Kala Merindu

2.1K 179 65
                                    

Kala itu di Bandung akan di adakan semacam kontes pencarian bakat, dan Ryan yang kebetulan melihat poster ajang itu di jalan seketika menarik keempat temannya untuk berkumpul di sebuah caffe.

"Aya naon sih, urang can ngerjakeun jurnal yeh." Haris dengan wajah mengantuknya berujar demikian tepat saat pria itu mendudukan diri di sebelah Ryan.

* "Ada apa sih? Gue belum ngerjain jurnal nih."

Narendra yang memang satu jurusan dengan Haris berceletuk dengan dahi yang berkerut. "Lah? Maneh tacan? Eta pan di kumpulna isukan. Sok gelo maneh teh."

* "Lo belum? Itu kan di kumpulin besok. Suka gila lo."

Rendi dan Jeno seketika saling pandang, dua pria itu menunjukan wajah masam mereka kepada teman semasa SMA mereka ini. "Woy, jangan ngomong Sunda gue sama Rendi kagak ngerti." Ujar Jeno yang di amini langsung oleh Rendi.

Narendra dan Haris hanya menunjukan cengiran manis ( sepet ) mereka. Membuat Rendi hampir saja baku hantam dengan mereka berdua.

"Udahlah woy, jangan ribut." Ucap Ryan melerai, tumben. "Ini gue ngumpulin kalian di sini bukannya mau liat lo semua baku hantam."

"Jadi, kenapa?" Tanya Rendi setelah bisa mengendalikan diri, "Kayak yang serius amat lo, Yan."

Ryan menarik senyumnya lebar-lebar membuat Narendra dan Haris kompak julit, "Teu boga duit urang, Yan. Jangan minjem lagi." Celetuk Haris.

* "Gak punya duit gue."

"Yee, siapa yang mau minjem duit, malih!" Seru Ryan sebal, wajahnya merengut namun sedetik kemudian ia menunjukan raut wajah cerah. "Bro, nge-band lagi yuk kita!"

Ucapan Ryan itu langsung membuat keempat temannya ini terbagi menjadi dua kubu. Ada yang bersorak dengan antusias, ada juga yang kompak menggeleng dengan tegas.

Sudah bisa menebak bukan?

Yep. Haris dan Narendra kompak berseru dengan antusias menyetujui. Haris mengangguk dengan semangat, sementara Narendra berujar, "Boleh tuh, boleh! Asik dah, nanti gue jadi tambah ganteng kalau megang bass di panggung-panggung gitu lagi!"

Jeno dengan segera memukul kecil kepala belakang Narendra yang membuat pria itu mengumpat. Lalu Jeno menggeleng dengan tegas, "Gak usah. Udahlah, kita ini udah kuliah. Fokus aja kita, biar lulus cepet. Katanya lo pada gak mau jadi mahasiswa abadi."

Haris merengut mendengar perkataan Jeno itu. "Ah maneh mah sok teu asik. Lagian kan kita nge-band nya juga gak setiap hari. Ya gak akan keganggu lah?"

Ryan menoleh, menatap Rendi yang masih bergeming, "Menurut lo gimana, Ren?"

Rendi mengangkat bahunya, tapi pria itu tidak menampik kalau dirinya kurang setuju dengan ide Ryan barusan. "Tapi, gue tau lo tiba-tiba mau band kita balik bukan tanpa alasan. Lo liat poster apaan tadi di jalan, Yan?"

Tepat. Ryan terkekeh kecil, menunjukan kedua jempolnya kepada Rendi. "Rendi kayak cenayang lo anjir, keren-keren!" Ryan terkekeh-kekeh lagi sehingga Ryan pun menjadi tertawa lumayan keras.

Narendra pun segera menaruh telapak tangannya pada dahi Ryan, "Gak sakit kan lo Yan?" Tanyanya yang di sambut gelak tawa oleh Haris, Jeno, dan Rendi.

Ryan dengan kasar menyingkirkan tangan Narendra dari dahinya, "Kampret!" Umpat pria itu kecil. Kemudian Ryan meminum smoothiesnya sebelum berkata apa tujuannya.

"Jadi, gue tadi liat poster di jalan." Ucap Ryan mulai bercerita, "Nah nanti mau ada pencarian bakat gitu di deket kampus."

"Oh, yang itu." Sahut Jeno, "Tau-tau gue, Yan."

Kala Merindu Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang