#Dirumah #dirumahsakit
#kuburan #dirs #ditamanFyi: cepet kan aku up nya 😭, aku udah nulis sequel buat cerita ini. Maafin aku mau ditamatin ini 😭😭
🎲HappyReading🎲
Wendy dan Arga berhenti disebuah tanah kosong dengan hamparan rumput hijau, mereka telah berlari kurang lebih satu jam. Kedua nya telah mengeluarkan banyak keringat.
"Kok cape banget sih" nafas nya terengah-engah, dia menyandarkan pungung nya pada pungung Arga yang kebetulan mereka saling membelakangi. "Udah lama Wendy nggak secape ini." Ujar nya. Arga diam saja tak merespon, "waktu malem, Wendy udah nanya ke papih." Wendy tersenyum mengingat kejadian malam tadi.
"Wendy pikir mereka bakal ngasih tau, tapi mereka malah nyuruh Wendy buat istirahat."
"Karena belom saat nya lo tau." Wendy terkekeh mendengar jawaban Arga, "Wendy udah gede kak, udah bisa berpikir."
"Semakin mereka nggak ngasih tau, maka semakin tinggi juga ke kepoan Wendy." Jujur nya, untuk apa kedua orang tua nya menyembunyikan semua nya. walau akhir nya akan terungkap juga toh.
"Oh iya, kaya nya sekarang Wendy harus pulang deh, Wendy mau keluar."
"Gue anter?"
"NO NO NO, Wendy pengen sendiri."
"Jangan lupa nanti sore lo harus siaran langsung!" Wendy mengangguk, dia berdiri disusul oleh Arga. Mereka berjalan beriringan menyusuri jalan,"Kak gaji pertama Wendy disiapa?" Tanya nya.
"Buat apa?"
"Sesuatu deh," Arga menoleh menatap Wendy, "nanti gue transfer, jangan buang-buang uang!"
Wendy tersenyum lantas mengangguk paham. Mereka telah sampai dirumah Wendy, bibi membawa dua gelas minuman segar ke teras, "bi bawain tas sama topi didalem!"
"Lo mau langsung pergi?" Arga bertanya setelah mengahbiskan minuman yang tadi bibi bawa.
"Ah, iya. Nanti Wendy nebeng ke kak Arga sampe depan." Bibi datang dengan sebuah tas dan topi, Wendy menerima dan langsung memakai topi itu. "Wendy pergi Bi," pamit Wendy.
"Oh iya, Siapin baju Wendy nanti sore mau pulang ke apart." Bibi mengangguk mengerti akan tugas nya. Arga sudah menunggu didepan, "lo nggak pake helm?"
"Deket kok, nanti Wendy naik taksi." Arga meng'oh kan saja. Mereka sudah pergi.
Arga menurunkan Wendy didepan alfamart. "Jangan nyuruh siapapun buat jagain Wendy!" perintah nya kepada Arga. Arga hanya mengangguk, "hati-hati! Telepon gue kalo ada apa-apa." Wendy mengangguk lalu tersenyum. Arga memberhentikan taksi yang sedang lewat, "masuk!"
"Makasih." Ucap Wendy sebelum masuk kedalam taksi itu. Arga masih disana sebelum Wendy pergi, dan saat taksi sudah menjauh, Wendy melihat Arga yang masih melihat taksi nya. Wendy tersenyum. Kenapa da bahagia sekarang.
Dia berhenti di pemakaman umum, dia juga membeli sewadah bunga didepan. Langkah nya membawa nya kesebuah kuburan, "Hallo tante, Wendy datang."
"Wendy kesini pengen cerita," Wendy jongkok disamping kuburan itu,"anak tante tiba-tiba datang ke kehidupan Wendy."
"Awal nya Wendy pikir, dia itu jahat, ternyata nggak." Ujar nya sambil terkekeh. "Tante udah baik banget, mau ngangep dia kaya anak nya. Terima kasih tante."
"Dia emang nggak pernah cerita sama Wendy tentang masalah nya. Dia terlalu tertutup sama masalah nya. bagaimana pun Wendy pengen dianggap penting sama dia. Wendy pengen dia terbuka sama Wendy tante. Wendy pengen masuk kekehidupan nya juga. Tante izinin kan?"
"Tante dia udah dewasa sekarang. Tante disana jangan khawatir, dia udah tau mana yang terbaik buat hidup nya. Tante Wendy pamit ya,"
"Wendy bakal jaga dia tante. Wendy janji." Kata nya yakin.Wendy menaburkan bunga diatas kuburan nya lalu disiram dengan air mineral. Sebelum pergi dia berdoa dulu lalu mengusap nisan itu. Dia berdiri lalu berlalu pergi dari sana. Ada satu tujuan lagi.
Taksi tadi masih menunggu, Wendy masuk dan memberi tujuan selanjut nya. butuh waktu kira-kira satu jam untuk sampai ditujuan nya. Tiba juga mereka. Wendy keluar dengan perasaan tak tenang. Dia berjalan dan masuk kedalam ruangan yang lumayan besar, bau obat-obatan sangat menyengat hidung nya. Dia menaruh tas nya diatas lemari kecil. Langkah nya membawa nya untuk mendekati seseorang disana.
Seseorang itu berbaring ditempat tidur, mata nya menutup, nafas nya dibantu oleh alat.
"Sudah 6 bulan – "
****
Vero tengah duduk dibalkon nya, tangan nya memegang surat dari Wendy, mulut nya terus saja mengerutu karena kebodohan nya. bagaimana bisa dia dibodohi oleh surat ini, pantas saja Wendy selama ini diam. Toh memang ini bukan salah Wendy, otak nya tidak bisa berpikir karena surat ini waktu itu. Hati nya sangat sakit jika memang semua yang dikatakan oleh Wendy dalam surat itu benar. Nyata nya semua yang Wendy katakan bukan apa yang dipikirkan oleh Wendy.
Dia membaca lagi surat itu lagi,
Surat dari WENDY untuk kak vero
makaSih atas semuA waktu nYa bareng kAk vero. tapi weNdy rasa, kalo hubunGan kita nanti bakal jadi toxic deh, terlepas dari semua nya. wendy bener-bener nggak tau harus gimana. KAK VERO jahat, iya jahat nggak pernah mikirin hati wendy. jujur aja , wendy emang nggak nyaman deket sama kak Vero. Wendy risih juga deket sama kak Vero. perhatian kak Vero itu kaya kekangan bagi Wendy. kenapa Wendy selama ini diem, karena Wendy terlalu payah buat jujur. terima kasih...
Hanya satu paragraph, surat ini pernah membuat Wendy dalam masalah disekolah. Siapa yang menyebarkan surat ini sebenanya. Dia menaruh surat itu diatas meja. Kedua tangan nya mengacak rambutnya gemas. Ini tidak boleh dibiarkan. Dirinya harus minta maaf kepada Wendy. bagaimana pun cara nya.
Vero yang memang sedari tadi berada dibalkon kamar nya, dia melihat sebuah taksi berhenti didepan rumah Wendy, ahh bodoh dia baru ingat bahwa sudah dua hari ini Wendy ada disini. Benar saja Wendy keluar dari taksi itu. Ini waktu yang tepat.
Dia menyambar surat itu diatas meja lalu segera berlari kebawah untuk menemui Wendy. Untung saja Wendy belum masuk kedalam, jadi dia tak harus memanggilnya.
Tatapan kedua nya bertemu, kedua nya mulai bingung. Kenapa jadi akward kek gini. kedua alis Wendy menaut bingung, "Mmm"
"Ada apa?" Tanya Wendy. Vero mengangkat surat dari Wendy, "mmm gue mau minta maaf."kata nya dengan sedikit ragu. Terdengar Wendy menghela nafas lelah. "Udah jelas kan, kak Vero nggak mau lagi kenal sama Wendy."
"Itu nggak masalah buat Wendy, tapi kak Vero bego tau."
"Yaiya gue tau gue bego, karena nggak tau maksud dari surat yang lo kasih." Mereka berbicara dengan jarak 2 meter. Sama-sama tidak ada yang mau mendekat. "Wendy cape, pengen istirahat. Anggap aja surat itu nggak pernah ada. Dan satu lagi, anggap aja kita tak pernah saling mengenal."
"Permisi,"
"Wend?!"
"APA LAGI?" Vero cukup terkejut dengan suara Wendy yang sangat meninggi, tidak seperti biasa nya, "lo maafin gue?"
"Udah sana deh kak, Wendy cape." Wendy berbalik dan berjalan masuk kedalam mengabaikan Vero sendiri diluar.
"PENGUNGUMAN, ADA YANG SEDANG PATAH HATI GUYSS..."
"Niat nya mau minta maaf malah diabaikan ... SAD GUYS..."
Suara siapa lagi kalau bukan Agam dan Mixel. Kedua nya duduk didepan rumah Mixel. "Mangka nya baca yang bener, gitu aja nggak tau." Vero berjalan mendekati kedua antek nya, "emang lo berdua tau?"
"Tentu tidak tau, hahaha" kedua nya terbahak-bahak sekarang. Bukan ikut tertawa tapi dia malah menatap kedua nya tanpa ekpresi.
"Kita mau tau dong, maksud surat nya apa," pinta Agam sambil merebut surat itu dari Vero.
"Baca yang bener biar nggak bego-bego banget." Kata Vero membalas ucapan Agam dan Mixel.
Tgglup: 090920
djie 💚
^09
KAMU SEDANG MEMBACA
B A D - P A R T N E R || wendy's || END || ✔
Teen FictionCover by: @kaishe_ Wendy duduk meringkuk disamping tempat tidur nya, siaran langusng nya telah selesai 10 menit yang lalu. Dia sudah berbicara banyak dengan pengemar nya, tiba-tiba satu pertanyaannya muncul dipikiran, apakah dia pantas untuk menjadi...