Bunga

5.3K 434 25
                                    


Gelap.

Air mata yang terus bergulir.

Permohonan penuh untuk dilepaskan.

Mulut dan tangan yang terkekang.

Lalu hanya sebuah jeritan panjang tertahan yang akhirnya terdengar.


Kedua mata Lalisa terbuka sepenuhnya, seiring weeker yang berdering dengan tujuan membangunkannya tepat waktu, ia merasakan dadanya naik turun dengan tempo tak biasa, keringat menghiasi keningnya meski ini masih di pagi hari. Selalu dan selalu, ia terbangun seperti ini setelah melewati mimpi yang sama sejak lima tahun lalu.

Ia mendesah sambil mendudukan dirinya di atas ranjang.

Pagi harinya yang tidak pernah damai, Lalisa, gadis muda dengan rupa rupawan itu membuka matanya di hari ke 6 setelah ia resmi memasuki usia dua puluh dua. Manik madunya mengambang, menatap langit-langit kamar sembari mengumpulkan nyawanya yang bertebaran saat tidur.

Setelah dirasa cukup, dia  menggaruk kepala berambut cokelat tuanya asal karena sedikit gatal. Netranya beralih pada sekitar kamarnya yang terlihat berantakan, di mana baju kotor bercampur dengan kertas-kertas miliknya yang berisi tugas kuliah, yang harus ia selesaikan dalam minggu ini jika dia masih ingin lulus dalam ujian semester.

Sejenak, kembali desahan lelah keluar dari mulutnya. Selain harus cepat membersihkan dirinya sendiri, dia juga perlu membersihkan kamarnya, mungkin juga seisi flat kecil yang ia sewa. Mengingat, akhir-akhir ini dia sibuk bekerja dan mengerjakan tugas. Tidak, Lisa bukan wanita urakan yang senang dengan area berantakan. Dia masihlah gadis normal yang mencintai kebersihan dan kerapihan seperti para gadis pada umumnya.

Sebelum benar-benar memutuskan untuk ke kamar mandi, dia mengecek ponselnya yang ternyata berada di bawah bantal. Membaca pesan demi pesan, yang beberapa di antaranya ia abaikan, lalu menekan salah satunya, untuk ia baca secara penuh. Dari sahabat, juga teman satu flat.

Jennie.

'Sorry Lis. Bulan ini, kau juga yang bayar listrik dan gas ya. Hehe, aku belum menemukan sugar daddy yang baru :'('

Huft.

'baiklah.'

Lisa melempar pelan ponselnya, dia menoleh sebentar ke arah jendela yang lupa ia tutup semalam. Memandangi luar kota Seoul yang tidak terlihat sepenuhnya dari jendela bobrok kamarnya. Bisa dibilang, Lisa tengah merenung. Memikirkan mengapa nasib mengarahkannya menjadi seperti ini. Mahasiswi yang tak kunjung lulus, dengan hidup serabutan untuk bertahan hidup.

Dia bukan gadis polos, tetapi dahulu hidupnya tak berat seperti sekarang sejauh yang dia ingat.

Lalisa adalah seorang anak terbuang, tanpa nama, tanpa marga ketika petugas panti asuhan menemukan seorang bayi cantik yang diletakan di depan pintu panti pada malam dua puluh dua tahun lalu. Mereka membesarkannya dengan baik, dan kepala panti juga yang memberinya nama Lalisa.

Lalisa.

Memiliki arti mahkluk yang dekat dengan Tuhan, karena nama itu cocok dengannya yang juga memiliki wajah serupa malaikat.

Di umurnya yang ke delapan, impian seluruh anak panti yang ingin memiliki keluarga jatuh padanya. Sepasang suami istri dengan anak lelaki mereka yang sudah remaja memilih Lalisa sebagai anggota baru keluarga mereka, dari mereka Lalisa mendapatkan segalanya, kasih sayang, kehangatan keluarga, juga nama depan untuk melengkapi namanya yang hanya sepenggal kata.

Lalisa Park.

Hidupnya terasa sempurna, masa SMAnya hampir terlewati tanpa hambatan. Dia menjalaninya penuh suka cita, mendapatkan beberapa teman yang baik salah satunya adalah Jennie, juga temen kencan pertamanya sekaligus yang pertama baginya, tapi Lalisa tidak terlalu ingat siapa karena sebuah tragedi mengerikan terjadi padanya setelah itu. Tanpa sadar, tangannya meremas sprai kuning yang menjadi alas kasurnya erat, ia teringat kembali kejadian yang membuatnya hampir memutuskan untuk bunuh diri dan masih harus mengunjungi psikiatri untuk terapi traumanya hingga kini. 

15 hari (LIZKOOK)[Complete]√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang