Benci, jika harus membenci tapi jangan menyesal.
Cintai, jika ingin mencintai dan jangan juga menyesal.
Karena setiap orang memiliki sesuatu yang tidak dapat di jelaskan namun bisa dimengerti oleh diri mereka sendiri.*
Jeremy mengamati baik-baik wajah Selena seakan ia bisa menemukan jawaban atas teka-teki yang sedari tadi melayang-layang diotaknya. Namun selain raut biasa-biasa saja yang terlalu normal untuk seseorang yang baru dicampakkan dan dibuang oleh keluarganya membuatnya berakhir menghembuskan napas.
Sedangkan objek wanita didepannya sibuk meminum pelan coklat dinginnya setelah sebelumnya meminta tiga makanan berbeda yang telah habis disantapnya beberapa menit lalu.
"Apa kau benar-benar menerima ku? Secepat itu?" Tanya Jeremy.
"Jika mereka melupakan ku dengan cepat maka aku juga akan cepat membuka hati." Ucap Selena tanpa menatap Jeremy.
Jeremy diam sejenak untuk mencerna ucapan Selena.
"Jangan terlalu terkejut. Hidup ku keras tidak ada yang bisa ku lakukan selain menerimanya. Intinya aku tergantung bagaimana takdir bersikap pada ku lalu aku akan membuat keputusan untuk takdir ku sendiri."
Cara berpikir setiap orang memang unik. Mungkin karena berbeda itulah yang membuat Jeremy tertarik pada Selena. Seperti yang Selena katakan dia akan cepat beradaptasi dengan keadaan seakan kebal dari rasa sakit, bahkan jika ingin menyudahi tangisnya matanya juga akan begitu patuh pada Selena. Dari hal ini Jeremy sudah tahu bahwa Selena berbeda dengan orang lain.
"Cara mu kuat membuat mu hebat. Mengubah depresi dan trauma menjadi mengagumkan jadi berkat diri mu aku tahu mengapa sebuah obsesi terasa sangat indah."
Deg!!
Selena menahan gelas dibibirnya. Tak banyak yang tahu akan riwayat psikologinya. Selena menoleh pada Jeremy dan ia juga tahu Jeremy bukanlah orang yang sembarangan.
Tanpa mereka berdua sadari baru saja seorang pria sedang berdiri mematung, langkahnya tercekat begitu saja melihat dua orang itu mengobrol sebelum mata Jeremy juga melihat ke arahnya.
Selena mengikuti arah padang Jeremy dan ia melihat Robert berdiri di belakang.
"Kau jelaskan padanya." Setelah mengucapkan tiga kata singkat itu Selena berdiri membawa coklatnya. Tak rela jika acara menikmati coklatnya terganggu oleh hal sekecil apa pun. Ia berpindah ke kursi depan TV, sengaja meninggikan volume agar tak mendengar percapakan Jeremy dan Robert dibelakangnya.
Butuh waktu lama Jeremy menjelaskan karena Robert yang selalu menyela kalimatnya, ditambah dengan perdebatan kecil antara keduanya.
"Kau pasti mata-mata, Maxcel yang menyuruh mu." Tuding Robert begitu saja pada Selena.
Gadis itu hanya memandang jari telunjuk Robert lalu menyeringai.
"Kau jangan percaya padanya. Dia berbahaya! Apa kau gila huh?" Robert mulai tak terkendali.
"Semua tidak seperti yang kau pikirkan!" Balas Jeremy tak kalah sengit.
"Bertengkar saja! Aku tak perduli, aku pergi." Selena bangkit meninggalkan gelasnya yang telah kosong.
"Kau mau kemana?"
Selena tak menjawab.
"Kau mau kemana Selena, kau masih sakit." Jeremy mencekal tangan Selena yang segera ditampis oleh gadis itu.
*
Giorald perlahan membuka mata. Wajah kedua orang tuanya yang pertama ia lihat, membuat Giorald berpikir bahwa ia telah berada di surga. Namun tidak, sebuah fakta yang membuatnya bersyukur, mommy daddy nya selamat. Kedua orang tuanya kembali dan Giorald berganti kehilangan satu orang berharga dalam hidupnya yaitu kakaknya. Seorang kakak yang sangat ia sayangi mengecewakannya terlalu dalam. Gibran sudah menceritakan semuanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Knight (Complete)✓
Любовные романыBerawal dari liburan 'Selena Maroll' ke pinggiran kota California, saat menikmati liburannya dengan berkeliling ia malah tersesat dihutan terlarang. Penduduk sekitar mengklaim siapapun yang memasuki hutan itu tidak akan bisa keluar. Mengapa? Apakah...