"Hai tae" sapa jimin
Taehyung hanya menatap dia datar dan berlalu begitu saja
Jimin diam dan menduduk sedih
Semuanya salah faham. Jimin berusaha menjelaskannya tetapi tidak ada yang percaya akan hal itu.
Jimin terlalu baik bahkan dia rela di hukum walaupun bukan kesalahannya
Sahabatnya sekarang---berbeda.
Semua kasih sayang itu menghilang--digantikan dengan rasa benci.
Memang siapa yang menyayangi jimin? Bahkan dunia saja enggan menatap mata jimin
Jimin sedari kecil itu sendirian dan akan tetap sendirian.
•°•°•
Bel sekolah berbunyi membuat semua siswa yang ada di gerbang masuk secara terburu-buru menuju kelasnya
Jimin duduk paling belakang. Seharusnya dia duduk di samping taehyung tetapi dia tahu diri pasti taehyung tidak akan nyaman berada di dekatnya
Jimin dan taehyung itu sudah bersahabat saat mereka merumur 4 tahun. Bahkan rumah mereka juga dekat
Jimin hanya bisa menghela nafasnya ketika mengingat persahabatan mereka yang warna-warni dulu
Jimin tidak bisa fokus kepelajaran karena kepalanya masih berdenyut sakit akibat di pukuli habis-habisan oleh ayahnya. Dia harus konsen agar mendapat nilai yang memuaskan walaupun orang tuanya tidak peduli tetapi harus mendapatkan nilai tinggi
Jimin anak pemilik sekolah ini makanya harus mendapatkan nilai yang memuaskan agar tidak memalukan ayahnya
-kata ayahnyaJimin diam saat darah menetes dari hidungnya. Mengambil tisu dan membersihkannya sambil menunduk takut ketahuan teman atau gurunya.
Bukannya berhenti darah itu semakin banyak keluar jangan lupakan kepalanya yang berdengung sakitSakit sekali oh tuhan -batinnya menjerit
"Seonsaeng..Aa-apa aku boleh izin ke uks?" tanya jimin sopan sambil menutupi hidungnya yang masih mengeluarkan darah
"Ah ya silahkan.."
Jimin pergi dengan tersegesa sebelum itu dia sudah berterimakasih karna gurunya sudah mengizinkannya. Jimin berjalan cukup cepat sampai tidak sengaja menabrak seseorang dan kertas yang di bawa seseorang itu jatuh berhamburan
"Kalau jalan pakai mata!" Kesalnya
"Mm-Maaf ..eoh namjoon hyung?" Tanya jimin
Namjoon hafal suara siapa ini. Suara yang dia rindukan tapi dia tepis karna egonya membenci jimin. Darah jimin mengenai kertas yang di bawa namjoon
"Kalau berdarah ke UKS sana! Jangan mengotori kertas ku dengan darah kotor mu itu!" Geram namjoon langsung meninggalkan jimin yang masih diam di tempat
Biasanya jika jimin mimisan seperti ini orang yang pertama mengkhawatirkannya adalah Namjoon kakaknya yang sangat ia sayangi
Tetapi sudah berbeda lagi sejak kejadian satu tahun lalu. Semua sahabatnya berubah termasuk sahabat kecilnya: kim taehyung.
Jimin segera menuju kamar mandi membersihkan darah yang mengotori sekitar wajah dan bajunya. Setelah itu berbaring di UKS dan memejamkan matanya berusaha menghilangkan pusing yang menjalar
•°•°•
Taehyung menatap kepergian jimin ke UKS dengan khawatir tapi dia tepis begitu saja. Tadi taehyung tidak sengaja melihat jimin membersihkan darah yang ada di hidungnya.
Jimin memang sering mimisan--akibat selalu dipukuli ayahnya
Tetapi--firasat taehyung kali ini berbeda bukan karna sebuah pukulan yang selalu jimin terimaMungkin---entahlah.
Taehyung malas memikirkannya.
;_-
Namjoon yang baru sampai di perpustakaan karna harus mengerjakan tugasnya pun berhenti. Mengamati dengan jelas noda darah jimin--yang ada di kertas putihnya.
Hati kecil namjoon berdenyut sakit--dulu dia selalu mengomeli jimin jika dia tidak mau makan. Selalu memberi pelukan hangat. Dan berbagi kasih sayang layaknya seorang kakak dan adik manisnya.
Tanpa dia sadari satu air mata itu jatuh dan buru-buru dia mengusapnya dengan kasar sambil menggeleng.
Dia membenci jimin
"Aish..kenapa Aku memikirkan manusia yang ku benci"
Sebenarnya namjoon itu sudah kuliah tapi karna fakultas kuliahnya berdampingan dengan sekolah SMA jimin. Jadi perpustakaan luas itu boleh saja dimasuki oleh beberapa orang kampus atau pelajar SMA. Jadi jangan heran jika jimin sering bertemu namjoon-hyungnya disekolahnya
•••••••
Jimin bangun dari tidurnya--ah pusingnya sedikit mereda. Pukul menunjukan pukul 4 sore bergegas untuk pulang
Tidak pulang kerumah--melainkan bekerja di sebuah kafe terpandang cukup untuk membuat tabungannya penuh
Jimin orang kaya? Tentu.
Tetapi dia tidak pernah memakai kartu black card yang di beri ayahnya. Ayahnya memberi kartu tersebut agar tidak reputasinya tidak hancur
Padahal jimin tahu itu kok
Jimin tahu itu bukan tanda perhatian seorang ayah.. hanya mementingkan sebuah reputasi agar terus menaik. Jadi jimin hanya menurut bak anak kucing
Jimin selalu membeli apa yang dia butuhkannya dengan uang pribadinya. Jimin itu anak mandiri dan penurut sejak kecil bahkan dia sudah bekerja di kafe tersebut saat umur 10 tahun
Hidupnya sangat layak tetapi tidak ada secuil kebahagiaan disana
"Jimin sudah pulang sekolah ya?" Tanya pemuda yang lebih tua darinya
"Sudah hyung!" Jawab jimin semangat dengan senyum manisnya
"Apa jimin sakit? Kenapa pucat sekali?" Tanya pemuda itu
"Tidak kok seokjin hyung! Aku baik-baik saja" jimin menggeleng walaupun kepalanya sakit
Kim Seokjin pemuda tampan dan mapan yang memiliki cafe tersebut. Sebenarnya dia memiliki cafe atau restoran dimana- mana bahkan ada yang sampai diluar negeri. Jadi jangan tanyakan seberapa kayanya dia
"Baiklah jika ada yang sakit bilang kepadaku ya?"
"Siap hyung! Aku bekerja dulu ya" jawab jimin masih tersenyum
Jin mengelus rambut jimin dan mengangguk. Jin menyayangi jimin seperti adiknya yang meninggal lima tahun lalu. Adiknya meninggal karna bunuh diri akibat depresi berlebihan
Jimin pergi mengganti pakaian dan mulai melayani atau menjadi kasir dengan senyum yang manis
Jimin itu tidak baik-baik saja
Mengertilah.
KAMU SEDANG MEMBACA
••fate🏳°
FanfictionPerlahan semua memudar. Memudar menjadi bayangan yang tidak terlihat. kesalahpahaman membuat mereka membutakan mata. membuat pertahanan dinding kokoh yang tidak dapat dicapai. membekukan hati dan memilih egonya masing-masing. kesalahan seseorang yan...