media sosial? Jangan karena 2 bibit busuk bikin rusak 1 sekolahan dong Bu," ucap Marvel panjang lebar.
"Ibu juga sangat ingin membasmi pembulian di sekolah ini. Ibu tidak berharap ada yang dirugikan atas pembulian. Tapi, maaf ya Marvel. Ibu belum bisa membantu. Kecuali kamu bisa memberikan bukti yang nyata, seperti foto atau video. Kalau nggak, Ibu nggak bisa naikan kasus ini ke atas," jelas Ibu Farida.
Marvel menghela napas, kecewa dengan sekolah ini.
"Selama belum ada bukti, lebih baik kamu diam aja. Toh korbannya juga nggak mau ngelaporin. Lebih baik kita jangan bermasalah sama anak yayasan," sambung Ibu Farida.
"Maaf Bu, kali ini saya benar-benar nggak bisa tinggal diam aja. Okay saya akan carikan buktinya. Saya nggak percaya kalau di dunia ini tidak ada keadilan. Permisi Bu," ucap Marvel menggebu-gebu lalu meninggalkan ruangan BK. Ia mengeluarkan ponselnya dan mengetik sebuah chat ke Putri. Kemudian ia ke taman sekolah sambil menunggu bunyi lonceng tanda pulang sekolah berbunyi.
⭐⭐⭐
Beberapa saat kemudian setelah bunyi lonceng berbunyi, murid-murid girang membereskan buku dan alat tulis ke dalam tas bersiap untuk pulang.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Star of Hollywood
Teen FictionSiapa yang tidak kenal dengan Chintya Lauren? Seorang aktris dan model blasteran, memiliki darah Eropa di dalam darahnya. Dalam waktu kurang lebih 2 tahun, ia berhasil memejengkan namanya di berbagai film, drama maupun iklan di Indonesia. Meski demi...