02

690 105 7
                                    

# Taehyung

"Hyung, kita harus segera kembali ke kantor. Kau ada rapat sejam lagi. "
Ucap Jungkook di depanku.  Aku mendengarnya,  tapi tak berniat menjawabnya. Karena fokusku tertuju pada gadis yang berada di baris pinggir samping jendela,  kurasa itu meja favoritnya. Aku tak mengenalnya,  tapi wajahnya sudah terpatri dipikiranku sejak lama. Sebanyak aku mengunjungi cafe ini aku selalu melihatnya disini. Itulah kenapa aku sering mengunjungi cafe ini dijam makan siang, atau lebih tepatnya aku memang sengaja kesini untuk melihatnya. Ini menggelikan dan tak masuk akal. Padahal banyak cafe dan restoran mewah dimana-mana,  bahkan tanpa keluar dari ruangan mewah milikku pun aku bisa mendapatkan yang aku mau.  Tapi tidak. Aku menyukai keluar ruanganku untuk melihat gadis itu.

Pandanganku beralih mengikuti arah pandangan gadis itu. Mataku memicing mencoba mencerna apa yang terjadi. Sudut bibirku terangkat bersamaan dengan kedua alisku. Pemandangan yang cukup seru. Aku cukup tau siapa laki-laki itu setelah beberapa kali melihatnya duduk berdampingan dengan gadis itu setiap kali aku melihatnya disini. Dan kurasa aku bisa menerjemahkan apa yang aku lihat sekarang. Apa ini yang dinamakan perselingkuhan?  Ayolah bung,  kau cukup bodoh mengajak wanita selingkuhanmu berkunjung ke cafe yang sering kau kunjungi bersama kekasihmu.  Bibirku tersenyum menghina jika saja ada yang melihatnya.

"Hyung, kau tak mendengarkanku?  Kau ada rapat hyung,  kau bisa kena marah tuan besar jika kau sampai terlambat. Lagian kenapa kau selalu mengajak makan siang disini sih hyung,  padahal tak ada menu yang mengenyangkan disini. "
Ocehan Jungkook menganggu konsentrasiku. Membuatku mengalihkan pandangan padanya yang menatapku sewot. Aku tak peduli,  jika aku telat pun dia yang lebih dimarahi daripada aku karena sudah membiarkanku berada lumayan jauh dari kantor.

"Sebentar lagi. Ini seru. " ucapku.
Ku lirik jam tangan yang melingkar dipergelangan tanganku. Rapat akan diadakan satu jam lagi, tapi aku ingin melihat kelanjutan drama ini. Aku tau Jungkook bisa membawaku dengan kecepatan tinggi yang hanya memerlukan 1/2  waktu dari seharusnya, 15 menit dari sini menuju ke kantor, itu cukup. Jungkook cukup gesit mengendalikan gas dan setir tanpa menginjak rem,  aku tak akan khawatir tentang itu.

Aku kembali menyamankan dudukku,  menumpu kaki,  bersandar pada kursi dan melipat kedua tanganku di depan dada.
"Apa gadis itu bodo?. " desisku.

Tatapan gadis itu sama sekali tak beralih dari obyek yang dia tatap sejak tadi. Wajahnya tak menunjukkan kemarahan,  dan itu sangat menarik perhatianku. Sunggingan senyum menghiasi bibirnya beberapa kali, manis sekali, kurasa dia juga menikmati pemandangannya sama sepertiku.

Jika saja aku jadi dirinya pasti sudah mendatangi dua orang itu,  meninju wajah kekasihnya dan menjambak rambut wanita itu.  Oh....pasti itu akan sangat seru. Tapi kenapa itu tak kunjung terjadi. Aku kembali melirik jam tanganku,  ahh,  appa ku bisa benar-benar menggantung Jungkook jika aku melewatkan rapat siang ini.

Deg.
Dadaku berdesir saat ku lihat gadis itu berdiri dan berjalan ke arah dua orang di sudut yang masih saling bermesraan. Apa aku akan segera melihat adegan yang aku tunggu?

Aku memperhatikannya,  semakin lekat memperhatikannya. Tidak ada adegan meninju atau menjambak atupun siram menyiram. Dan sepertinya aku mulai kecewa, tapi mataku masih tak beralih memperhatikan gadis itu. Dia sungguh menarik perhatianku.

Oke aku akui kehebatan gadis itu.  Sangat baik mengontrol emosinya dan ini juga menghiburku.  Senyum yang diberikan untuk kekasihnya yang jelas tertangkap selingkuh membuat dadaku bergetar. Aku merasa seperti anak remaja yang mengincar gadis pujaanku.

Aku kembali kecewa saat gadis itu akan pergi begitu saja. Oh,  dia berbalik.  Kali ini pasti ada acara siram menyiram dengan minuman di depannya. Aku kembali tegang.

Ternyata tidak. Membuatku kembali kecewa. Tunggu apa yang dia minta. Kartu? Aku berdebat sendiri dengan pemikiranku.

"Gadis bodoh nan malang."
Gadis itu pergi dengan senyum perpisahan yang justru membuat jantungku kembali bergetar. Haruskah aku berdiri dan meninju laki-laki itu karena sudah menyakiti gadis semanis itu. Ohh sepertinya otakku benar-benar gila. Aku harus kembali ke kantor sebelum appa kulah yang meninjuku.  Seharusnya memang seperti itu.  Namun apa yang aku lakukan.  Aku berdiri,  berlari kecil mengikuti gadis itu. Dia menjatuhkan sesuatu.

"Tunggu " ucapku spontan dan dia menoleh.

Ah sial, apa itu air mata? gerutuku dalam hati.







🍓

Vyoon another story 💜.

Cerita ini hanya sebatas kehaluan dari penulis ya readers .
Tidak ada sangkut pautnya dengan nama tokoh atau kehidupan asli dari nama tokoh , murni imajinasi sebagai hiburan.

Happy reading dan terimakasih. ^^

LOVE AGAINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang