Part 10

1.4K 147 0
                                    

Stefan dan Nasya duduk diam di dalam mobil. Suasana hening. Stefan membuang pandangan jauh keluar. Nasya berdehem kecil. Ia menarik napas pelan.

"Namanya Yuki. Dia sahabat aku. Dia satu-satunya orang yang bisa menerima aku apa adanya. Meskipun dia tidak tahu, tapi perasaan aku tetap sama. Rasa itu hanya untuk dia." ujar Stefan memecah kesunyian. Nasya menatap Stefan lekat. Ada perasaan sakit yang ia rasakan saat ini.

"Tapi aku sayang sama kamu, Stef." ujar Nasya lirih. Stefan memandang ke arah Nasya, ia melihat gadis itu menangis. Stefan menepuk bahu Nasya pelan. Nasya semakin menunduk dalam. Menangis.

"Aku tahu gimana rasanya, Sya. Aku minta maaf," ujar Stefan lirih.

Nasya semakin menangis. Tangisnya kini pecah. Stefan menatap Nasya sedih. Ia merasa bersalah karena sudah membuat gadis yang selama ini membantunya menangis. Tapi Stefan juga tidak bisa memaksakan hatinya untuk menerima Nasya. Karena ia masih belum bisa melupakan Yuki. Ia pun tidak yakin bisa melupakan gadis itu.

= * =

Yuki turun dari mobil. Ia menggandeng Gio untuk berjalan disampingnya. Semua mata memandang ke arah Yuki. Terpesona dan kagum akan kecantikannya malam ini. Gaun panjang berwarna biru tosca serta rambut yang diikat ke atas. Yuki terlihat begitu sempurna. Siapa pun akan mengatakan seperti itu.

"Gue rasa lo akan bikin cowok berengsek itu ngga bisa tidur di malam pertamanya," bisik Gio.

Yuki tertawa kecil mendengarnya. Ia berjalan pelan sambil tersenyum dan sesekali ia menyapa orang-orang yang dikenalnya. Malam ini ia benar-benar menjadi sorotan. Semua mata yang melihatnya tidak berhenti memuji kesempurnaan yang dimiliki Yuki. Nina, Chika, dan Max berjalan dibelakang Gio dan Yuki.

"Gue berasa jalan dengan seorang ratu," ujar Max.

Semua tertawa mendengar ucapan Max. Mereka berhenti tepat di depan pasangan pengantin yang sedang menyalami dan berbicara pada para tamu. Ariel tersenyum melihat kedatangan Yuki. Al tampak syok, ia tidak menyangka Yuki akan datang ke pesta pernikahannya. Yuki dan lainnya berjalan ke arah Al dan Ariel. Yuki menatap Al lekat.

"Selamat ya," ujar Yuki seraya mengulurkan tangannya pada Al.

Al menerima uluran tangan Yuki tanpa berkata apa-apa. Speechless. Ia tidak bisa memungkiri kalau Yuki malam ini terlihat sangat cantik. Yuki beralih ke Ariel.

"Selamat ya," ujar Yuki.

"Aku pikir kamu ngga akan datang," ujar Ariel.

"Ngga mungkinlah. Gue kan udah janji akan datang. Lagipula gue juga mau mastiin kalo lo baik-baik aja," ujar Yuki sambil tersenyum. Ariel memeluk Yuki erat. Mereka terlihat seperti bersaudara.

"Terima kasih. Aku ngerti gimana perasaan kamu," bisik Ariel sambil mengusap lembut punggung Yuki. Yuki tersenyum.

"Lo ngga akan ngerti. Dengan bodohnya gue milih dia dan kehilangan orang yang sayang sama gue," bisik Yuki lirih. Ariel tercekat. Kemudian Yuki melepas pelukannya dan tersenyum.

"Kamu cantik banget malam ini," puji Ariel. Yuki hanya tersenyum. Selanjutnya Gio dan lainnya menyusul memberikan ucapan selamat. Gio menggandeng Yuki kembali. Ia menepuk bahu Yuki pelan. Yuki menoleh sekilas.

"Gue baik-baik aja kok," ujar Yuki sambil tersenyum.

"Gue tahu," ujar Gio.

"Guys, kita pergi dari sini. Gue udah mulai bosen sama acaranya," ujar Max yang kemudian ditanggapi dengan anggukan sahabat-sahabatnya. Mereka pun pergi meninggalkan acara yang belum selesai.

"Kita mau kemana?" tanya Gio sambil menyetir.

"Anterin gue pulang dulu ya. Gue capek banget," ujar Yuki pelan. Semua memandang Yuki bingung. Yuki menyadari dirinya sedang dipandangi, ia hanya tersenyum geli menanggapinya.

"Kenapa? Gue beneran capek," ujar Yuki.

"Hei, sweety... Gue tahu elo, capek ngga pernah ada dalam kamus hidup lo," ujar Max.

"Iya, lagian ini belum terlalu malam, Ki." tambah Chika. Yuki hanya diam. Ia tidak tahu harus mengatakan apa pada sahabat-sahabatnya. Mobil Gio tepat berhenti didepan rumah Yuki.

"Thanks ya, my G. Bye all," ujar Yuki sambil tersenyum. Mereka tahu senyum manis itu hanya palsu. Senyuman itu terlihat jelas untuk menutupi kepedihan yang Yuki rasakan.

Yuki berjalan menuju kamarnya. Berganti pakaian. Tak berapa lama kemudian ia keluar lagi lalu menuju belakang rumah. Sambil membawa sebuah album foto, Yuki duduk dipinggiran kolam renang. Ia memasukkan kedua kakinya ke dalam air. Ada sensasi yang menyejukkan yang membuat ia tenang. Yuki membuka album foto yang ada ditangannya. Memandangi setiap gambar yang ada di album tersebut. Ada rasa sesak dihatinya. Ia dapat mengingat dengan jelas kenangan yang terekam saat ia mengambil gambar itu.

Ia bersama Al, saat itu mereka terlihat bahagia. Saking bahagianya ia sampai tidak menyadari ada orang yang menyayanginya dengan tulus. Setetes air mulai menetes dari sudut mata Yuki. Entah ada perasaan apa yang menyelimutinya, perlahan Yuki menurunkan dirinya ke dalam kolam renang. Ia pikir rasa dingin akan menenangkan pikiran dan hatinya saat ini. Lama-lama Yuki membenamkan seluruh tubuhnya. Kini seluruh tubuhnya berada dalam air. Seolah tenggelam. Namun Yuki tetap tenang menahan napasnya. Ia merasa damai didalam air. Seolah-olah bebannya terangkat naik keluar dan pergi darinya.

"Non Yuki...." teriak Sarti.

Ia melihat majikannya itu tidak keluar dari kolam dalam waktu yang cukup lama. Ia menyadari ada yang aneh. Benar saja, Yuki saat ini tenggelam. Sarti terus berteriak. Tak lama kemudian datang Kardi, supir keluarga Yuki. Dengan segera ia terjun ke kolam dan mengangkat tubuh Yuki keluar. Setelah diluar Yuki terlihat tidak sadarkan diri. Wajahnya terlihat pucat. Kaku..

continue...

Our DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang