Sudah terhitung lima hari namjoon tidak melihat jimin dirumah maupun di sekolah.
Sebenarnya jika boleh jujur, namjoon khawatir dengan keadaaan adik kecilnya itu. Tapi namjoon benar-benar berusaha tidak peduli dengan keadaan apapunSekarang ia sedang berada di taman kampus yang berada dibelakang, jauh dari jangkauan manusia yang lapar.
Pikirannya melayang jauh entah kemana, mimpinya selama lima hari ini pula selalu buruk.
"Bagaimana?" Lirihnya kepada diri sendiri sambil menundukan kepalanya, dia kembali mengingat mimpi semalam,
"AKU TIDAK BAHAGIA HYUNG! AKU TIDAK BAHAGIA!" Jimin berteriak histeris didepan namjoon saat namjoon ingin memukuli jimin dengan gesper barunya
"HYUNG PIKIR AKU MERASA BEBAS!? JIKA HYUNG MEMBENCI DIRIKU BUNUH SAJA AKU HYUNG!! JANGAN TERUS MEMUKULI KU SEPERTI INI! HYUNG PIKIR AKU TIDAK LELAH DENGAN SEMUANYA!?" Jimin menjerit keras dengan air mata yang merembes keluar dari mata sabitnya
"Aku- Aku lelah namjoon hyung hiks- aku.. aku lelah ingin mati. Jika memang benar ini salah ku, apa kau benar-benar yakin? Kata halmoeni- Jangan mengambil keputusan sebelum kebenaran terungkap"
"Jika hyung berada di posisiku apa hyung akan bertahan seperti ini? Hyung lebih tahu hidup ku sedari aku kecil tapi hyung tidak mengerti bagaimana perasaan ku-"
"Apa kau amnesia hyung hiks? Kau melupakan adik mu ini? Kau melupakan semua rasa- sakit ku yang sedari kecil hyung? Kau melupakan semuanya?" Jimin bertanya sambil terkekeh miris
Namjoon melihat tepat dimatanya, jimin menunjukan bahwa dia benar-benar terluka dan membutuhkan seseorang untuk dia peluk dan mengeluh. Tapi namjoon tidak sadar.
Jimin memegang perut bagian kirinya. Entah sejak kapan peluru panas itu sudah menembus perut jimin. Darah berlomba-lomba keluar, membasahi baju putih jimin. Dan lihat, baju itu berubah warna menjadi merah.
Namjoon membuka matanya dengan cepat, mengelap keringat dan mengelus dada, jantungnya yang berdetak cepat.
Sepertinya dia ketiduran. Sekarang sudah menjelang sore, ah dia ketinggalan pelajaran dosen- tidak peduli juga sih.
Tiba-tiba wajah namjoon berubah datar dan memandang lurus kedepan.
Namjoon memijat keningnya, mimpi itu datang lagi. Sepertinya namjoon membutuhkan hiburan mata agar tidak mengingat bocah sialan itu.
Namjoon pergi dari taman itu, menaiki mobilnya dan segera pulang untuk berendam air hangat dirumah- sepertinya tidak buruk.
Please, sepertinya namjoon lupa sesuatu yang mengganjal pikirannya, tapi seperti nya dia tidak sadar. Harus berapa kali tuhan mengingatkannya melalui mimpi-mimpi itu? Harus berapa kali agar ia sadar dengan perbuatannya jika itu salah?
•oOo•
Hajoon duduk santai sambil menyesap teh nya dengan nikmat. Menikmati angin sore dibalkon kamarnya sendirian.
Hajoon benar-benar rindu dengan istrinya yang sekarang berada dirumah sakit jiwa karna bocah sialan itu.
Karna jimin, anak perempuan mereka yang baru berusia lima bulan didalam kandungan eunbi, harus meninggal karna eunbi terpeleset. Disaat itu jimin kecil disuruh mengepel dari lantai atas hingga bawah yang begitu luas.
KAMU SEDANG MEMBACA
••fate🏳°
FanfictionPerlahan semua memudar. Memudar menjadi bayangan yang tidak terlihat. kesalahpahaman membuat mereka membutakan mata. membuat pertahanan dinding kokoh yang tidak dapat dicapai. membekukan hati dan memilih egonya masing-masing. kesalahan seseorang yan...