Chapter 15: Little Picnic

330 69 6
                                    

Shouto dan (Name) diam. Tak ada yang mengobrol. Keduanya baru berteman dekat dan belum tercipta rasa nyaman satu sama lain.

Sebelum pergi ke taman sekolah, (Name) batuk darah sebentar di toilet. Hari terus berjalan, paru-parunya bertambah sesak.

(Name) harap ia tak tiba-tiba batuk di depan Shouto.

Aku harus berbicara tentang apa? Tentang kucing? Hm, lebih baik tentang masakanku terlebih dahulu.

“Apa rasanya enak?”

Shouto melirik (Name) dan mengangguk. Kotak bekalnya kosong, (Name) bersorak girang di dalam hati. “Kau ahli memasak.”

“Wa-wah begitu? Terima kasih.”

(Name) menyelipkan rambut di belakang telinganya, gugup. Bukannya lelaki lebih mudah jatuh cinta pada wanita yang pandai memasak?

Gadis kaya seperti Momo tak mungkin bisa memasak, ia pasti meminta pembantunya memasakkan makanan.

Atau sebaliknya, jangan-jangan Momo lebih jago memasak darinya?

(Name) menggeleng, meminta dirinya sendiri berpikiran positif.

“Kau suka motif bekalnya?” (Name) sengaja membentuk nasi bentonya berbentuk kucing, semoga Shouto benar-benar menyukai masakannya dan tak berbasa-basi saja.

“Lumayan.”

“Apa kucing kesukaanmu?”

“Semuanya.”

“Sini kotaknya, Todoroki.”

(Name) menyimpan dua kotak bekalnya yang kosong di dalam tas kain. Tersisa lima menit lagi sebelum istirahat berakhir.

Kedua remaja itu mendongak ke atas, pohon sakura tak serimbun awal musim semi. Suhu semakin meningkat, menandakan musim panas semakin dekat dan berakhirnya musim semi.

(Name) teringat sesuatu.

“Apa kau menyukai musik klasik? Seperti musik opera.”

Shouto menurunkan dagu dan mengangguk kecil. Ia sering disuguhi musik klasik oleh kakaknya sejak kecil, wajar ia menyukai salah sagu genre musik tersebut.

“Di akhir musim semi nanti ada pertunjukan musik opera, mungkin aku akan menontonnya,” ucap Shouto.

Senyum lebar menghias wajah tirus (Name). Jarang remaja zaman sekarang tahu dan menyukai musik klasik. Ini kebetulan! Orang yang disukainya juga penyuka musik klasik. “Aku ikut mengisi acaranya nanti lho!”

Mata sipit Shouto sedikit melebar. “Serius?”

(Name) mengangguk antusias.

“Ya! Aku akan menyanyikan beberapa lagu opera dengan teknik seriosa!”

“Hebat. Tidak semua orang bisa.”

“Kuharap kau datang nanti, Todoroki.”

Bel berbunyi. Kedua remaja itu berdiri. Sebelum berpisah di pintu kelas masing-masing, (Name) mencegat Shouto.

“Bolehkah aku meminta nomormu? Kurasa kita punya beberapa kesukaan yang sama. Kita bisa saling berbagi informasi.”

[]

Kalopsia | Todoroki Shouto ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang