Beneath The Moonlight (Another Version) [01]

864 71 7
                                    

Warning! Cerita ini persatu bagiannya berisi 4000+ Kata.

Siap-siap sakit kepala 😂.

Jangan lupa tinggalkan jejak. Jejak kalian itu penting buat menambah semangat penulis.

***

Suasana di kereta surat jurusan London begitu hangat seperti biasanya; sang pengawal curiga kepada para penumpang, lalu para penumpang curiga kepada satu sama lain dan juga kepada sang pengawal. Mereka semua saling curiga  dan kusir hanya percaya pada kuda-kudanya.

"Albert!" Seru sang kusir memanggil sang pengawal.

"Ya?" Jawab sang pengawal.

"Ku rasa ada kuda yang berlari ke arah sini. Kudanya berlari begitu kencang."

"Aku juga merasakannya. Cepat hentikan laju kuda mu." Sambil mengucapkan perintah, Albert mengokang senapan pemurasnya dan bersiap menembak.

Malam terasa sangat sunyi hingga membuat suara kokangan senapannya terdengar jelas sampai ke telinga para penumpang. Jantung para penumpang berdegup sangat kencang, sebagian dari mereka memeluk harta benda mereka dengan erat, sebagian merapalkan doa untuk keselamatan dan sebagian lagi memilih pasrah dengan keadaan.

Salah satu penumpang —seorang pemuda— yang berada di tempat duduk bagian ujung masih bergeming di posisinya. Wajah pemuda itu tidak menggambarkan emosi yang jelas hingga membuat beberapa dari penumpang lain mengernyit heran.

Derap kuda yang berlari kencang terdengar kian dekat di puncak bukit.

"Hei!" Teriak sang pengawal dengan suara selantang mungkin. "Kau yang disana! Berhenti atau ku tembak!"

Suara derap itu tiba-tiba melambat. Lalu, dari dalam kabut, terdengar seruan seorang lelaki. "Apakah ini kereta surat menuju London?"

"Itu bukan urusan mu!" Seru sang pengawal. "Siapa kau, untuk apa kau bertanya?"

"Kalau benar, aku ingin bertemu dengan penumpang kalian."

"Penumpang yang mana?"

"Tuan Frand August."

Mendengar namanya dipanggil, pemuda itu segera beranjak keluar dari sudut ruangan. Sang pengawal, kusir dan para penumpang menatapinya dengan tatapan curiga.

"Tetap di tempat mu." Perintah sang pengawal kepada suara dari dalam kabut. "Kalau kau sampai membuat kesalahan, aku tidak bisa menjamin untuk tidak berbuat ceroboh. Tuan yang bernama August, bicaralah!"

"Ada apa?" Tanya si pemuda yang diketahui namanya adalah Frand August. "Apakah Braven?"

"Benar, tuan. Ada pesan untuk anda dari tuan Kahler."

"Aku mengenal lelaki itu, pengawal." Kata Frand sambil berjalan didepan kuda-kuda sang kusir. "Biarkan dia mendekat, tidak apa-apa."

"Hei kau!" Albert kembali berseru.

"Hei juga, kau!" Balas Braven dengan suara lantang.

"Maju kesini dan dengarkan ini. Kalau ada sarung pistol di pelana kuda mu, jangan sampai ku lihat tangan mu menyentuhnya. Sekarang, tunjukan rupa mu!"

Sesosok penunggang kuda perlahan-lahan menyeruak dari kabut yang bergolak, mendekat ke sisi kereta surat. Sang penunggang kuda berhenti dan menapakan kakinya ke tanah.

Braven menaikan tangan kanannya kedahi, memberi hormat pada pemuda yang ingin ditemuinya.

Pengawal dan kusir memperhatikan gerak-gerik dua pemuda yang terlihat seperti seumuran, barulah mereka sadar kalau dua pemuda itu mungkin saja merupakan tentara, terlihat dari seragam bewarna olive yang kontras dibalik longcoat mereka.

RRYRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang