Sakura baru saja selesai membersihkan diri. Kini ia tengah mengeringkan rambutnya dengan handuk namun ia malah mencium aroma terbakar yang begitu menyengat. Ia berusaha mengingat apa yang mungkin menyebabkan aroma terbakar itu. Sekian detik kemudian ia melebarkan matanya dan buru-buru berlari ke lantai bawah, tepatnya ke dapur.
Benar saja apa yang ada dipikiran Sakura benar-benar terjadi, api di kompor nampak begitu besar dengan Sasuke yang berdiri tak jauh dari sana. Sakura pun mengambil pemadam api di sudut ruangan dan memadamkan apinya. Api berhasil padam namun meninggalkan bekas hitam pada dinding dan beberapa kekacauan lainnya.
"Kau mau membakar tempat ini?!" tanya Sakura marah, menatap Sasuke yang menampilkan wajah tak berdosanya. Sialan, Sakura menyesal sekarang. Ia terlalu hanyut dalam ucapan manis Sasuke sampai melupakan fakta bahwa pria itu tak bisa memasak.
"Astaga dapurku," ucap Sakura pusing sendiri sambil memijat keningnya sendiri.
"Apa itu masih bisa dimakan?" tanya Sasuke menunjuk telur gosong di teflon. Mendengar ucapan Sasuke itu pun Sakura berdecak kesal, ia memukul lengan kanan Sasuke cukup keras membuat Sasuke berteriak kesakitan.
"Ada apa?" tanya bingung Sakura karena seingatnya bahu kiri Sasuke yang terluka, bagaimana bisa rasa sakitnya berpindah? Sakura curiga, entah tangan kanan pria itu benar-benar sakit atau sebenarnya ia tengah usil. Akhirnya Sakura memilih melepaskan kaos yang Sasuke kenakan sementara Sasuke hanya pasrah, seolah menyerahkan tubuhnya pada Sakura dengan kemungkinan di otak mesumnya yang berpikir mungkin Sakura tengah mengajaknya berkolaborasi membuat makhluk kecil berisik dengan sebutan bayi.
"Apa yang terjadi?" tanya pelan Sakura dengan suara yang sedikit bergetar. Tangan Sakura terulur untuk menyentuh lengan Sasuke namun pria itu sudah terlebih dahulu menahan tangannya. Sasuke menatapnya dengan sebuah senyuman tipis, sebuah senyuman yang membuat hati Sakura sesak kembali. Pria itu lagi-lagi terluka karenanya.
"Masaklah sesuatu, aku benar-benar lapar," ucap Sasuke sambil mengusap kepala merah muda Sakura dengan lembut. Sakura mengangguk sementara Sasuke pergi membersihkan diri.
Lima belas menit kemudian Sasuke turun dari lantai atas, menghampiri Sakura yang duduk seorang diri di sofa. Sasuke pun mendudukkan dirinya dan mengambil sebuah mie cup di atas meja hingga Sakura menatapnya.
"Sakit?" tanya Sakura lirih, masih merasa bersalah setelah melihat luka baru di tubuh Sasuke. Sasuke terdiam mendengar pertanyaan itu dari bibir sang kekasih, itulah hal yang paling tidak ia inginkan. Ia bisa terluka jutaan kali demi Sakura asal perempuan itu tidak tahu karena jika tahu selalu merasa bersalah, Sasuke tidak menyukai itu.
Sasuke meletakkan mie cup yang belum ia makan sedikit pun lalu membawa kepala merah muda Sakura dalam dekapan hangatnya. Sekian detik kemudian ia mendengar isakkan pelan sang kekasih membuat hatinya ikut sesak.
"Maaf....," ucap Sakura disela-sela isak tangisnya.
"Kau tidak salah, berhentilah menangis. Aku terluka karena aku ceroboh." ucap Sasuke membuat Sakura mendonggakkan kepalanya menatap wajah lebam Sasuke dari bawah.
"Kau ter-"
Ucapan Sakura terpotong ketika bibir Sasuke menempel pada bibirnya. Sakura terdiam hingga sekian detik kemudian Sasuke memundurkan kepalanya membuat Sakura menatapnya. Ekspresi kaget Sakura membuat Sasuke gemas lalu mengecup bibir manis sang kekasih satu kali lagi. Sakura masih terdiam sementara Sasuke akhirnya memakan mie cupnya dengan lahap bersama sisa kemanisan bibir Sakura yang menempel di bibirnya.
"Sepertinya kita harus merelakan ponselmu, aku harus menghubungi Kakashi," ucap Sasuke sambil meletakkan mie cupnya di atas meja lalu menatap wajah Sakura yang masih terdiam layaknya patung.
"Melamun," ucap Sasuke mengetuk kening Sakura dengan dua jarinya hingga Sakura tersadar dari lamunannya.
"Apa?" tanya Sakura bingung sementara Sasuke malah tersenyum tipis.
"Ayo pergi," ajak Sasuke membuat Sakura mengerutkan keningnya. Sebelum Sakura bertanya, Sasuke sudah terlebih dahulu menarik tangannya meninggalkan villa itu. Sasuke membawa Sakura ke sebuah jalanan sempit dan kumuh membuat Sakura bertanya-tanya apa yang mereka lakukan di sana.
Tiba-tiba terdengar suara derap langkah hingga Sasuke menarik tangan Sakura untuk bersembunyi di balik tempat sampah. Sakura menatap Sasuke namun Sasuke malah meletakkan jari telunjuknya di depan bibirnya isyarat agar sang kekasih diam. Ketika dua orang pria melewati tempat persembunyian mereka, Sasuke langsung berdiri dan memukul kepala dua orang itu hingga jatuh pingsan. Sakura meringis melihat hal itu sementara Sasuke sibuk melepaskan pakaian dua orang pria itu kecuali pakaian dalamnya.
"Pakai ini, kita tadi melewati CCTV. Menggunakan pakaian mereka bisa membuat kita terhindar dari kejaran, ketika kita keluar nanti mereka berpikir kita masih ada di sini," ucap Sasuke memberikan pakaian salah seorang pria itu pada Sakura. Mereka pun berganti pakaian dengan saling memunggungi.
"Berikan ponselmu," ucap Sasuke membuat Sakura segera memberikan ponselnya kepada Sasuke. Sasuke pun memasangkan sim card ponsel Sakura yang ia lepas ketika mereka berada di hutan.
Dengan satu tarikan nafas panjang Sasuke menyalakan ponsel Sakura. Ketika ponsel itu menyala, Sasuke buru-buru menghubungi nomor private Kakashi dan untungnya segera diangkat. Detik itu juga Sasuke mengatakan "Dua puluh tujuh," lalu segera mematikan sambungan telponnya. Sasuke menjatuhkan ponselnya di tanah lalu menggandeng tangan Sakura dengan tenang keluar dari gang sempit dan kumuh itu. Benar saja tak lama mereka keluar dari sana ada beberapa orang yang datang ke tempat itu.
"Sasuke," panggil Sakura ketika mereka melewati beberapa orang itu.
"Semua akan baik-baik saja," ucap Sasuke tenang.
Sasuke pun membawa Sakura ke sebuah ladang besar hingga tak lama berselang sebuah helikopter mendarat. Sakura kaget ketika melihat Kakashi keluar dari helikopter itu menghampiri mereka. Bagaimana bisa seperti itu? Bukankah tadi Sasuke hanya menyebutkan angka?
"Bajingan ini!" ucap kesal Kakashi berusaha menjitak kepala Sasuke yang malah kabur dan masuk ke dalam helikopter membuat Kakashi memijat keningnya sendiri.
"Sakura masuklah ke dalam helikopter," ucap Kakashi membuat Sakura memasuki helikopter itu di susul Kakashi hingga helikopter itu kembali mengudara. Suasana di dalam sana nampak lumayan menegangkan.
"Kau tahu? Karena Kau menghilang aku yang repot, ayahmu hampir memecatku sialan," maki Kakashi namun Sasuke malah cuek, seolah dirinya tak pernah punya kesalahan di muka bumi ini.
"Errrr... aku bingung bagaimana cara Tuan Kakashi menemukan kami," ucap Sakura canggung hingga Kakashi menatapnya.
"Aku selalu menomori semua tempat bocah ayam ini membuat kekacauan, ladang itu adalah kekacauan ke dua puluh tujuh bocah ayam ini. Dia membakar ladang itu ketika berusia sepuluh tahun, menyebabkan kerugian setengah miliar," jelas Kakashi membuat Sakura tersenyum canggung. Sakura tahu Sasuke memang nakal, membuat ayahnya murka adalah hal yang paling ia kuasai. Sering terjebak dalam situasi berbahaya akibat kenakalannya itulah yang membuat Sasuke tangguh dan pandai bertarung. Setidaknya hal itu bermanfaat untuk situasi sekarang.
"Kau memberi tahu Ayah ketika menjemputku?" tanya Sasuke membuat Kakashi menggeleng pelan.
"Aku langsung kemari karena berpikir Kau dalam situasi mendesak, jadi apa masalahnya? Kau tidak terlibat masalah dengan mafia lagi kan?" tanya Kakashi penuh selidik.
"Jangan," ucap Sasuke membuat Kakashi mengerutkan keningnya.
"Jangan beritahu Ayah untuk masalahku yang ini," ucap Sasuke membuat Kakashi semakin bingung. Tak biasanya Sasuke seperti ini, sebesar apa pun masalahnya ia tak masalah jika ayahnya tahu tapi kenapa untuk kali ini ia tak ingin ayahnya tahu?
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret File
FanfictionHarusnya hari itu Sakura tak mengajak Sasuke ke kamarnya dan membongkar barang peninggalan ayahnya karena setelah itu semua berubah, hidup mereka dalam bahaya hanya karena sebuah file rahasia milik ayah Sakura yang mereka temukan. Mereka hidup dalam...