Setelah selesai dengan pekerjaannya dia terburu-buru untuk pulang. Sekarang sudah menunjukan pukul setengah tujuh. Biasanya dia akan pulang jam enam sore, tetapi karena sedang banyak pelanggan jadilah dia agak sedikit terlambat
Kalau terlambat sedikit saja pasti sudah mendapatkan hukuman
Oh, jangan lupakan badannya yang minta di istirahatkan karena efek penyakitnya
Penyakit?ugh Tentu.
Sejak dua bulan lalu jimin pernah di larikan ke rumah sakit akibat belum makan dua hari karena belajar kelompok bersama temannya dan hal itu mendapat hukuman dari sang ayah. Dia di larikan ke rumah sakit oleh seorang dokter yang tidak sengaja bertemunya di jalan saat dia pingsan
/nanti saja aku beri tahu penyakitnya.
Tidak mau menunggu lebih lama lagi jimin berlari menuju rumahnya
Hei! Ingatkan dia jika jarak tempat dia bekerja itu jauh dari rumahnya
Jimin terus berlari membiarkan jantungnya yang berdegub kencang dan nafas yang tidak beraturan. Membiarkan perut kirinya kram akibat terlalu lama berlari. Keringat dingin sudah banjir dipelipisnya
Dia berdiri didepan gerbang rumah megahnya dengan oleng
"Tuan apa anda baik-baik saja?" Tanya salah satu bodyguard ayahnya yang telah membuka gerbang rumahnya
"Hh hah..tidak hah apa-apa kok paman" jawab jimin berusaha tersenyum dengan bibir pucatnya
Bodyguard tersebut tersenyum dan mengangguk sambil mempersilahkan tuan mereka masuk agar bisa beristirahat dikamar dengan nyaman
Semoga saja
BUGH!
Baru saja jimin ingin membuka pintu rumahnya dia sudah mendapatkan makan malam berupa pukulan di perutnya. Perutnya yang awal mulanya kram bertambah kram akibat pukulan sang ayah yang tidak main-main
"A-aappa.." lirihnya
"Anak sialan! Berani sekali kau pulang terlambat" ucapnya geram
"Aa-aku tidak tt..terlambat"
"Terlambat 15 detik!"
BUGH!
"Ini untuk kau yang terlambat!"
BUGHH!
"Ini untuk kau yang menjawab pertanyaanku dan membela dirimu!"
BUGH!!
"Dan ini untuk kau anak sialan!"
Setelah puas memukuli putra bungsunya ayahnya meninggalkan dirinya yang sedang berusaha menetralkan nafasnya. Dia baru pulang akibat berlari tanpa henti dan dia belum merasakan oksigen yang masuk sepenuhnya kedalam paru-paru dirinya dia sudah mendapat pukulan tepat di dada kirinya
Jimin memukul dada kirinya mencoba menghilangkan rasa sesak yang mendera.
"JANGAN BERI SI SIALAN INI MAKAN MALAM!! JIKA ADA YANG MELANGGARNYA MAKA AKU AKAN MENGANTARKAN KALIAN LANGSUNG BERTEMU MALAIKAT MAUT!!" Suara ayahnya menggelegar seisi ruangan mewah itu
Bodyguard dan pengasuh rumah ini hanya bisa menunduk takut. Jimin berusaha bangun tapi terjatuh lagi dan tidak ada yang berani mendekatinya. Jimin faham semua takut akan ancaman ayahnya yang tidak pernah main-main dengan perkataannya.
Jadi jimin hanya berusaha dengan sekuat tenaga berdiri walaupun menyakitkan setiap dia melangkah. Yang menyaksikan hanya memandang dia iba. Jimin tersenyum melihatnya dan mengatakan bahwa dia 'baik-baik saja'
Masuk ke kamar yang dulunya cat berwarna biru terang terganti dengan warna biru langit malam. Jimin mandi dengan susah dan menahan perih walaupun begitu dia tidak suka badan yang bau dan lengket. Melihat pukulan ayahnya yang berada di perutnya membuatnya ngilu setengah mati. Setelahnya dia merebahkan dirinya di kasur. Entahlah apakah dia bisa tidur nyenyak atau tidak.
Jendela dibuka dan merasakan hembusan angin malam yang selalu menjadi teman dan pengantar tidurnya. Tidak peduli dengan luka-luka yang belum diobati karna percuma jika di obati pasti akan timbul yang baru bahkan yang lebih menyakitkan
-pikir jimin.Membiarkan wajahnya diterpa dengan angin malam yang begitu damai. Sesekali melihat bintang yang terang disana.
Jimin merindukan neneknya yang biasanya dia panggil dengan sebutan oma.
Neneknya sudah meninggal lima tahun lalu. Dimana sang nenek selalu menyayangi dirinya dan memberi pelukan hangat. Selalu memberi nasihat kalau jimin tidak boleh membenci orang lain walaupun orang lain tersebut telah berbuat jahat padanya.
Jimin tersenyum saat membayangkan wajah neneknya yang tersenyum ke arahnya. Melihat bintang yang begitu terang seperti mengatakan neneknya baik-baik saja disana
Nenek jimin selalu bilang kepadanya bahwa setiap takdir itu tidak semua kejam. Coba pandang dari sudut yang luas pasti akan ada kebahagian yang bersembunyi dan akan keluar jika waktunya sudah tiba. Hanya perlu bersabar.
Jika lelah istirahatlah tidak ada yang akan melarang. Tapi jangan terlalu lama atau bahkan ingin menyerah. Semua usaha pasti akan membuahkan hasil yang memuaskan. Jadi bersabarlah semua pasti akan baik-baik saja pada waktunya.
Jika ingin menangis.. Menangislah, tidak apa. Walaupun yang menangis seorang pria pun. Tidak akan ada yang melarang atau menuntutnya. Karena semua manusia pasti akan ada rasa lelah dengan semua rasa sakit dan ingin meluapkan rasa sakit itu dengan tangisan jika tidak bisa di uraikan dengan kata-kata.
Beristirahatlah
Hatimu juga lelah. Jangan menyiksa dirimu. Batinmu juga menjerit meminta kebahagiaan bukan? Maka istirahat dan tenangkan fikiranmu. Semua akan baik-baik saja sesuai apa yang direncanakan tuhan saat waktunya tiba
Bersabar.
Kunci kebahagiaan yang sebenarnya adalah bersabar dan berdo'a. Meminta dan mengeluh pada yang maha kuasa. Tidak apa jika kau lemah dihadapan Tuhan. Tapi jangan lemah untuk dirimu sendiri untuk menjalani takdir. Tidak apa jika kau ingin mencurahkan isi hatimu dan menangis hingga puas kepada Tuhan.
Tuhan akan selalu mendengarkan ketika umatnya berdoa kepadanya. Hanya saja sang pencipta butuh waktu untuk memberimu kebahagiaan agar kau belajar dari pengalaman-pengalaman sebelumnya yang kau jalani selama ini.
Tuhan tidak akan meninggalkan umatnya yang merasa hancur. Tuhan akan selalu di sisi umatnya walaupun umatnya melupakan sang pencipta.Jimin tersenyum memandang kosong kedepan.
KAMU SEDANG MEMBACA
••fate🏳°
FanfictionPerlahan semua memudar. Memudar menjadi bayangan yang tidak terlihat. kesalahpahaman membuat mereka membutakan mata. membuat pertahanan dinding kokoh yang tidak dapat dicapai. membekukan hati dan memilih egonya masing-masing. kesalahan seseorang yan...