1

12 0 0
                                    


Hujan kembali deras sore ini, pikiranku semakin kalut melihat pusara eyang basah oleh air hujan. Aku terisak di tengah pemakaman yang mulai sepi. Satu persatu peziarah sudah pergi, hanya tersisa aku dan ayah yang berdiri di sebrangku.

Aku merasa semua yang ada di dunia ini tidak pernah memihakku, kenapa semua orang harus mininggalkanku, di saat aku benar-benar butuh tempat bersandar.

Aku tersentak saat ayah menyentuh pundakku " Ayana, mari kita pulang"

Sedikitpun aku tidak bergeming. Senyum sinis terukir di bibirku dan seketika aku pergi meninggalkan ayahku yang berdiri mematung melihatku pergi.

........

Aku tersadar dari lamunanku saat Rossi tiba-tiba memanggilku "Na, woiiii Na kebiasaan deh lo tiap ujan mesti bengong" Ucap Rosi.

"Seru taukkkk" Jawabku sambil nyengir.

"Elo pada gak jadi pulang?" Tanyaku.

"Yaa jadi lah Na, elo gk liat gue udah nyiapin tas segede gaban kek gini?" Jawab Reyna.

"Elo sih Na cuma bengong aja, teman pada mau balik malah enggak bantuin beberes malah cuma bengong ngliatin jalanan" Sewot Rossi.

Aku hanya nyengir sambil beranjak mendekati ketiga room mate ku. " Iya-iyaa ini gue bantuinn"

"Elo beneran kaga balik Na?" Tanya sunny.

"Enggak lah, gue di dorm aja, rumah juga gak ada orang"

"Yakin lo, mau di sini sendiri? Bakal sepi lho gk ada kita betiga di sini" Tanya Reyna.

"Iya apa lo ikut pulang kita aja, bisa ke rumah gue, Reyna, atau gak ke rumah Rosidah?" Tawar Sunny.

"Iya Na, elo gak takut apa di sini sendiri ntar kalo ada setan pegimana? Ihhh gue mahhh ngeri" Imbuh Rossi sambil bergidik ngeri.

Sambil menggeplak kepala Rossi
"Kaga adaa yang namanya setan Rosidahhh, gak usah ngadi-ngadi, si Ayana gak penakut kaya elo" Jawab Reyna.

Gue dan Sunny hanya tertawa melihat kelakuan Reyna dan Rossi yang memang tidak pernah akur.

"Udah-udah, kalian gak usah ribut dan gak usah khawatir okey, gue cukup di sini aja, dan enggak akan kesepian kan ada beberapa anak yang gk pulang juga. Bakalan aman juga ntar di asrama. Trust me okey. Gue bakal baik-baik aja" Terangku.

"Janji ya kalo ada apa-apa elo langsung ngubungin kita betiga" imbuh sunny.

"Iyaaa. Promise" senyumku.

"Gimana udah siap semua? Pada di cek lagi ada yang ketinggalan apa enggak?" Tanyaku kepada ketiga temanku.

"Udah aman" jawab Reyna.

"Gue jg udah" jawab Rossi.

"Samaa" lanjut Sunny.

"Ehh kebawah yukk, bentar lagi nyampe nih jemputan gue" ajak Rossi.

"Yuk kebawah sekalian aja kita tunggu jemputan bareng-bareng" kata Sunny.

"Yukk gue bantuin" kataku, sambil membantu membawa barang-barang Reyna yang paling banyak.

"Elu itu bawa apa sihhh Re, Sunny sama Rossi aja bawa satu koper udh cukup lho, elo tigaaa. 2 koper dan 1 tas yaaa!!" Kataku.

"Ihhhh ini tu barang-barang yang gk gue pake ya Na, dari pada menuh-menuhin kamar mending gue bawa pulang" jawab Reyna.

Demi apapun barang-barang Reyna memang lebih mendominasi kamar kami, karna Reyna lebih suka membeli barang-barang yang tidak berguna. Bahkan pernah suatu ketika saat kita pergi ke mall Reyna tertarik membeli tikar yang menurutnya lucu, tapi yang lebih lucunya lagi sesampainya di dorm dia bingung harus di apakan tikar itu, karna memang tikar yang Reyna beli tidak berguna dan berakhir di berika kepada Pak Narto penjaga asrama.

Terkadang memang aneh kelakuan Reyna.

Kami berempat sudah berdiri di depan lobby. Ternyata jemputan Rossi sudah datang, di susul dengan jemputan Sunny.

"Ehh gue balik dulu yaa" kata Rossi. "Yuk Sun" Rossi dan Sunny beranjak meninggalkan aku dan Reyna.

"Byeeeee" teriak Rossi sambil melambaikan tangan dari dalam mobil.

"Tiati lo padaa!!" teriakku sambil melambaikan tangan.

"Gue duluan Rey, Na!" Lambai Sunny dari dalam mobil.

"Iyaa tiati lo" jawabku dan Reyna sambil melambaikan tangan.

"Jemputan gue lama bener sihhhh" gerutu Reyna.

"Sabar elahhhh, bentar lagi juga nyampe" kataku.

"Elo yakin gk ikut gue balik?" Kata Reyna meyakinkan ku lagi.

"Enggak Re, udah deh tenang aja elo" kataku.

"Elo kenapa sihh enggak pulang Na?" Tanya Reyna.

"Gue enakan di asrama aja deh Re, udh nyaman juga" kataku.

"Tapi ini liburan semesternya lumayan lama lho Na, yakin elo enggak bosen?"

"Udah tenang aja deh elo gak usah khawatir. Ehhh itu jemputan lo udah nyampe" kataku.

"Ehhhh iyaaa, gue duluan ya Na, kalo ada apa-apa langsung hubungin gue aja okee!!" kata Reyna.

"Iya-iyaa" kataku sambil melambaikan tangan.

........

Sesampainya di kamar, aku mulai membereskan barang-barangku yang sudah tidak aku pakai. Saat aku mulai memilah barang-barangku aku menemukan amplop berisi kan surat dari abangku. Aku terkejut dan merutuki kebodohanku ternyata surat ini surat yang di kirim bang Reno bulan lalu.

Aku segera membuka surat itu dengan terburu-buru aku mulai membaca tiap kalimat yang abang tulis, betapa terkejutnya aku. Air mataku mulai berlinang saat itu juga.

Dengan tergesa-gesa aku meraih hp ku dan ku buka aplikasi pesan tiket, tanpa pikir panjang langsung aku pilih penerbangan di jam terdekat.

"Satu jam lagi" kataku. Langsung aku ambil koperku, dan sesegera mungkin aku masukkan baju-bajuku ke dalam koper tersebut, dengan sesekali mengusap air mataku yang berjatuhan.

"Abang maafin Ayana, baru buka surat abang" sesalku. "Bodoh banget sihh gue, enggak ngecek lagi kiriman dari abang" rutukku.

Setelah semuanya siap aku segera memesan taxi online, dan bergegas turun ke lobbi. Setelah beberapa menit menunggu taxi pun datang.

"Pak, agak cepet ya saya ngejar penerbangan" kataku.

"Baik mbk" kata si sopir.

Mobil pun melaju dan aku bergeming berharap semua akan lebih jelas.

"Akhirnya, semoga semuanya akan jelas. Semoga" kataku.

*****

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 16, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Auf WiedersehenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang