langit's plans

295 60 0
                                    

05 — langit's plan — habis gelap terbitlah terang, habis sedih terbitlah bahagia.



Tidak terasa gelap akhirnya jatuh menuruni setengah bagian bumi, hanya sedikit bintang-bintang malam ini menampak di ruang semesta sana. Sayang sekali, malam hadirnya terlalu cepat. Langit jadi kehilangan teman ceritanya.

Langit mengekori Darin sampai menemui daun pintu. Teman ceritanya itu meminjam tangannya, menarik begitu saja dan Langit biarkan untuk memastikan Darin menengok waktu sekarang sudah pukul berapa.

"Aku pamit. Besok aku shift pagi."

"Dar, gimana kalau ikut ke Jakarta?"

Ucapan Langit tadi tak salah dengar untuk ikut terbang... "Ke Jakarta?" Tanya si gadis memastikan.

"Iya." Langit tahu ini mendadak tapi ide gilanya terbesit begitu saja setelah melihat Darin akan pergi darinya.

"Untuk apa?"

Langit membawa Darin kembali ke dalam lagi. Hal-hal sedih telah Langit bawa sekalian pula mengajaknya memberi bahagia selepas menghilangkan luka.

"Pernah ke Jakarta?"

Tak disangka Langit respon Darin menggeleng.

"Nah! Kesempatan bagus lo ke sana sekalian liburan. Gue bisa jadi tour guide. Jakarta tuh sebenernya sempit, penuh polusi, harus coba ketemu sama kehidupan keras di sana."

"Di mana-mana ke sana merantau cari kerja, atau kalau kata orang-orang mengadu nasib biar nasibnya makin baik. Tapi kamu malah suruh cobain. Gendeng!"

"Mas Kala kan anti mainstream. Jadi bagaimana mba Darin? Mau ikut? Nanti gua bantu buat alasan untuk ajuin cuti ke bos. Gua ngajaknya ngga lama kok." Langit membuka kalender memalui smartphone-nya. "Empat atau lima hari cukup, atau seminggu kalau mau. Semuanya nanti gua yang siapin. Lo tinggal ikut aja."

"Terus setelah itu kita balik ke sini?"

Terdiam Langit tidak punya jawaban untuk itu, Langit ada rada bersalah membuat plan tanpa pikir panjang. "Gua ngga bisa, udah terlalu lama gua ninggalin keluarga sama kerjaan gua."

Gadis itu mengangguk saja tanpa banyak merespon.

"Jadi?"

"Tawarannya menarik, looks like i need some refresher too."

"Serius nih, Dar? Gua ngga maksa kalau lo keberatan karena ini mendadak."

"Aku mau! Kapan lagi aku bisa liburan, mumpung ada kamu."

Langit mengacak-ngacak gemas kepala Darin. "Mau berapa hari?"

"Seminggu aja oke, kalau lima hari nanggung."

"Terus besoknya langsung masuk kerja, lo ngga capek?"

"Tinggal minta libur, atau aku bisa masuk siang."

Wajah Langit masih betah menatap si gadis yang duduk disampingnya, lalu beralih pada layar ponsel. "Gua coba cari hotel dari sekarang kalau gitu."

"Tidak ada penginapan lain selain hotel?"

"Ada tapi fasilitasnya kurang, takut lo ngga nyaman." Dua ibu jari Langit sudah berselancar melihat harga-harga penginapan di sebuah aplikasi. "Kenapa?"

"Ya ndak apa-apa. But can you find a cheap hotel per night? Kalau bisa which is near your home."

"Yang deket rumah—" Ulang Langit berujar. "Daerah rumah gue ngga ada tempat penginapan, tapi jangan khawatir akan dibiayain semua karna mas Kala yang ajak."

Cerita Satu Minggu JakartaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang