Surat Cinta untuk Mawar

29 0 0
                                    

Halo Mawar, apa kabar?
Aku harap kau selalu bahagia.

Masih terukir jelas di relung hati, saat kau tersenyum dan bertanya tentang lukisan di pameranku 3 tahun silam. Kala itu, tak sekalipun terbersit dalam pikirku kalau aku akan jatuh hati padamu. Aku hanya berpikir kalau kau, Anggraini Kusuma Mawarda--setidaknya begitu nama yang kau tulis di kontrak kerja kita--adalah perempuan yang ceria dan menyenangkan. Satu lagi, senyummu juga manis. Haha.

Mawar yang tersayang,
Setahun pertama begitu cepat berlalu. Kurasa aku harus berterima kasih padamu dan sifat supelmu itu. Karenanya lah aku dapat membuka hati dan menyampaikan rasa ini padamu. Kita berhasil mengadakan 3 pameran tahun itu, dan lukisanku yang memuat dirimu di dalamnya tak pernah luput kupajang dalam ruangan termegah di pameran kita.

Kemudian Mawarku yang cantik,
Aku memutuskan untuk melamarmu di tahun kedua kita. Bukan karena gengsi, bukan pula karena popularitasmu sebagai Event Organizer ternama. Tapi karena kepribadianmu yang menyenangkan. Segar seperti namamu. Indah meski berduri. Persis layaknya mawar di taman kota yang kita lihat bersama seusai pameran pertama kita.

Namun Mawarku, apakah kamu tahu?
Nyaliku mendadak ciut ketika kau memamerkan cincin Palladium dengan intan sebagai mahkotanya yang tersemat di jari manismu. Cincin itu begitu pantas berada di sana hingga membuatku ingin menangis karena bukan aku yang menyematkannya pada jarimu. Saat itu aku bertanya pada diriku sendiri.

Apa aku sudah sangat terlambat?

Kini, Mawarku yang cantik,
Kuucapkan selamat untuk kelahiran putri pertamamu. Semoga kau dan keluarga kecilmu senantiasa diberi kebahagiaan oleh Tuhan.

Ah sial.
Bukan ini yang ingin kukatakan.

Mawar, datanglah ke taman penuh bunga yang merekah taman yang kita kunjungi setelah pameran jika kau menerima cintaku.

Ya, aku melamarmu sekarang.

Aku telah memendam rasa ini selama kurang lebih 3 tahun lamanya. Menyaksikanmu menikah dan bercerai, tertawa dan menangis. Aku tak ingin melihatmu bersedih.

Jadi Mawarku, bersediakah kamu?

Dari seorang amatir yang ingin melukis bahagia di setiap harimu

ImpactoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang