[2]

388 41 2
                                    

Jimin bangun dengan tubuh yang rasanya ingin jatuh. Semuanya mati rasa dan sakit. Tetapi beruntunglah karena sakitnya sedikit mereda. Jimin segera untuk pulang takut terlambat, darahnya sudah berhenti dan mengering. Berjalan dengan patah-patah memegang pada tembok-tembok koridor sekolah untuk menahan berat badannya

Rasanya sakit sekali.

Mengambil tas entahlah kenapa tasnya bisa ada di depan toilet tadi. Merogoh handphone untuk meminta untuk dijemput oleh salah satu bodyguard ayahnya. Ia tidak sanggup jalan sungguh tulang kering kakinya sangat sakit bekas tendangan felix yang tidak main-main

Dan mana mungkin ia naik bus? Bisa-bisa dia dihimpit dan itu membuat dia tambah tersiksa lagi. Perasaan tidak enak muncul saat setelah menelpon bodyguard ayahnya entah perasaan apa.

"Hai jim!"  Itu bobby teman sekelas jimin yang baik banget sama dia. Bobby berlari kecil menghampiri jimin

Jimin hanya tersenyum walau sakit akibat lebam di wajahnya.

"Ini kenapa jim? Kenapa bisa seperti ini? Apa sakit?"  Tanya bobby khawatir

"Tidak apa-apa kok. Tidak sengaja terjatuh di toilet tadi"  jawab jimin berbohong

"Kenapa jatuh dari toilet bisa separah ini? Bibirmu robek jim. Dan dahi mu juga ada darah kering"  jawab bobby dengan tidak percaya omongan jimin tadi

"Aa-aa mm..mungkin akibat terbentur lantai..tenang saja" jawab jimin tersenyum

"Hmm?oke! Mau pulang bersama tidak? Ayahku sudah menjemput"  tawa bobby

"Tidak kok..kau pulang duluan saja aku tidak apa-apa sedikit lagi pasti ayahku juga menjemput kok"  jawab jimin

hanya mimpi jika ingin dijemput ayahnya

"Kalau begitu hati-hati jim! aku duluan ya!" Ucap bobby pergi dan jimin hanya memberi senyuman manis

Saat mobil bodyguard ayahnya datang. Jimin memasuki mobil dengan hati-hati
"Apa anda baik-baik saja tuan muda? Kenapa banyak luka? Ap--"

"Aku baik-baik saja paman" ucap jimin menyakinkan dengan senyum manisnya. Membuat pria disampingnya ini mengangguk ragu dan segera menancapkan gas menuju arah pulang

-----


Jimin keluar dengan hati-hati mengundang tatapan tanya dari semua yang melihatnya. Jimin hanya tersenyum teduh

"Kenapa? Kenapa kau ingin di jemput?"  Itu suara namjoon saat jimin membuka pintu ruang utama

Jimin diam. Memang salah ya jika jimin ingin di jemput? Selama ini jimin tidak pernah di jemput ataupun diantar. Hanya namjoon yang diantar jemput oleh bodyguard ayahnya. Ayahnya menolak tegas jika jimin juga ingin seperti kakaknya diperlakukan dengan adil, Tapi jimin tahu itu semua hanya mimpi yang harus dibuang jauh-jauh

"Aku sedang berbicara kepadamu park jimin!" Suara tegas namjoon yang mengerikan terdengar di telinga jimin
Jimin hanya diam menunduk takut

"Kau telat! Dan harus mendapat hukuman!" Tegas namjoon mengambil alat entah itu alat apa

Jimin menggeleng takut. Dia telat karna macet dijalan. Jimin takut. Badannya sudah sakit semua akibat dipukuli sunbaenya di sekolah yang seandainya namjoon tahu jika adiknya selama tiga  tahun disiksa oleh adik kelasnya. Tapi ternyata sayang namjoon tidak mengetahuinya

Namjoon membawa rotan dan air yang entah air apa itu. Namjoon mendekat kearah jimin memeluknya dengan lembut.

Jimin takut. Dipelukan itu tidak ada sarat kasih sayang atau kehangatan. Hanya ada kebencian yang menguar begitu kentara.

••fate🏳°Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang