15. Malam

4.1K 371 114
                                    

**Kakashi pov**

Dan, misi dicukupkan untuk hari ini. Hari sudah mulai menggelap, dan jalanan juga sudah mulai sepi, aku memilih mengunjungi Naruto di rumah, sambil memberikan camilan ringan yang sengaja kubelikan. Tentu saja setelah mengantar Sakura kembali ke rumah dengan selamat.

Langkahku pelan menapaki tangga apartemen kecil milik Naruto. Entah kenapa, hatiku tidak sabar bertemu malaikat kuning kesukaanku.

Aku mengetuk pintu kamarnya, tak selang lama, bocah kuning itu membuka pintu untukku.

"Sensei!!" ucapnya kaget, dia masih memegang pegangan pintu sambil menatapku dengan mata bulat birunya.

"Selamat malam, ini aku bawakan camilan untukmu," ucapku sambil menyerahkan bungkusan berisi beberapa camilan, dan dia menerimanya, namun dia masih memandangiku terkejut.

"Ano, sensei mau masuk?" tanya dia ragu. Kalaupun tidak dipersilahkan masuk, aku pasti akan masuk ke kamar itu.

Aku menggaruk tengkuk, "Kalau boleh," ucapku, dia mengangguk lalu mengajakku masuk.

Dia menaruh camilan itu di atas meja, lalu bergegas ke dapur, setelah beberapa menit, dia menyajikan teh hangat di hadapanku. "Minumlah sensei, kau pasti lelah setelah menjalankan misi," dia mempersilakan aku untuk minum terlebih dahulu.

Aku menyeruput teh itu pelan, "Bagaimana misimu dengan Jiraiya-sama? Apa ada kemajuan?" tanyaku sebagai pembuka pembicaraan. Dia yang sedang meminum tehnya, mengangguk.

"Latihan tadi sangat menyenangkan, bahkan... Jiraiya sensei membelikanku satu pasang pakaian baru," ucap dia bersemangat. Dia menceritakan bagaimana serunya latihan yang ia jalani, dan bagaimana sulitnya berlatih dengan Jiraiya-sama.

Dia bahkan menunjukan pakaian barunya padaku. Pakaian berwarna oranye yang sangat pas di tubuhnya yang makin besar dan tinggi. Tapi tetap saja tumbuh dengan wajah imut.

Aku tersenyum, dan menimpalinya dengan beberapa kata singkat, sembari menghabiskan teh yang sudah ia buatkan. "Umm, jadi... Apa sensei akan pulang?" tanya dia.

Eh~

Kenapa dia tiba-tiba bertanya begitu? Apa dia hendak mengusirku? Atau malah mengundangku untuk tidur dengannya?

Hmm~

Entah kenapa ide terakhir itu sangat pas untuk malam ini. Tapi... Aku tidak berani menyentuhnya lebih dari yang saat ini kami lakukan. Hanya sekedar ciuman tidak lebih, dan tentu saja sebuah pelukan.

Jadi apa yang harus aku lakukan? Jika godaan datang sebanyak ini, bukankah ini adalah sebuah pertanda jika kami harus melangkah ke jenjang berikutnya? Namun bagaimana dengan perbedaan usia kami?

Gunjingan dan pandangan orang lain jika mereka melihat kami bersama, apakah Naruto bisa mentolerirnya nanti?

Tanpa sadar aku malah melamun dan tidak menjawab pertanyaannya tadi. "Jika aku tidak mengganggu. Apa boleh aku menginap?" tanyaku, dia tersenyum, sambil mengangguk kecil, "Tentu saja boleh!" ucap dia bersemangat lalu berlari ke kamar dan menyiapkan futon.

Dia sangat bersemangat, dan itu adalah salah satu hal yang aku sukai darinya.

"Aku sudah menyiapkan futon, sensei boleh tidur jika sudah selesai minum teh," kata dia. Aku hanya bisa tersenyum sambil mengangguk. Aku belum mengantuk, jadi aku biarkan dia tertidur lebih dulu. Dengan pikiranku yang sebanyak ini, bagaimana aku bisa tidur nyenyak?

Aku duduk di kursi makan sambil termenung sendirian, suasana sudah sepi, jadi aku kira Naruto sudah tertidur lebih dulu. Tapi ternyata aku salah. Dia menghampiriku.

WEIRD SENSEI √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang