“Hidup itu kaya bikin kue, salah dikit aja lo ngasih ingredients udah deh, tuh, kue gak akan jadi apa-apa.” Ujar Raka disela acara ngobrolnya bersama kedua sahabat sarapnya, siapa lagi kalo bukan Ken dan Geo. Si kembar yang tak terpisahkan.
Kali ini mereka berada di atap sekolah memandang langit dan sesekali menatap ke bawah. Sekarang mereka bukan lagi siswa kelas dua, namun kelas tiga yang sebentar lagi mau UN, mau US terus lulus dan berpisah.
Ken menatap sahabatnya setelah mem-pause gamenya terlebih dahulu. “Lo cinta banget ya, sama pattiseri? Apa lo mau masuk ke pastry entar?” komentar Ken.
“Gue emang mau ke pastry sih, kapan lagi sekolah di bidang yang lo suka plus dikerumunin sama cewek-cewek, kan?” Ken menatapnya acuh.
Raka tak begitu memperdulikan Ken, yah… cowok kaya Ken sih, mau ngomong juga untung. Dia melirik adik Ken yang masih belum bersuara. Padahal biasanya dia yang paling ribut, kan?
“Lo mau kemana habis ini?”
“Fakultas kedokteran gak jelek-jelek amat, kan?” jawab Geo retoris. Keduanya sontak menghentikan kegiatan mereka.
“Serius lo?” Raka bertanya saking kagetnya, bukan apa-apa sih. Masalahnya mereka sekolah di SMK, pelajaran IPAnya aja terpadu dan gak jauh-jauh dari masalah bumi itu bulat.
“Lo gak percaya sama gue?” duh, Geo bukannya gak percaya cuman mustahil aja gitu! Pengennya sih, ngomong gitu, tapi asa teu kudu.
“Ken lo mau kemana?” dari pada menanggapi Geo, Raka lebih memilih untuk menanyai abangnya aja deh, berharap lebih waras dari adeknya.
“Dia sih, pasti lanjutin ke perhotelan lagi. Jiwanya udah hotelier banget.” Celetuk Geo yang diamini oleh Ken.
“Udah nyemplung ya udah sekalian aja berenang sampe ke tepian, kan?” baik Raka maupun Geo, keduanya terperangah dengan kata-kata Ken, yang terbilang sangat out of characternya yang biasa ketus dalam menanggapi setiap pertanyaan. Raka bertepuk tangan.
“Edan, Abang lo makan apa tadi?” bisik Raka.
Ken hanya mendelik dan kembali memainkan gamenya.
“Eh, Yuri mau ke fakultas hukum, lhoo… lo gak tertarik, Ken?” kompor Raka.
“Bu—“ Raka membekap mulut Geo.
Ada jeda sebentar sebelum Ken menjawabnya, entah dia tengah berpikir atau sekedar mem-pause gamenya.
“Gue emang suka sama dia, tapi gue punya mimpi yang harus gue kejar.” Nah, kan? Ken salah makan apa, sih?
Demi apa? Itu tadi yang ngomong Ken? Cowok yang gak pernah ngomong alus, gak pernah senyum kecuali pas praktek dan itu pun terpaksa.
“Ehem.. ngomongin gue?” Ken mendelik menatap ke belakang yang ternyata sudah ada Yuri. Cewek itu tengah berdiri sambil melipat tangannya di depan dada. Entah angin dari mana? Yang membawa cewek cantik itu kemari.
Dan Ken berharap cewek itu, tak mendengar apa pun yang dia katakan tadi. Mata Ken beralih pada sahabat dan adiknya yang seperti sudah menyadari keberadaan Yuri sejak tadi.
“Gue dibekep, Bang.” Geo melirik Raka, yang dilirik cuman senyum sambil garuk-garuk kepala. Ketombean ya?
“Dari pada lo pendem terus, kan? Nyimpen duit di bank sih pasti berbunga, tapi mendem perasaan… sakitnya di sini, men!” Raka menepuk dadanya memeragakan lagu dangdut yang tengah ngetren saat ini.
Menghembuskan napas dan kemudian menatap Yuri yang saat ini sudah duduk di sebelahnya. “Apa? Lo udah denger, kan?” Yuri tersenyum jahil.
“Lo gak mau nanya gue lanjut kemana?”
“Heem.” Ken menanggapi acuh tak acuh.
“Yakin?” godanya sambil menyondongkan tubuhnya. Ish! Cowok mana yang tahan liat cewek seimut itu, dengan pandangan yang imut dan terlebih dia cewek yang lo suka sejak dulu?!
“Yare-yare, lo lanjut kemana?” Tanya Ken sedikit kesal. Teman-temannya sudah bersiul-siul.
“Menurut lo fakultas mana, buat ngekudeta hati lo buat gue dan gak dapet sanksi pidana meski gue udah nyuri hati lo?” ok! Tadi Yuri ngegombal? Ken senyum tertahan dan mendadak soundtracknya jadi cie-cie…
“Kayanya sih, lo berdua bakal nikah muda.” Celetuk Raka menahan tawa. Sementara Ken sudah melayangkan tatapan setajam siletnya.
“Oh, kalo gitu gue punya safe deposit box yang aman buat lo, dan ngasih welcome drink buat nyambut hati lo. Tapi, sebelum itu lo harus reservasi dulu..” Nah, kan? Yuri Cuma bisa blushing. Gimana pun dia belajar ngegombal, pastinya Ken lebih pinter dibanding dia.
Satu tahun yang lalu mereka bertiga memperebutkan cewek ini, saling gotot-gototan buat dapetin cintanya. Dan akhirnya cuman Ken, cowok ketus dengan gombal mautnya ini berhasil meluluhkan hatinya. Meski pun Ken tak pernah berkata ‘aku cinta kamu celamanya eaaa..’ tapi semua orang pun tau Ken menyukai Yuri begitupun sebaliknya.
“Jadi lo lebih milih hukum dari pada kedokteran?”
“Emang lo mau gue cinlok sama Geo?” Tanya Yuri retoris. Geo tertawa dan langsung merangkul Yuri, tentu saja ditepis Ken kasar.
“Serius, Yu!”
“Iya-iya, gue rasa berjalan di jalan keadilan pasti enak. Yah.. walau gue suka kedokteran sih, tapi rasanya gak nyambung juga dari perhotelan ke kedokteran. Melenceng banget, gitu.” Yuri tak mengetahui kata-katanya yang ‘melenceng banget’ telah meluruh-lantakan hati seorang Geo yang imut-imut.
Raka sih, udah ketawa-ketawa sambil melirik Geo. “Ledekin aja terus, entar kalo lo sakit gak akan gue obatin!” serunya pundung.
“Yaelah, baper amet, sih!”
“Eh, gue gak maksud lho, Ge. Beneran!” Yuri tak enak hati pada sahabatnya yang kini jadi bahan bullyian. Tak lama bel tanda masuk pun bordering keseluruh penjuru sekolah, menyetakkan ke-empatnya untuk kembali ke kelas.
Beginilah mereka dan segala mimpinya, entah mimpi siapa yang akan terwujud terlebih dahulu. Namun dengan kemampuan dan kerja keras mereka pasti bisa, meski tak lagi bersama.
minta reviewnya yaa.. master :)

KAMU SEDANG MEMBACA
Cerita Kita
Teen FictionNormal 0 false false false EN-US X-NONE X-NONE MicrosoftInternetExplorer4