Bercak bercak darah menodai tembok tembok dingin berwarna biru pucat. Suara bising dari gergaji besi menghiasi suasana yang mencekam.
"Cantik sekali. Sangat indah."
Terlihat seorang manusia buatan terduduk kaku di sebuah kursi antik. Matanya terpejam. Bibirnya terkatup rapat. Paru parunya kembang kempis dengan lemah.
Suara keras terdengar kala gergaji mesin itu menabrak lantai. Permainan telah usai. Sekarang tinggal menjahit.
Jarum jarum jahit menusuk bagian kulit. Menyatukan dua bagian tubuh yang terpisah. Terus berulang sampai kedua bagian itu menyatu.
"Sekarang kau siap untuk dijual."
.
.
.
.
.
."Chen! Ayo kita cari anak buah baru."
Chen menggeleng. Sudah 3 tahun sejak ia kehilangan Minseok. Chen gagal karena panah sialan itu. Andai saja ia bisa menyelamatkan Minseok.
"Kudengar ada pasar gelap di pelabuhan jam 2 pagi. Kau mau ke sana? Pasti akan ada banyak boneka-boneka dijual di sana."
Chen mengangguk. Sepertinya memang sudah waktunya ia mencari pengganti Minseok. Dan ia harus melupakannya juga.
Pukul 2 pagi. Pelabuhan terlihat sepi. Chen menggunakan kesempatan ini untuk memasuki ruangan tersembunyi di bawah pelabuhan.
Lift turun tepat di pasar gelap. Chen berjalan tanpa minat untuk meniti dagangan. Bibir candunya mengapit rokok yang belum dinyalakan. Gairahnya hilang untuk melakukan apa pun.
Terlihat boneka pria cantik terduduk di kursi. Tatapannya kosong dan menawan. Bibir tebalnya tak menyunggingkan senyuman. Hanya datar dan rapat.
Tangannya bertumpu pada kedua lutut. Bajunya imut dengan topi yang indah. Benar benar boneka yang sempurna. Sangat cantik.
Chen mendekat untuk melihat. Keningnya berkerut, kala menatap wajah boneka itu. Mengingatkannya pada Minseok. Sangat mirip.
"Berapa harga boneka ini?"mata Chen terus meneliti dan tatapannya menusuk. Boneka itu tidak berkutik, mengabaikan Chen.
"Ah, ini produk gagal tuan. Kami hanya memajangnya. Dia tidak berguna."ujar sang penjual dengan ramah.
"Bagian mana yang cacat?"
Penjual itu menyentuh dada boneka. Dan tersenyum. "Dia punya hati. Bukan seperti boneka pada umumnya. Sebab itu kami hanya memajangnya."
Air mata mengalir pelan dari ujung mata sang boneka. Perkataan itu menyakitinya. Tapi ekspresi wajahnya tetap datar.
"Aku beli yang ini. Berapapun kau patok, akan saya bayar."penjual itu tersenyum cerah. Lalu memikirkan sejenak harga dari sang boneka.
"Harganya hanya 10 juta dollar."Chen membelalakkan matanya. Harganya lebih mahal daripada harga boneka biasanya.
Terlanjur berucap, membuat Chen terpaksa mengeluarkan kartu black card. Memberikan pada sang penjual lalu membayar.
"Dan ini data-data milik bonekanya. Semoga harimu menyenangkan."
Chen berjalan menjauhi pasar. Rokoknya dinyalakan. Boneka itu berjalan mengikuti Chen.
"Jadi namamu, Xiumin?"
Boneka itu tak menjawab. Ia hanya diam mematung, menatap Chen dengan penuh tanda tanya.
"Baiklah, aku akan memanggilmu-"
"Namaku Kim Minseok."
Waktu serasa melambat. Keringat dingin mengucur perlahan di pelipisnya Chen. Menatap bonekanya dengan lekat. Berusaha mencerna perkataannya. Kerongkongan ia basahi dengan saliva.
Kim... Minseok? Minseok katanya? Minseok! Haha...
Respon, Chen segera memeluk boneka di depannya itu dengan erat. Menghirup aroma boneka itu dalam-dalam. Mengingat kembali kenangan masa lalu yang mulai samar.
Air mata menetes perlahan dari sudut matanya. Merasa kembali memiliki. Oh Tuhan, sebaik apakah Engkau? Bahkan pada maniak kriminalitas seperti Chen pun, masih diberikan keajaiban?
"Minseok, kemana saja Sehun membawamu pergi? Selama ini apa yang terjadi? Juga, kenapa kau menjadi boneka? Bisakah kau menjawabku?"
Tatapan boneka itu kosong. Menatap ke depan dengan tatapan penuh tanda tanya. Namun yang Chen dapat hanya sebuah isakan.
"Menyakitkan. Tolong keluarkan aku. Lepaskan aku. Aku akan menurutimu setelah ini. Aku janji. Kumohon."
Tubuh boneka itu bergetar. Merasakan kembali atmosfer ketika ia tercipta. Penuh rasa sakit, darah dan siksaan hanya untuk menjadi sebuah maha karya.
Dipeluknya boneka itu erat. Perkataan Minseok menjadi sebuah tamparan keras untuk Chen. Setelah ini, Chen harus menjadi lebih kuat lagi. Dan melindungi kepemilikannya.
Ditangkupnya pipi boneka itu. Dingin. Namun membuat Chen tersenyum lembut. Tatapannya menyendu penuh ketulusan.
"Hey Minseok. Aku masih mencintamu kau tahu?"
"Cinta?"
"Ya benar, cinta. Kau juga mencintaiku lo." suara kekehan terdengar dari sang majikan. Membuat suasana hati si boneka menghangat.
"Ya, benar. Aku mencintaimu juga Jongdae."
✠~TBC~✠
KAMU SEDANG MEMBACA
MAFIA●CHENMIN✔ [SEASON 1 COMPLETED]
FanficChoi Minseok. Anak semata wayang Kim Junmyeon. Sekaligus penerus tangan kanan yang baru untuk Choi Siwon. Ini cerita tentang pengorbanan, cinta, kepercayaan, dan kriminal. Bagaimana Minseok bertahan hidup di dunia yang kejam, sebagai mesin pembunuh...