Yunseong terus berjalan memutari puncak bukit yang tidak lebih luas dari sebuah lapangan voli. Itu sudah ketujuh belas kalinya ia berkeliling, bahkan ia sudah puluhan kali turun ke lereng-lereng bukit untuk mencari keberadaan Minhee. Jam sekarang sudah menunjukan pukul lima lebih empat puluh menit, kurang dua puluh menit sebelum matahari benar-benar terbenam, tapi Minhee sama sekali belum ditemukan.
Yunseong mulai merasa putus asa. Rasa lelah memang sudah menyerangnya sejak tadi, tapi ia melawan rasa itu demi menemukan si adik pujaan hatinya. Namun hingga kini tak membuahkan hasil. Bahkan tanda-tanda bahwa Minhee ada di sekitar bukit itu saja tidak ada. Sama sekali tak ada jejak dan petunjuk.
Yunseong berhenti berjalan tepat di samping sebuah pohon besar. Lelaki itu baru saja naik kembali setelah tadi ia sempat menuruni bukit itu lagi sejauh tiga belas meter. Yunseong ingin turun lebih dalam lagi, tapi dengan minimnya cahaya ditambah matahari yang mulai terbenam membuatnya kesulitan melihat. Dan hal itu membuatnya kembali dengan harapan jika orang lain sudah menemukan Minhee.
Lelaki itu sudah mulai lelah. Ia kini menumpuhkan tangannya pada batang pohon yang seperti memiliki ukiran itu. Perlahan matanya menatap batang pohon itu. Tangannya kemudian bergerak menyusuri ukiran abstrak yang kelihatan indah itu. Lelaki itu perlahan membalikan tubuhnya dan melihat ke sekitar lereng yang baru saja ia susuri itu. Matanya terus bergerak untuk mengamati tempat itu walau dengan cahaya yang semakin minim. Beberapa saat kemudian, matanya memincing seperti melihat sesuatu yang tak asing tepat di samping sebuah batu berlumut yang tadi dipijakinya ketika naik ke tempat ia berada saat ini. Yunseong penasaran. Maka ia pun berjalan menuju tempat itu. Matanya terus menatap benda itu, hingga ia yakin bahwa apa yang ia lihat itu adalah sebuah kacamata.
Yunseong mempercepat langkahnya dan berhenti tepat di depan batu berlumut tadi. Lelaki itu lalu bergeser satu langkah ke kiri sehingga ia berada di depan kacamata itu. Kemudian ia langsung berjongkok dan meraih benda itu dan mengamatinya dengan seksama.
"Punya Minhee. Iya, ini emang punya Minhee," gumamnya sambil berdiri.
Lelaki itu kemudian kembali menatap ke bawah sana, "Sedikit ke bawah lagi. Gue yakin dia pasti ada di bawah sana."
"Yunseong?"
Yunseong baru saja akan memulai langkahnya untuk kembali turun ke bawah saat ia menemukan sebuah kacamatanya yang diyakininya sebagai milik Minhee. Namun, belum juga langkahnya terealisasi, satu suara membuatnya menoleh ke atas. Nampak salah satu guru yang sedang melambaikan tangan ke arahnya dengan seorang pria lain yang adalah ketua tim penyelamat yang membantu mencari Minhee sejak siang tadi.
"Naik sini dulu, udah gelap."
Dengan setengah hati, Yunseong akhirnya naik. Dan setelah ia sampai di hadapan kedua pria itu, ia hanya bisa menatap mereka dengan heran., "Emangnya kenapa kalau udah gelap, pak?" tanyanya kemudian.
"Pencariannya gak bisa dillanjutin," bukan gurunya yang menjawab, melainkan si ketua tim penyelamat yang menjawab.
"Boleh gak, kita gak ngehentiin pencariannya? Saya barusan nemu kacamatanya Minhee. Saya yakin dia ada di sekitar sini."
"Tapi, kamu dari bawah sana dan gak nemu apa-apa, Seong," ucap gurunya membuat Yunseong melemparkan tatapannya pada pria itu.
"Mungkin lebih ke bawah dikit lagi, pak."
"Gak bisa!" ketua tim penyelamat kembali bersuara, "Hutan itu terlarang. Penduduk sini punya aturan kalo gak ada yang boleh masuk hutan setalah matahari terbenam."
Yunseong terdiam. Semangatnya untuk mencari Minhee tiba-tiba hilang begitu saja. Ia baru saja menemukan petunjuk dan kenapa petunjuk itu tidak bisa digunakan?!
"Oke,” jawabnya kemudian, "Yang penting besok dilanjutin lagi pencariannya."
"Itu juga gak bisa," ucap si ketua tim penyelamat, "Pencarian ini sudah selesai sampai di sini."
"Apa?” Yunseong terlihat tidak terima dengan apa yang dikatakan ketua tim penyelamat itu, “Kenapa? Gak bisa gitu dong, pak.”
"Dia mungkin aja udah mati dimakan binatang buas," jawab pria itu.
"Gimana bisa seseorang mati kayak gitu dalam waktu kurang dari empat jam?"
"Bisa saja, kan? Gak ada yang tahu."
"Tapi, saya barusan nemuin kacamatanya di sini."
"Ya, itu urusan kamu, nak. Yang jelas, kita gak bisa lanjutin pencarian ini."
Si ketua tim penyelamat itu kemudian melangkah meninggalkan Yunseong yang masih tak terima dengan ucapannya bersama gurunya. Lelaki itu lalu menoleh dan menatap gurunya dengan tatapan memohon.
"Pak, gak bisa kayak gini, dong! Kita bakal tetap cari Minhee."
Guru itu menghela nafas dan menatap Yunseong dengan tatapan yang membuat lelaki itu ingin mati saat itu juga.
"Dengarin saya, Yunseong," ucap guru itu pelan, "Ada saatnya kita harus matuhin aturan dan kepercayaan orang lain. Desa ini punya aturan dan kepercayaan. Mereka percaya kalo hutan itu punya kehidupan lain selain manusia. Dan mereka juga percaya kalo ada orang yang jatuh ke hutan itu maka orang itu gak bisa ditemuin lagi setelah matahari terbenam."
"Pak, tapi kan itu belum ada bukti."
"Bukan belum ada bukti," balas guru itu kemudian, "Ini bukan kejadian pertama. Dan banyak orang udah berusaha mengelakuin kayak apa yang kamu bilang tadi, tapi gak ada yang berhasil. Akses menuju hutan itu selalu hilang karna hal-hal gak masuk akal."
"Bisa aja besok gak kayak gitu, pak."
"Tetap gak bisa. Kepala desa udah ngelarang untuk ngelakuin pencarian besok, biar gak menambah korban lain."
"Tapi, pak. Minhee...."
"Dengerin saya lagi, ya, Yunseong," sang guru berucap lebih serius membuat Yunseog menatapnya was-was.
“Sebaiknya kamu pulang dan lupain masalah ini. Ingat, posisi kamu juga dalam bahaya. Kamu yang penanggung jawab kegiatan ini. Kamu juga harus ingat kalau Kang Minhee itu anak tunggal dan orang tuanya protektif banget sama dia. Sekolah lagi ngelakuin pendekatan sama mereka biar masalah ini gak jadi lebih rumit lagi. Jadi, jangan sampe kamu ngelakuin sesuatu yang buat mereka jadi ngeliat kamu yang ujungnya bisa nyalahin kamu atas kejadian ini. Karna kalau sampe mereka udah nyalahin kamu, bakal ada masalah baru dan sekolah gak bisa jamin bisa bantu kamu.”
Thank you...
KAMU SEDANG MEMBACA
HUMAN OR GHOST || HwangMini
FanficKang Minhee tidak dapat mengatakan jika dirinya adalah manusia karena ia bahkan tidak terlihat oleh siapapun. Namun, ia juga tidak bisa menyebut dirinya hantu karena ia tidak bisa menghilang, menembus dinding atau berkeliaran dan mengganggu orang se...