PART 1

1.9K 142 21
                                    

Prem menarik napas panjang sebelum membuka pintu itu, pintu besar kokoh yang terlihat begitu mewah dan berkuasa itu seakan mencerminkan apa yang menunggu dibaliknya. Sambil menenangkan debar jantungnya dibukanya pintu itu, dan ketika menyadari tangannya berkeringat, Prem tersenyum kecut.

Seperti akan menghadapi hukuman mati saja, desisnya dalam hati.

Ketika masuk Prem menyadari ruangan itu sangat luas. Suasana didalam ruangan itu sungguh elegan, dengan penataan ruang dari desainer terkenal dan perabotan kelas tinggi yang khusus dipesan untuk ruangan ini. Temperaturnya diatur senyaman mungkin dan samar-samar tercium aroma cendana yang menenangkan. Semua yang ada diruangan ini sungguh menyenangkan, semuanya menyenangkan kecuali satu hal, dan satu hal itu adalah sosok dingin yang duduk tegak dibalik meja dengan keangkuhan yang mencerminkan seolah-olah dirinyalah pusat dunia. Dan tatapannya itu, tatapannya itu!! Sangat mengerikan. Mata coklat gelap itu menatapku dengan kadar kebencian yang begitu kental. Prem membasahi bibirnya dengan gugup, dan menunggu, dan terus menunggu. Tetapi lelaki itu hanya diam menatapnya, mempertahankan keheningan di antara mereka. Prem mengangkat dagunya dan melemparkan tatapan kepada lelaki itu Yah aku sudah disini, sekarang apalagi?

Si mata coklat gelap itu mengerutkan alis gusar melihat tingkah berani Prem, mulutnya menipis.

"Ku dengar kau menyebabkan kekacauan di proyek kali ini."

Akhirnya.. Prem menghembuskan napas setengah lega setengah panik mendengar kalimat pembuka laki-laki itu.

"Saya hanya mencoba menyelamatkan keadaan." sebenarnya Prem tidak mau kedengaran begitu kurang ajar, tapi tatapan meremehkan laki-laki itu mau tak mau memunculkan sisi defensif dari dirinya.

"Menyelamatkan keadaan katamu?" lelaki itu tampak begitu murka mendengar jawaban Prem, "Kau mengusir klien terpenting kita, dan mempermalukannya di depan umum, dan kau bilang itu untuk menyelamatkan keadaan?"

Prem membalas tatapan garang lelaki itu dengan tak kalah garang, "Orang yang Anda bilang klien terpenting kita itu, merayu dan meraba salah satu SPG kita di tengah-tengah pameran tersebut, apakah menurut Anda, saya, sebagai supervisor yang bertugas dilapangan hanya boleh diam saja dan tidak membelanya?!"

Tatapan meremehkan dari si mata coklat gelap itu benar-benar membuat Prem marah, "Kau bekerja disini sebagai supervisor dan seorang supervisor bertugas menjaga hubungan baik dengan klien potensial, bukannya mengusirnya." jawab lelaki itu tenang.

"Jadi menurut Anda saya harus melupakan moralitas hanya demi keuntungan perusahaan semata?!"

"Moralitas selamanya tidak akan dapat memberikan keuntungan, dalam hal apapun." si mata coklat gelap mengangkat bahu dengan bosan.

Cukup sudah! Prem menarik napas dalam-dalam, "Kalau begitu saya tidak mau bekerja di perusahaan yang tidak bermoral, paling cepat nanti siang, Anda akan menerima surat pengunduran diri dari saya!"

Sejenak suasana menjadi begitu hening, dan kalaupun si mata coklat gelap itu kaget dengan keputusan impulsif Prem, dia berhasil menyembunyikannya dengan baik karena ekspresinya tidak dapat ditebak, dia hanya memandang Prem dengan ekspresi menilai.

Suasana terasa semakin hening, dan Prem menunggu. Ketegangan terasa bagaikan senar yang ditarik kencang, siap untuk putus.

Lalu, sebuah senyum muncul disudut bibir lelaki itu, walaupun begitu, sinar matanya tampak begitu kejam.

"Tidak semudah itu Tuan Prem, mungkin saya adalah pemimpin tertinggi sekaligus pemilik perusahaan ini, tetapi bukan berarti saya tidak mengetahui setiap detail terkecil pegawai di sini."

A ROMANTIC STORY ABOUT YOU AND ME (BOUNPREM VER)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang