35. Kembali

72 12 12
                                    

Bayangkan jika dirimu sedang berada dalam lorong yang gelap, tak bisa kemana-mana dan hanya bisa meraba-raba mencari jalan keluar. Disitulah aku berada, hingga pada akhirnya aku melihat setitik cahaya yang semakin terang mendekatiku dan mengajakku untuk kembali.

•••

(Haura Khansa)

~Karya Rasa~

🌻🌻🌻

"Haura..." Panggil Mama Haura.

Haura menoleh ke sumber suara yang berada tepat di belakangnya. Ia melihat mamanya menggunakan baju serba putih dengan wajah yang berseri-seri tersenyum padanya.

"Mama?" Sapa Haura dengan sangat bahagia.

Haura pun mendekati mamanya, namun kakinya sulit untuk melangkah menghampiri mamanya, kakinya terasa berat untuk dilangkahkan.

"Mama, kaki Haura kenapa? Kenapa gak bisa jalan?" Ucap Haura panik sambil terus mencoba mengangkat kakinya untuk menghampiri mamanya.

Mama Haura tersenyum. "Kamu bisa jalan kok nak, coba kamu balik badan dan langkahkan kakimu." Suruhnya.

Haura pun menuruti perintah mamanya untuk berbalik badan dan melangkahkan kakinya. Ia kaget karena ia bisa melangkahkan kakinya seperti biasa, bahkan ia sadar untuk membalikkan badannya pun tadi ia harus mengangkat kakinya dan hasilnya ia bisa. Dengan rasa penuh penasaran Haura mencoba kembali berbalik badan dan melangkahkan kakinya namun masih terasa berat seperti tadi. Haura sangat bingung mengapa ini semua bisa terjadi? Kenapa kakinya tak bisa melangkah untuk mendekati mamanya.

Mama Haura tersenyum lebar. "Sayang, sekarang kita udah gak bisa bersama-sama lagi karena kita sudah beda. Sekarang kamu pulang ya nak." Jelas mama Haura seraya membujuk Haura.

Bulir air dari mata Haura perlahan menetes membasahi pipinya, ia tak ingin berpisah dengan mamanya. "Kenapa Ma? Kenapa? Haura mau selalu sama mama."

"Kamu harus pulang sekarang ya nak, kamu sayang kan sama papa, sama orang-orang yang sayang sama kamu di sana? Sekarang kamu pulang dan jangan buat mereka khawatir ya."

Setelah mama Haura mengatakan itu, ia langsung hilang dari pandangan Haura.

"Mama...mama...mama kemana? Jangan tinggalin aku..." Teriak Haura sambil berputar-putar mengitari pandangannya untuk mencari mamanya yang tiba-tiba menghilang.

"Mama...mama...mama..." Ucap Haura lirih. Suaranya terdengar samar karena alat bantu pernapaan yang menutupi hidung dan mulutnya.

Air mata Haura perlahan mengalir dari ujung matanya, namun matanya masih tertutup rapat.

Fahri yang sedang duduk di sofa, tiba-tiba mendengar suara lirih dari arah Haura, meskipun suara itu sangat pelan dan terdengar samar tetapi dirinya bisa mendengar itu karena suasana di ruangan sangat hening.

Farhan pun langsung berlari menghampiri Haura. Ia melihat air mata yang mengalir dari mata Haura.

"Masya Allah, anak papa..." Ucap Fahri bahagia.

Fahri pun langsung berlari memanggil dokter agar memeriksa kondisi Haura yang sudah menunjukkan tanda-tanda kesadaran.

Dokter pun segera memeriksa Haura bersama dengan seorang perawat yang mendampinginya.

"Alhamdulillah Pak, kondisi Haura sudah membaik. Saya turut senang atas sadarnya Haura dari komanya selama satu setengah bulan ini. Kami akan melepas alat bantu medis dari tubuh Haura dan akan memindahkannya ke ruang rawat biasa." Ucap dokter dengan wajah leganya karena melihat Haura yang berhasil sadar dari komanya.

 Karya Rasa (END✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang