Waktu berjalan begitu cepat, rasanya baru kemarin aku berangkat kepesantren meninggalkan orang-orang yang aku sayangi dirumah untuk menimba ilmu bekal diakhirat kelak. Rasanya belum siap tumbuh menjadi seorang yang dewasa, masih ingin bermain dengan bebas tanpa melibatkan perasaan satu sama lain, namun mau bagaimana lagi? Segalanya sudah diatur sesuai ketetapan illahi.
"Nad, ga nyangka yah rasanya baru kemarin kita kenalan eh sekarang udah mau pisah lagi" Ucap Zahra dengan nada sedih sambil memeluk erat tubuhku.
"Iya Ra, baru kemarin kita berangkat pagi hanya untuk mencari tempat duduk paling depan" timpalku dengan mata berkaca-kaca.
"Kita tetap jadi sahabat sampai kapan pun kan Nad?" Tanya Zahra
"Pasti Ra! Aku ingin kamu tetap menjadi sahabat terbaikku, nanti kamu yang akan menjadi saksi bagaimana aku didunia, dan aku ingin kita bisa menjadi sahabat se surganya Allah. Karena pada dasarnya sahabat yang terbaik adalah ia yang mampu menjadi saksi kebaikan sahabatnya di dunia dan ia yang mampu membawa sahabatnya menuju surga bersama-sama." Ucapku meyakinkan sahabatku.
"Amiin Yaa Robbal Alamiin, semoga Allah selalu senantiasa melindungi kita dan orang-orang yang kita sayangi ya Nad!"
"Amiin Allahumma Amiin, kita harus kuat untuk orang-orang yang kita sayang Ra! Yuk setoran hafalan dulu sama Ustadzah Naila, sekalian nanti minta restunya supaya dilancarkan ketika ujian nasional dan pendaftaran ke sekolah favorit maupun sekolah terbaik nanti."
Aku dan Zahra segera bergegas ke Aula tempat ngajinya para santri putri, setelah murajjah kami tak lupa minta restu kepada Ustadzah untuk yang terbaik kedepannya.
"Zahra, habis ini kita belajar bareng yaa!" pintaku kepada sahabatku dengan nada memelas.
"Kita kan emang selalu belajar bareng to Nad! Kamu lagi ada masalah apa? Sini cerita dulu, siapa tahu bisa bantu meringankan masalahmu, lagi berantem sama Leon?" Ucap Zahra sambil memegangi tanganku, lalu ia memeluk erat tubuhku. Begitulah Zahra, dia selalu ada disaat aku ada masalah dan dia selalu memelukku erat ketika hatiku mulai gundah, aku beruntung punya sahabat sebaik Zahra dan aku berharap dikehidupan selanjutnya aku bisa bertemu dengan sahabatku ketika didunia ini.
"Aah Zahraa.. jangan gitu ih kok malah bawa-bawa nama Leon sih, nanti kalo pengurus pesantren tahu bisa kena hukum kita" jawabku sambil pura-pura cemberut.
"Yaudah iyaa iyaa LEONNN maaf" ucap Zahra sambil ketawa-ketawa dan mengeraskan suaranya ketika menyebut nama Leon, aku merasa malu karena banyak pasang mata yang memperhatikan kami dari kejauhan, aku segera bergegas lari kekamar dan meninggalkan Zahra yang masih senyam-senyum sendiri di koridor pesantren.
***
.
.
.
.
Assalamualaikum wr.wb.
Semoga selalu dalam yang maha esa yaa reader.
Terimakasih sudah membaca ceritaku,
Jangan lupa tinggalkan jejak setelah membaca 👌
.
Sampai ketemu di part selanjutnya yaa..
See U
KAMU SEDANG MEMBACA
"Islammu Mahar Terbaik"
Teen Fiction" Ajari aku mengenal Tuhanmu Nadia! Aku tahu jika aku ingin memilikimu maka aku harus mendekat kepada penciptamu, merayu penciptamu agar diizinkan untuk membahagiakanmu lebih lama ". Ucap Jason dengan lembah lembut membuat hati Nadia terkagum, dan t...