3O ❀ tatapan yang mulai dingin

747 129 25
                                    


Chapter 30: Tatapan yang Mulai Dingin


     Tsubaki Sawabe itu anggota futsal putri di sekolah.

Karena jumlah anggota futsal putri yang tak terlalu banyak, cewek itu jadi cukup di kenal dan punya image yang sangar. Tapi tentu tak ada apa-apanya karena sudah ada Shinobu dan Inosuke yang duduk di depannya dengan tatapan menghakimi.

Tsubaki hanya bisa menunduk.

"Lo tau kan Giyuu itu cowok gue?" tannya Shinobu.

Tsubaki meneguk salivanya berat, lalu mengangguk tanpa mendongak. Masih ngeri dengan pemandangan dua atlet sungguhan di depannya.

"Jadi.... siapa?" tanya Inosuke juga tak sabar. "Kaori siapanya Bang Giyuu?"

Tsubaki menggigit bibir bawahnya. "Bukan siapa-siapa," jawabnya.

"Terus apa? Pacar haluan? Fans? Selir? Lo bilang ini jaketnya Giyuu, lo tau dari mana?" tanya Shinobu beruntun, cewek itu juga tidak sabar. "Lo tau kan cowok gue gak terlalu terkenal, siapa juga yang merhatiin dia. Terus kenapa lo sampe bisa hapal?"

"Soalnya...." Tsubaki menggigit bibir. "Kaori juga pernah pake."

Shinobu tersentak kecil tanpa suara, ia menyernyit tipis. "Bener jaketnya Giyuu? Atau cuma mirip?"

"Kak Giyuu... yang minjemin langsung."

Ah, sialan.

Shinobu tertegun di tempatnya. Setelah mendapat jawabannya, sekarang Shinobu bingung. Ia kecewa sudah mencari tahu lebih jauh, juga marah pada Giyuu yang tidak pernah memberitahu soal hal ini padanya.

Padahal Shinobu sempat bangga memakai sweater pacarnya.

"Kak," panggil Inosuke sambil menatap ponselnya. "Pelatih kita udah dateng."

Tanpa menjawab, Shinobu langsung berdiri dari tempatnya. Tatapannya masih belum lepas dari Tsubaki yang bahkan tak mendongakkan pandangan sama sekali. "Lo bebas kali ini." kata cewek itu sebelum pergi membawa pesanannya.

Tsubaki meneguk salivanya berat.

Ah, sepertinya ia salah mencari masalah.




***

Shinobu menatap tajam pada bangku pojok itu sejak jam literasi dibunyikan. Namun cowok itu nampak fokus dengan buku bahkan sampai bel istirahat berbunyi. Tepat saat Pak Glenn bangkit dari kursinya, Shinobu ikut berdiri dan hendak mendekati meja Giyuu.

"Tomioka Giyuu,"

Shinobu menoleh bersamaan dengan Giyuu ke arah suara yang berasal dari pintu kelas. Lalu keduanya mendapati Pak Erwin dengan beberapa lembar kertas di tangan.

Giyuu pun mengangguk pelan. Cowok itu berdiri sambil membereskan mejanya lalu segera mengarah ke Pak Erwin. Namun di saat yang sama Shinobu langsung menahan cowok itu begitu tiba di bangku depan.

"Yuu—"

"Bentar." potong Giyuu cepat.

Shinobu langsung terdiam. Sementara itu Giyuu kembali melangkah mendekati Pak Erwin sebelum keduanya pergi begitu saja dari koridor MIPA.

Lalu Shinobu terdiam di tempatnya. Butuh waktu beberapa detik baginya untuk menyadari cowok itu mulai berubah. Bukan hanya dengan caranya memotong pembicaraan, tapi juga tatapannya yang mulai dingin pada Shinobu.

Ah, kalau saja hari itu ia tidak bilang soal macan putihnya, apa Giyuu tidak akan berubah?




***

"Giyuu,"

Gerimis yang membasahi sekolah membuat ia melirik keluar. Suara hantaman air yang beradu dengan genteng sekolah membuat tambah ribut. Namun seperti biasa, hujan adalah sebuah ketenangan tersendiri baginya.

"Tomioka Giyuu!"

Cowok itu tersentak, lalu langsung menoleh ke arah Pak Erwin yang menatapnya dengan sorot mata tegas. Sementara itu Levi duduk di sebelah guru itu sambil menyangkutkan earphone di telinga.

"Pak Genos sudah periksa latihan soalmu. Dari lima belas soal yang benar cuma tiga. Waktu bapak minta kamu mengumpulkan berkas, kamu terlambat. Sekarang waktu bimbingan dari saya pun kamu gunakan melamun."

Giyuu menunduk kecil, tak menjawab.


"Kamu bener-bener serius ikut olimpiade IT kali ini?"


Ah, Giyuu menghela nafasnya pelan.

Olimpiade dan macan putih itu, sama-sama memenuhi kepala Giyuu sekarang. Sampai rasanya ia tidak tahu harus menyelesaikan yang mana dulu. Seolah dua babak di depannya menuntut minta dihadapi lebih dulu.

"Serius Pak," jawab Giyuu akhirnya.

Pak Erwin kini yang menghela nafas. Pria itu terdiam beberapa saat memandangi siswa emas kebanggan sekolah ini.

"Setiap anak punya masalah," kata Pak Erwin mengendalikan intonasi. "Tapi seperti biasa, Bapak harap itu tidak menganggu prestasi kamu."

Giyuu terdiam sejenak, lalu mengangguk akhirnya. Meski terlihat seperti sebuah saran, namun bagi Giyuu, rasanya kalimat Pak Erwin sudah jadi beban tersendiri baginya.

Kapan ini akan berakhir?




Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


ps: selamat kesal dengan giyuu

Hi, Shinobu!✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang