5.

24 4 11
                                    


Fatir memarkirkan motor vespanya ke garasi rumah besar nan megah, kemudian ia masuk kedalamnya.

Suasana yang tak asing bagi Fatir, sepi hanya dentingan jam dinding yang bergeming saat ini. Ia berjalan memasukki sebuah kamar, dengan perlahan ia membuka pintu kamar itu, dilihatnya seorang wanita tua tengah berbaring di atas ranjang.

"Nek, Fatir pulang" Kata Fatir kemudian mendekati neneknya

Perlahan-lahan Qoruni-neneknya membuka matanya ia tersenyum melihat cucu semata wayangnya.

"Fatir" Suara Qoruni bergetar, Fatir membantu memposisikan neneknya duduk dengan perlahan.

"Nenek sudah makan? " Kata Fatir kemudian duduk di samping neneknya

"... "Tak ada balasan dari Qoruni

"Fatir, ambilkan makan ya nek" Saat Fatir hendak bangkit tangan kriput Qoruni mencegahnya, Fatir menoleh kearah neneknya ia terkejut tiba-tiba mata sayu Quroni menitikkan air mata

"Don't cry" Fatir menghapus air mata neneknya pelan

"Harusnya kamu bahagia Fatir"

Fatir memeluk neneknya dan mengecup puncak Qoruni dengan lembut.

"Nek? " Fatir melepas pelukan neneknya perlahan
"Fatir bahagia jika nenek tersenyum"

Qoruni menatap cucunya lantas ia mengangkat tangannya meraih wajah Fatir, ia mengusap pipi cucunya dengan lembut lantas tersenyum

"Nah gitu dong nek" Ucap Fatir dengan senyumannya.

"FATIR!"

Fatir mematung saat seseorang memanggilnya, tampak tak asing lagi suara itu, sudah di duga jika suara tersebut adalah milik Farid-Ayah kandung Fatir.

"Nek Fatir ma-"

"Jangan dengarkan omongan ayahmu jika itu menyakitimu" Ucap Qoruni

"Aku sudah terbiasa nek" Ucap Fatir kemudian bangkit menemui ayahnya.

....

Fatir berjalan mendekati Farid yang tengah berdiri gagah membelakanginya.

"Ada apa pa?"

Farid membalikkan tubuhnya menatap putra semata wayangnya

"Anak sialan"

Brug!

Tangan kekar Farid meninju wajah tampan milik Fatir dan meninggalkan lebam keunguan. Fatir memegangi sudut bibirnya yang ngilu

"Kalo sampai terjadi sesuatu pada istriku! " Farid menjeda ucapannya "kamu akan menanggung akibatnya! " Lanjutnya tegas.

"Aku gak salah, wanita ular itu telah bersandiwara pa! "

"Apa kamu bilang? Wanita ular? " Emosi Farid memuncak lantas ia menghajar Fatir habis-habisan hingga Fatir tersungkur

Farid berjongkok mensejajarkan dirinya dan Fatir yang sudah tersungkur lemah

"Kamu pembawa sial, saya tidak pernah berharap kelahiranmu jika saja bukan karna harta dan warisan" Setelah mengucapkan kalimat itu Farid melenggang pergi

Fatir bangkit dengan perlahan, badanya lemah akibat serangan ayahnya, jika saja Fatir tega melawan ayahnya maka akan ia lakukan, tetapi Fatir tak mau di cap anak durhaka karena telah melawan ayahnya sendiri.

Siksaan dari ayahnya adalah hal biasa dari ia kecil apalagi semenjak ayahnya menikah lagi dengan wanita ular itu.

...

TITIKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang